Cerita Batik Akasia, UMKM Batik Tulis dan Batik Cap Warna Alami yang Terapkan Industri Hijau
Dari luka gempa Bantul lahirlah UMKM Batik Akasia: karya warna alam, ramah lingkungan, hingga menembus pasar internasional.
Penulis:
Sri Juliati
Editor:
Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Gempa berkekuatan 6,3 magnitudo yang mengguncang Yogyakarta pada Sabtu 27 Mei 2006 pukul 05.54 WIB meninggalkan luka mendalam.
Bantul menjadi daerah di Yogyakarta yang paling parah terdampak gempa dengan total korban meninggal mencapai 5.782 jiwa.
Enggan terus berlarut, semua orang berusaha bangkit dengan berbagai cara, termasuk memanfaatkan setiap bantuan dan peluang yang ada.
Tak terkecuali bagi Ii Hurairah (41). Wanita yang sudah 19 tahun tinggal di Bantul ini justru menapaki jalan baru pasca-gempa.
Berawal dari ingin mengubah nasib keluarga menjadi lebih baik lagi, Ii Hurairah bersama sang suami mengikuti pelatihan membatik yang digelar oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB).
Keputusannya mengikuti pelatihan membatik tak lepas dari peluang batik di masa depan. Selain ditetapkan sebagai warisan budaya, batik juga tak akan lekang oleh waktu dan tidak mengenal tren musiman.

"Batik juga memiliki ciri khas yang unik sehingga banyak orang luar yang mencari," kata Ii saat ditemui Tribunnews.com di workshop-nya yang berada di Glagah Kidul RT 01, Desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, Jumat (15/8/2025).
Ii lantas mengaplikasikan semua ilmu yang didapat dengan membuat kain batik sendiri. Dari semula dipakainya pribadi, Ii lantas mencoba peluang dengan menitipkan kain batik karyanya kepada UMKM yang sudah memiliki nama.
Namun, kegiatan ini tak berlangsung lama. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 2008, Ii sempat vakum. Ia tak melanjutkan usahanya karena tengah mengandung.
Setahun kemudian, setelah sang anak lahir, wanita yang berasal dari Garut, Jawa Barat ini kembali menekuni batik, dunia yang dicintainya.
"Akhirnya tahun 2009, kami mengurus legalitas dan lebih serius menekuni produksi batik tulis dan cap yang menggunakan warna alami atau natural dyes batik," lanjut Ii.
Baca juga: Bangkit dari Gempa dan Pandemi, ABC Woodentoys Kini Sukses jadi UMKM Mandiri Versi Yayasan Astra
Dari perjalanan panjang itu, lahirlah sebuah identitas usaha yang diberi nama Batik Akasia. Ii menjelaskan, ada kisah di balik pemilihan nama akasia.
Tak sekadar singkatan dari anak kreasi Indonesia, akasia dipilih karena merupakan simbol keteguhan dan daya tahan—seperti pohon akasia yang mampu bertahan hidup di berbagai kondisi.
Selain itu, ada bagian dari pohon akasia yang dipakai Ii sebagai pewarna alami pada produk Batik Akasia yaitu kulit kayu.
"Kami juga menggunakan kulit jalawe, kulit kayu tingi, dan kulit mahoni," tambahnya.
Sumber: TribunSolo.com
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Batik Akasia
kain batik
batik tulis
Batik cap
industri hijau
Yayasan Astra
Yayasan Dharma Bhakti Astra
Menperin Akselerasi Produk Industri Hijau di Pasar untuk Jaga Daya Saing RI |
![]() |
---|
Budaya 5S, Cara Sederhana Tanamkan Pendidikan Karakter di Sekolah |
![]() |
---|
Dari Dapur Mertua, Brounis Paris Kini Jadi UMKM Mandiri |
![]() |
---|
Presiden Prabowo Resmikan Proyek Baterai Listrik, Pertamina NRE Perkuat Peran di Industri Hijau |
![]() |
---|
Tekan Emisi Karbon, Pemerintah Dorong Penerapan Prinsip Industri Hijau di Seluruh Sektor |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.