Senin, 29 September 2025

Cerita Batik Akasia, UMKM Batik Tulis dan Batik Cap Warna Alami yang Terapkan Industri Hijau

Dari luka gempa Bantul lahirlah UMKM Batik Akasia: karya warna alam, ramah lingkungan, hingga menembus pasar internasional.

|
Penulis: Sri Juliati
Tribunnews.com/Sri Juliati
BATIK AKASIA - Ii Hurairah berada di workshop Batik Akasia yang beralamat di Glagah Kidul RT 01, Desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, Jumat (15/8/2025). Batik Akasia, UMKM binaan Yayasan Astra -Yayasan Dharma Bhakti Astra memproduksi kain hingga baju menggunakan warna alami (natural dyes batik). 

TRIBUNNEWS.COM - Gempa berkekuatan 6,3 magnitudo yang mengguncang Yogyakarta pada Sabtu 27 Mei 2006 pukul 05.54 WIB meninggalkan luka mendalam.

Bantul menjadi daerah di Yogyakarta yang paling parah terdampak gempa dengan total korban meninggal mencapai 5.782 jiwa.

Enggan terus berlarut, semua orang berusaha bangkit dengan berbagai cara, termasuk memanfaatkan setiap bantuan dan peluang yang ada.

Tak terkecuali bagi Ii Hurairah (41). Wanita yang sudah 19 tahun tinggal di Bantul ini justru menapaki jalan baru pasca-gempa.

Berawal dari ingin mengubah nasib keluarga menjadi lebih baik lagi, Ii Hurairah bersama sang suami mengikuti pelatihan membatik yang digelar oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB).

Keputusannya mengikuti pelatihan membatik tak lepas dari peluang batik di masa depan. Selain ditetapkan sebagai warisan budaya, batik juga tak akan lekang oleh waktu dan tidak mengenal tren musiman.

lihat fotoBATIK AKASIA - Ii Hurairah menunjukkan produk Batik Akasia di workshop yang beralamat di Glagah Kidul RT 01, Desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, Jumat (15/8/2025). Batik Akasia memproduksi kain hingga baju menggunakan warna alami (natural dyes batik)
BATIK AKASIA - Ii Hurairah menunjukkan produk Batik Akasia di workshop yang beralamat di Glagah Kidul RT 01, Desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, Jumat (15/8/2025). Batik Akasia memproduksi kain hingga baju menggunakan warna alami (natural dyes batik)

"Batik juga memiliki ciri khas yang unik sehingga banyak orang luar yang mencari," kata Ii saat ditemui Tribunnews.com di workshop-nya yang berada di Glagah Kidul RT 01, Desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, Jumat (15/8/2025).

Ii lantas mengaplikasikan semua ilmu yang didapat dengan membuat kain batik sendiri. Dari semula dipakainya pribadi, Ii lantas mencoba peluang dengan menitipkan kain batik karyanya kepada UMKM yang sudah memiliki nama.

Namun, kegiatan ini tak berlangsung lama. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 2008, Ii sempat vakum. Ia tak melanjutkan usahanya karena tengah mengandung.

Setahun kemudian, setelah sang anak lahir, wanita yang berasal dari Garut, Jawa Barat ini kembali menekuni batik, dunia yang dicintainya.

"Akhirnya tahun 2009, kami mengurus legalitas dan lebih serius menekuni produksi batik tulis dan cap yang menggunakan warna alami atau natural dyes batik," lanjut Ii.

Baca juga: Bangkit dari Gempa dan Pandemi, ABC Woodentoys Kini Sukses jadi UMKM Mandiri Versi Yayasan Astra

Dari perjalanan panjang itu, lahirlah sebuah identitas usaha yang diberi nama Batik Akasia. Ii menjelaskan, ada kisah di balik pemilihan nama akasia.

Tak sekadar singkatan dari anak kreasi Indonesia, akasia dipilih karena merupakan simbol keteguhan dan daya tahan—seperti pohon akasia yang mampu bertahan hidup di berbagai kondisi.

Selain itu, ada bagian dari pohon akasia yang dipakai Ii sebagai pewarna alami pada produk Batik Akasia yaitu kulit kayu.

"Kami juga menggunakan kulit jalawe, kulit kayu tingi, dan kulit mahoni," tambahnya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan