AI Jadi Tempat Curhat Anak, Ada Bahaya Mengintai di Balik Kebiasaan Itu
Perangkat AI seperti ChatGPT mampu merespons layaknya manusia. Anak-anak bisa ajukan pertanyaan, bahkan curhat.
Kini, dengan hadirnya AI yang lebih mudah diakses, anak semakin nyaman berkomunikasi secara virtual.
Akibatnya, mereka kesulitan membangun relasi sosial yang sehat.
Mulai dari kemampuan menjaga kontak mata, mengungkapkan perasaan, hingga menyelesaikan konflik.
Padahal, menurut Ulfa, keterampilan ini sangat krusial untuk membangun daya lenting (resiliensi) anak dalam menghadapi masalah di kemudian hari.
“Ketika mereka menghadapi suatu konflik, tapi karena mereka gak terbiasa untuk menghadapi itu. Akhirnya jatuhnya daya lentingnya turun,” tutur Ulfa.
AI yang Tidak Menghakimi
Lantas, mengapa anak bisa lebih nyaman bercerita pada AI ketimbang orang tua? Ulfa menilai alasannya sederhana namun mendalam, yaitu respons AI dianggap tidak menghakimi.
“Respons-respons yang muncul dari AI itu jadinya memberikan kesan atau suasana yang gak judgmental, gak reaktif, yang mungkin di beberapa situasi pada anak, itu yang seringkali mereka temukan di kehidupan sehari-harinya,” jelasnya.
Berbeda dengan sebagian orang tua yang, tanpa disadari, justru merespons cerita anak dengan menyalahkan atau mengkritik, AI memberikan ruang aman untuk anak bercerita.
Namun, kenyamanan ini bisa menjadi pedang bermata dua. Anak akan semakin menarik diri dari interaksi manusia dan makin sulit memisahkan realitas dari dunia maya.
Peran Orang Tua dan Sekolah
Ulfa menekankan, pendampingan adalah kunci. Orang tua, menurut dia, perlu membuka ruang komunikasi yang bebas dari rasa takut dihakimi, sambil membantu anak memahami batas antara dunia nyata dan digital.
Sekolah juga memegang peran penting untuk membangun keterampilan sosial melalui kegiatan tatap muka yang melatih empati, kolaborasi, dan pemecahan masalah.
“Kalau kita enggak memvalidasi perasaannya mereka, kebutuhan itu bisa tergantikan oleh AI. Dan itu berisiko menjerumuskan anak semakin jauh,” pungkas Ulfa.
Fenomena AI ini mungkin tak bisa dibendung, tapi peran manusia sebagai pendamping, pembimbing, dan pemberi kasih sayang tak akan pernah tergantikan oleh algoritma.
Tantangannya kini adalah memastikan teknologi menjadi alat bantu, bukan pengganti.
Menteri Ekraf: AI Jadi Kolaborator Baru di Industri Kreatif |
![]() |
---|
Albania Tunjuk AI Jadi 'Menteri' Anti-Korupsi, Mampu Kerja 24 Jam Tanpa Lelah |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Pretest Modul Pedagogik Fikih Topik 8: Guru Profesional Era Digital dan AI, PPG |
![]() |
---|
Cara Buat Foto AI Bareng Idola Realistis & Bikin Baper, Mode Polaroid Gemini AI + Prompt Gratis |
![]() |
---|
Gadget Berbasis AI Kini Makin Diminati |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.