Hadapi Dampak Tarif Impor Trump, Menaker Yassierli Ingatkan Industri Dalam Negeri Perkuat Daya Saing
Sekarang adalah saatnya industri dalam negeri memperkuat daya tahan mereka agar bisa berdaya saing.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengingatkan industri di dalam negeri memperkuat daya saing mereka dalam menghadapi dampak dari tarif impor yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada Indonesia.
Tarif impor adalah pajak yang dikenakan oleh otoritas setempat atas impor barang ke suatu negara.
Biasanya, nilai barang impor menentukan jumlah yang akan dikenakan. Dalam beberapa konteks, tarif impor juga berarti bea masuk, bea cukai, tarif, atau pajak impor.
Sebagaimana diketahui, AS telah sepakat menurunkan tarif impor produk RI yang akan masuk AS menjadi 19 persen.
Baca juga: Tarif Impor Amerika 19 Persen Belum Tentu Berlaku 1 Agustus 2025, Bisa Lebih Cepat atau Lambat
Sebagai gantinya, Indonesia berkomitmen menjalankan berbagai hal, salah satunya adalah membebaskan tarif bagi produk AS yang akan masuk Indonesia.
"Ketika tarif dari luar negeri itu turun, artinya peluang produk luar negeri lebih banyak masuk ke Indonesia," kata Yassierli ketika ditemui di kantor Kemnaker, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (22/7/2025).
Dengan begitu, Yassierli mengatakan sekarang adalah saatnya industri dalam negeri memperkuat daya tahan mereka agar bisa berdaya saing.
Menurut dia, Kemnaker siap membantu bagi perusahaan yang ingin meningkatkan produktivitas para pekerja mereka.
"Kita akan fokus kepada perusahaan-perusahaan yang memang membutuhkan intervensi terkait dengan produktivitas. itulah salah satu cara untuk bisa perusahaan kita itu bisa bersaing lebih baik," ujar Yassierli.
Sebelumnya, ia pernah mengatakan bahwa peningkatan produktivitas nasional merupakan kunci strategis untuk mendorong daya saing Indonesia di tengah kompetisi global yang semakin ketat.
Hal itu Menaker Yassierli dalam Sidang Pleno Lembaga Kerja Sama (LKS) Tripartit Nasional, di ruang Tridharma Kemnaker, Jakarta, Selasa (15/7/2025).
Menurut Yassierli, produktivitas tenaga kerja Indonesia perlu ditingkatkan secara sistematis.
Meskipun laju pertumbuhannya mulai sejajar dengan Malaysia dan Thailand, kontribusi Total Factor Productivity (TFP) yang mencerminkan efisiensi, inovasi, dan pemanfaatan teknologi masih tertinggal dibandingkan negara-negara seperti Tiongkok, Vietnam, dan India.
Ia menilai Indonesia tidak bisa terus bergantung pada jumlah tenaga kerja dan investasi modal.
"Jika ingin melakukan lompatan kemajuan, kita harus mendorong produktivitas melalui inovasi dan efisiensi. Ini harus menjadi gerakan nasional lintas sektor,” ujar Yassierli.
Sidang Umum PBB 23 September di New York: Indonesia akan Bawa Isu Palestina |
![]() |
---|
Kontroversi Seputar Patung Emas Raksasa Bitcoin Donald Trump, Siapa di Baliknya? |
![]() |
---|
Riset Industri Asuransi: Orang Indonesia Cenderung Menunda Perawatan Kesehatan karena Alasan Biaya |
![]() |
---|
Pengembangan Hutan Tanaman Industri Diharapkan Buka Lapangan Kerja hingga Sumber Energi Terbarukan |
![]() |
---|
Sambut Wamenaker Afriansyah Noor, Yassierli Tegaskan Prioritas Kemnaker |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.