Tribunners / Citizen Journalism
Jeritan dari Negeri 'Nyiur Melambai', Industri Kelapa dalam Masalah Besar
Sejak lama Indonesia tercatat sebagai salah satu negara produsen kelapa terbesar dunia. Faktanya, sudah lama pula tanaman ini menderita
Editor:
Dodi Esvandi
Stok di warung seringkali kosong.
Baca juga: Imbas Harga Mahal dan Stok di Dalam Negeri Langka, Pemerintah Bakal Atur Kebijakan Ekspor Kelapa
Salah satu penyebab kelangkaan kelapa parut dan santan kemasan ini adalah pasokan buah yang berkurang drastis di pasar dalam negeri.
Banyak pedagang kelapa buah yang memilih mengekspor komoditas kebun ini lantaran harga jualnya lebih tinggi.
Pressure kelangkaan bahan baku tersebut diperkirakan akan berlanjut pada tahun 2025 ini.
Lantas bagaimana cara menyelamatkan industri kelapa yang dalam masalah besar ini?
Masalah ini tidak mungkin bisa diselamatkan tanpa upaya besar, sistematis dan konsisten.
Dan ini tidak mungkin bisa dilakukan oleh petani kelapa, karena keterbatasan mereka yang sangat besar.
Untungnya, pemerintah melalui Bappenas telah membuat Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025–2045.
Meski upaya ini tidak cukup, dan peta ini bisa saja hanya "omon-omon" jika tindak lanjut yang serius tidak ada.
Yang diperlukan selanjutnya, dan ini sudah urgent, adalah aksi dalam skala besar.
Belajar dari kesuksesan industri kelapa sawit-- yang merupakan saudara muda kelapa-- yang dalam tempo 150 tahun sejak masuknya ke Indonesia dari Afrika, tentunya pengembangan kelapa akan bisa lebih mudah dan bisa berhasil.
Lagi pula, kelapa sudah ribuan tahun ada di Indonesia, bahkan diperkirakan Indonesia termasuk pada zona asal usul kelapa.
Artinya, tanaman ini sudah lama beradaptasi pada agroklimat dan menyebar luas di Indonesia.
Baca juga: Harga Kelapa Melonjak, Prabowo Minta Produksi di Dalam Negeri Digenjot, Mentan Lakukan Pemetaan
Pembelajaran dari kelapa sawit inilah yang akan dikupas di workshop bertajuk ‘Coconut in crisis - Revitalizing the Indonesian Coconut Sector’ pada 30 April di Jakarta.
Acara ini diselenggarakan oleh Coconut Knowledge Center (CKC), sebuah lembaga pemampu dan think tank berpusat di India, bekerjasama dengan HIPKI (Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia), dan Plataforma Asia.
Selain belajar dari sawit, pada acara itu juga akan dipertemukan para calon investor, pengusaha besar, petani, pemerintah dan pakar (kelapa dan kelapa sawit) untuk meramu aksi besar penyelamatan kelapa.
Integrasi yang kuat antara hulu dan hilir yang didukung oleh investasi/pendanaan dengan pola PIR merupakan model yang akan menarik diterapkan.
Model PIR ini sudah terbukti berhasil di kelapa sawit, bahkan sudah diakui secara global, menyebabkan Indonesia menjadi produsen utama kelapa sawit dunia sejak 2006 mengalahkan Malaysia.
Sawit bisa, mengapa kelapa tidak?
Sejatinya teknologi kelapa sudah cukup banyak tersedia, baik bibit unggul, teknik budidaya, maupun pengolahan.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Alasan Program Makan Bergizi Gratis Diperluas untuk Guru hingga Kader Posyandu |
![]() |
---|
5 Sosok Calon Menpora, Ada Publik Figur, Mantan Atlet Hingga Keponakan Presiden |
![]() |
---|
Prabowo Siap Resmikan 25.000 Rumah Subsidi dan KUR Perumahan Rp130 Triliun |
![]() |
---|
Kursi Menkopolkam Masih Kosong, Anak Buah Prabowo Bilang: Tunggu Saja |
![]() |
---|
Pakar Komunikasi Politik Sebut Seskab Teddy sebagai Figur Sentral Komunikasi Prabowo dan Kabinet |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.