Tribunners / Citizen Journalism
Menelaah Mesin Baru Pertumbuhan Ekonomi dan Posisi Rojali & Rohana
Ekonomi RI tumbuh 5,12% di Q2-2025. Konsumsi, industri, dan investasi jadi motor utama di tengah fenomena Rojali & Rohana.
Editor:
Glery Lazuardi
Trubus Rahardiansah
Trubus Rahadiansah adalah seorang akademisi, pengamat kebijakan publik, dan dosen senior di Universitas Trisakti. Ia dikenal luas karena pandangannya yang kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah, terutama di bidang hukum, tata negara, dan sosial politik.
TRIBUNNEWS.COM - Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2025 yang mencapai 5,12 persen (yoy) menandakan bahwa mesin ekonomi nasional masih bekerja stabil di tengah ketidakpastian global.
Di saat publik ramai memperbincangkan fenomena “Rojali” (rombongan cuma lihat-lihat) dan “Rohana” (rombongan hanya nanya-nanya), pemerintah menegaskan bahwa fenomena tersebut tidak menghambat laju pertumbuhan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan sejumlah indikator pendukung memang menunjukkan hal yang sama.
Bukan hanya konsumsi, tetapi juga sektor industri pengolahan dan investasi, yang merupakan tiga motor utama ekonomi, bergerak serempak menopang pertumbuhan.
Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97% (yoy), menyumbang lebih dari separuh PDB. Angka ini menepis anggapan bahwa daya beli masyarakat sedang tertekan.
Survei penjualan eceran Bank Indonesia menunjukkan Indeks Penjualan Riil (IPR) masih di atas 200.
Untuk proyeksi Juni 2025, indeksnya diperkirakan mencapai 233,7, naik dari 232,4 di bulan sebelumnya. Artinya, masyarakat masih belanja, hanya polanya yang berubah.
Selain itu, simpanan masyarakat di bank tumbuh 4,02% yoy menjadi Rp9.109 triliun. Bahkan, simpanan dengan saldo di bawah Rp100 juta per rekening naik 3,75%.
Ini mengisyaratkan masyarakat masih punya uang dan daya belinya tetap terjaga. Fenomena Rojali dan Rohana hanyalah refleksi perubahan pola belanja, bukan pelemahan daya beli.
Dari perspektif adaptive governance, fenomena ini perlu dibaca sebagai sinyal bagi pemerintah untuk menyesuaikan kebijakan, bukan sekadar mengandalkan pendekatan lama.
Dukungan terhadap ekosistem e-commerce, infrastruktur logistik, dan kebijakan yang menjaga daya beli menjadi kunci dalam merespons pola konsumsi baru ini.
Bukan hanya konsumsi, sektor industri pengolahan tumbuh 5,68% yoy, tertinggi dalam empat tahun terakhir. Ini adalah sinyal positif bahwa proses reindustrialisasi mulai bergerak.
Di sisi lain, pembentukan modal tetap bruto (PMTB), yang merupakan indikator investasi, tumbuh 6,99% yoy, juga tertinggi dalam empat tahun terakhir.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Rojali
Rohana
pertumbuhan ekonomi
Trubus Rahardiansah
SDG08-Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
Anwar Abbas: Rakyat Butuh Fakta, Menkeu Purbaya Harus Buktikan Janji Ekonomi |
![]() |
---|
Dorong Pertumbuhan Ekonomi, Menkeu Purbaya Bakal Pindahkan Dana Rp 200 Triliun untuk Perbankan |
![]() |
---|
Kepercayaan Diri yang Berlebihan Menkeu Purbaya Bisa Bikin Ekonomi RI Karam: Ciptakan Kegaduhan |
![]() |
---|
Menteri Keuangan Purbaya Harus Visioner Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen |
![]() |
---|
Ekonom: Penyelenggara Negara Tak Amanah, Manfaat Pertumbuhan Ekonomi Tak Dirasakan Masyarakat Luas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.