Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Israel vs Everybody: Trump Tekan Netanyahu, Ajak Bertemu Bahas Gaza di Gedung Putih

Israel semakin terpojokkan setelah banyak negara mengakui Negara Palestina di Sidang Umum PBB pada Senin (22/9/2025) lalu.

Facebook The White House
TRUMP DAN NETANYAHU - Foto diambil dari Facebook The White House pada Rabu (25/6/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) dan Presiden AS Donald Trump (kiri) berjabat tangan sebelum menghadiri pertemuan di Ruang Oval, Gedung Putih, pada hari Selasa (8/4/2025). Posisi Israel yang semakin hari tidak menguntungkan membuat Trump mengajak Netanyahu untuk bertemu di Gedung Putih pada Senin (29/9/2025) untuk membahas perdamaian di Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM - Israel vs everybody. Itulah ungkapan yang tepat dalam situasi Israel saat ini.

Bagaimana tidak, Israel semakin terpojokkan setelah 157 negara anggota PBB mengakui negara Palestina di Sidang Umum PBB pada Senin (22/9/2025).

Yang terbaru, Prancis, Belgia, Luksemburg, Malta, dan Andorra mendeklarasikan diri mereka untuk mengakui negara Palestina.

Sebelumnya ada Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal yang terlebih dahulu mengakui Negara Palestina.

Setelah pengakuan Negara Palestina tersebut, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan proposal perdamaian di Gaza yang berisikan 21 poin.

Proposal tersebut diungkap Donald Trump saat bertemu dengan para pemimpin negara Arab dan Muslim di sela-sela Sidang Umum PBB.

Dari salinan yang diterima The Times of Israel, memuat klausul-klausul yang telah menjadi pokok dalam berbagai proposal yang disusun oleh berbagai pemangku kepentingan dalam beberapa bulan terakhir — mulai dari pembebasan semua sandera hingga pencopotan Hamas dari kekuasaan.

Namun, keputusan untuk secara eksplisit mendorong warga Palestina agar tetap tinggal di Gaza merupakan puncak evolusi utama bagi Washington dalam isu ini.

Selain itu, gambaran proposal tentang jalur potensial menuju negara Palestina di masa depan, setelah pembangunan kembali Gaza dan reformasi Otoritas Palestina selesai, juga tampaknya merupakan penyimpangan besar dari kebijakan pemerintahan Trump selama ini, mengingat pemerintah tersebut menghindari pernyataan dukungan terhadap solusi dua negara.

Meskipun persyaratan tersebut merupakan nilai jual utama bagi Palestina, proposal ini, yang sebagian besar disusun oleh utusan khusus AS Steve Witkoff — dan siap disempurnakan dalam beberapa hari mendatang — juga mencakup klausul yang telah lama dituntut Israel.

Itu termasuk komitmen Hamas untuk melucuti senjata, demiliterisasi Gaza dan pembentukan proses untuk deradikalisasi penduduk.

Baca juga: Netanyahu: Israel Tahu di Mana Iran Sembunyikan Cadangan Uraniumnya

Trump Ajak Netanyahu Bertemu

Setelah Israel semakin terdesak, Trump mengajak Netanyahu untuk bertemu di Gedung Putih pada hari Senin (29/9/2025).

Pertemuan itu dimaksudkan untuk mendorong proposal perdamaian Gaza setelah sejumlah pemimpin Barat merangkul negara Palestina yang menentang pertentangan Amerika dan Israel.

Kunjungan Netanyahu ini menjadi yang keempat kalinya sejak Trump menjabat pada bulan Januari lalu.

Trump mengatakan kepada Reuters, bahwa dia berharap mendapatkan persetujuan Netanyahu mengenai kerangka kerja untuk mengakhiri perang di Gaza dan membebaskan sisa sandera yang ditahan oleh Hamas.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved