Senin, 29 September 2025

AI dan Jurnalisme: Antara Efisiensi Teknologi dan Risiko Etika

Inilah pemanfaatan Kecerdasan buatan (AI) dalam produk jurnalistik. Termasuk untuk transkripsi, ringkasan, ide konten, maupun outline.

Freepik.com/rawpixel.com
ILUSTRASI AI - Ilustrasi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang diunduh dari laman freepik.com, Rabu (4/6/2025). Inilah pemanfaatan Kecerdasan buatan (AI) dalam produk jurnalistik. Termasuk untuk transkripsi, ringkasan, ide konten, maupun outline. 

TRIBUNNEWS.COM - Kecerdasan buatan (AI) dinilai bisa berperan dalam mendukung jurnalisme yang etis, transparan, dan bertanggung jawab.

Namun, penggunaannya tidak seharusnya menggantikan peran penilaian manusia serta kemampuan berpikir kritis yang menjadi inti dari pelaporan yang dapat dipercaya. AI sebaiknya diposisikan sebagai alat bantu dalam pekerjaan ruang redaksi, bukan sebagai pengganti.

Asosiasi Radio Television Digital News Association (RTDNA) menekankan pentingnya setiap organisasi berita memiliki kebijakan jelas terkait penggunaan AI, baik dalam proses peliputan, penyuntingan, maupun distribusi konten di berbagai platform.

Integrasi teknologi ini harus dipertimbangkan secara hati-hati karena menyentuh prinsip dasar jurnalisme seperti akurasi, konteks, kepercayaan, dan keterbukaan. Mengingat perkembangan AI yang cepat, evaluasi rutin terhadap pedoman penggunaannya sangat diperlukan.

Kemampuan AI dalam memodifikasi konten berupa audio, video, gambar, hingga teks dapat memberikan nilai tambah bagi media, mengutip laman RTDNA.

RTDNA sendiri merupakan organisasi profesional terbesar di dunia yang ditujukan khusus untuk jurnalisme siaran dan digital.

Meski demikian, risiko seperti penyajian fakta yang keliru atau minimnya konteks juga bisa menyesatkan audiens jika tanpa aturan yang bijak.

Oleh karena itu, transparansi dalam pemanfaatan AI menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan publik.

Selain itu, wartawan secara tradisional sudah terbiasa menyeimbangkan hak publik untuk mengetahui dengan perlindungan privasi individu.

Hal ini sulit dilakukan oleh AI tanpa arahan yang tepat. Maka dari itu, penting memastikan teknologi tersebut dirancang sesuai prinsip etika dan hukum, agar penggunaannya tidak melanggar privasi maupun hak-hak dasar lainnya.

Lantas Bagaimana AI Meningkatkan Penulisan Berita?

Baca juga: Dua Jurnalis Buta Warna Gugat UU Lalu Lintas, Usul Lampu Hijau Diganti Biru Seperti di Jepang

Salah satu cara yang semakin umum bahwa kita melihat AI digunakan dengan jurnalisme dan berita adalah dengan penulisan berita otomatis. 

Sistem AI benar-benar pandai mengambil sejumlah besar data, menggabungkannya, dan kemudian mensintesis output yang dibuat dengan baik dalam berbagai nada.

Dalam artikel yang ditayangkan Forbes, dikutip Tribunnews, Kamis (18/9/2025), telah ada peningkatan penggunaan output ini untuk meningkatkan liputan topik berita yang sebaliknya tidak akan memiliki banyak cakupan karena kurangnya staf pelaporan dan sumber daya. 

Misalnya, sistem AI mencakup politik lokal seperti rapat dewan pendidikan, hasil olahraga sekolah menengah dan regional, dan laporan keuangan dan cuaca bentuk naratif. 

Keraguan utama dalam menggunakan AI untuk menghasilkan output ini adalah dua kali lipat: kerentanan sistem AI untuk berhalusinasi dan mendapatkan fakta yang salah, dan penggantian staf jurnalis manusia dengan sistem mesin otomatis.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan