Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Petani Zaitun Mahfodah Shtayyeh, Simbol Perlawanan dan Cinta yang Tak Pernah Padam di Tepi Barat

Teror, intimidasi, hingga serangan otoritas dan pemukim Israel tak membuat Mahfodah Shtayyeh gentar. Ia pantang tunduk dan menyerah.

Editor: Willem Jonata
Aljazeera
Mahfodah Shtayyeh, seorang petani zaitun di Desa Salem, Tepi Barat, Palestina. 

TRIBUNNEWS.COM - Semenjak 1967 hingga sekarang, para petani zaitun di Tepi Barat, Palestina, mengalami penindasan.

Kebun mereka dirusak oleh otoritas dan pemukim Israel. Tercatat lebih dari 800 ribu pohon zaitun dicabut.

Kekerasan yang dilakukan otoritas dan pemukim Israel terhadap petani Palestina dirancang untuk mengambil alih tanah mereka.

"Mereka mengintimidasi dan meneror warga Palestina," demikian laporan Profesor S. Michael Lynk untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) seperti dikutip Aljazeera.

Mahfodah Shtayyeh, wanita tua pemilik kebun sekaligus petani zaitun di Desa Salem, Tepi Barat, merupakan salah satu korbannya.

Baca juga: Siapa Pemukim Israel yang Serang dan Usir Warga Palestina di Tepi Barat?

Namun, teror, intimidasi, hingga serangan pemukim Israel tak membuatnya gentar.

Pada 2005 lalu misalnya. Tampak pada foto, ia tetap mempertahankan satu batang pohon zaitun dengan memeluknya erat.

"Aku memeluk pohon minyak zaitun. Itu sangat berharga bagiku, jadi aku memeluknya. Aku merasa seperti sedang memeluk anakku. Saya membesarkan pohon itu seperti anakku," ucap Mahfodah Shtayyeh.

Bagi orang Palestina, pohon zaitun merupakan sumber daya alam yang penting sekaligus simbol identitas mereka.

Pohon zaitun dan tanah air mereka memiliki koneksi yang begitu kuat dan mengakar.

Selama musim panen zaitun tahun 2020, setidaknya 26 warga Palestina terluka dan 1.700 pohon dirusak oleh pemukim Israel.

Kemudian pada tahun 2021, tercatat setidaknya terjadi 365 serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina.

"Mereka menghancurkan pohon zaitunku. Tapi aku menanamnya kembali. Aku merawatnya dan pohon-pohon itu tumbuh kembali dengan lebih baik dari sebelumnya," lanjut Mahfodah Shtayyeh.

Selama hidup, Mahfodah tak akan pernah mau tunduk dan menyerah. 

Ia juga meyakini orang-orang Israel tak akan pernah bisa mengambil alih tanahnya.

"Ini tanah kami, bukan tanah mereka. Kami akan terus melawan sampai dunia berakhir," serunya.

Begitulah tekad Mahfodah Shtayyeh.

Ia menjadi simbol perlawanan terhadap penjajah sekaligus cinta yang tak pernah padam kepada kebun pohon zaitun dan tanah airnya.

Warga Palestina di Tepi Barat terancam

Warga Palestina di Tepi Barat merasa terancam setelah Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir,mengeluarkan puluhan ribu izin kepemilikan senjata api kepada warga Israel, Selasa (7/11/2023).

Ben-Gvir mengklaim tujuan pendistribusian senjata adalah untuk melindungi warga Israel dari serangan.

Dia menambahkan, pemberian izin itu disertai pembukaan ratusan kelas (divisi tentara) cadangan baru di seluruh wilayah pendudukan untuk mengajari warga Israel cara membawa dan menggunakan senjata api.

Pemerintah Israel, kata dia, juga telah menambah “puluhan karyawan” staf di Divisi Senjata Api kementerian tersebut.

"Karena tingginya permintaan di Divisi Senjata Api, saya mengimbau semua orang untuk bersabar. Periksa kelayakan Anda dan persenjatai diri Anda," katanya dikutip Anadolu Agency.

Warga Palestina khawatir kalau kebijakan Israel yang mempersenjatai warganya mungkin menjadi dalih untuk melakukan pembunuhan dengan kedok “mencegah serangan.”

Tindak kekerasan warga pemukim Isarel ke warga Palestina di Tepi Barat dilaporkan meningkat seiring situasi invasi militer tentara Israel di Gaza.

Seperti yang terjadi belum lama ini di Jenin.

Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan sedikitnya 10 warga Palestina tewas dan 20 lainnya terluka dalam serangan pasukan Israel di kota tersebut.

Kamp pengungsi di Tepi Barat juga jadi sasaran serangan.

Pertempuran sengit dilaporkan terjadi di kamp tersebut pada hari Kamis (9/11/2023).

Asap hitam terlihat membubung di atas kota di tengah suara ledakan dan tembakan.

Bernard Smith dari Al Jazeera melaporkan pada Senin (6/11/2023), terkadang di Jenin, orang-orang mendengar suara tembakan, ledakan, bahkan drone militer Israel terbang di langit.

“Penggerebekan adalah fakta kehidupan di Tepi Barat yang diduduki, khususnya di sini di Jenin," imbuhnya.

Sementara itu, pasukan Israel mengaku melakukan serangan kontraterorisme di Jenin.

Namun tidak ada rincian lain yang diberikan setelah itu.

"Pasukan Israel selalu mengatakan mereka mengejar 'teroris Palestina'," katanya.

Kantor berita Palestina Wafa melaporkan sejumlah besar tentara Israel memasuki kamp tersebut dengan buldoser.

Penembak jitu menempatkan diri mereka di atap rumah ketika buldoser bergerak menghancurkan jalan dan infrastruktur.

Outlet berita Palestina Quds Network memposting cuplikan momen setelah pasukan Israel mengebom sebuah rumah di kamp Jenin.

“Serangan Israel di Tepi Barat yang diduduki telah meningkat dalam tiga jam terakhir,” Mohammed Jamjoom dari Al Jazeera melaporkan dari Ramallah.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved