Kamis, 2 Oktober 2025

AI Jadi Tempat Curhat Anak, Ada Bahaya Mengintai di Balik Kebiasaan Itu

Perangkat AI seperti ChatGPT mampu merespons layaknya manusia. Anak-anak bisa ajukan pertanyaan, bahkan curhat.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Pexels
AI PALING CERDAS - Ilustrasi ChatGPT yang diunduh dari Pexels pada 10 Juni 2025. Berikut adalah model AI paling cerdas berdasarkan tes IQ, ada yang skornya melebihi rata-rata IQ manusia. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Seiring perkembangan teknologi, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) bukan lagi sekadar topik diskusi di kalangan ilmuwan dan pekerja digital. 

Perangkat seperti ChatGPT yang mampu merespons layaknya manusia, kini juga sudah “bersahabat” dengan anak-anak. 

Mereka bisa mengajukan pertanyaan, mencurahkan isi hati, bahkan berdiskusi tentang masalah pribadi, semuanya tanpa tatap muka dengan manusia.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar. Apakah akses anak pada AI berdampak pada tumbuh kembang mental mereka?

Psikolog pendidikan Ulfa Nurida menilai perkembangan ini patut diwaspadai. 

Baca juga: Anwar Ibrahim Wajibkan Guru Pondok Pesantren di Malaysia Kuasai AI

"Sebenarnya memang ini cukup concerning ya, atau mengkhawatirkan," ujarnya saat diwawancarai Tribunnews di Jakarta Selatan, Senin (11/8/2025).

Menurutnya, anak-anak berada pada tahap perkembangan kognitif yang masih sangat konkret. 

Mereka belum memiliki kemampuan penuh untuk berpikir abstrak, apalagi menimbang konsekuensi jangka panjang dari suatu tindakan. 

Dalam dunia nyata, proses belajar ini biasanya dibimbing oleh interaksi langsung dengan orang dewasa.

Namun, ketika AI menjadi “teman curhat” utama, risiko terbesarnya adalah anak kehilangan kemampuan membedakan antara realitas dan dunia maya. 

“Kalau dia akhirnya terlalu terjun terlalu dalam ke hal-hal yang seperti itu, mereka kan semakin enggak bisa membedakan mana yang nyata, mana yang enggak,” jelas Ulfa.

Hambatan Sosial dan Daya Lenting yang Menurun

Bukan hanya soal persepsi realitas, keterampilan sosial anak juga berpotensi terganggu. 

Ulfa mengingatkan, sejak pandemi, interaksi tatap muka anak sudah berkurang drastis. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved