Mushola Ambruk di Sidoarjo
Kisah Penyelamatan Ahmad, Tangannya Terpaksa Diamputasi di Tempat Karena Tertindih Beton Musala
Dokter Aaron mengambil resiko melakukan amputasi darurat di lokasi yang sebenarnya juga membahayakan dirinya.
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Nur Ahmad (16) menjadi korban selamat peristiwa ambruk musala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim).
Saat proses evakuasi, Nur Ahmad ada dalam posisi sulit. Tangannya tertindih bongkahan beton musala yang ambruk. Evakuasi NA dihadapkan pada dua pilihan. Yakni, menunggu beton diangkat dengan resiko korban semakin banyak kehilangan darah.
Pilihan kedua, adalah amputasi di lokasi. Dari berbagai pertimbangan dan diskusi tim, maka opsi amputasi diambil.
Baca juga: Tim SAR Gunakan Dua Metode untuk Cari Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
Sebab, opsi pertama dinilai terlalu beresiko. Tangan Ahmad kemudian diamputasi dokter dari TNI yakni dr Aaron Franklyn Suaduon Simatupang.
Dokter Aaron mengambil resiko melakukan amputasi darurat di lokasi yang sebenarnya juga membahayakan dirinya.
"Pikiran saya, sudah siap mati sama pasien kalau bangunan itu runtuh. Karena itu sangat berbahaya, salah gerak sedikit ambruk," kata Aaron kepada awak media di RSUD Notopuro Sidoarjo, Kamis (2/10/2025) malam.
Ada banyak tim yang turun saat itu. Namun karena sulitnya medan, maka mereka berbagi pos.
Dokter Aaron di bawah supervisi Dokter Larona Hydravianto Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RSUD Notopuro Sidoarjo, memutuskan menyelamatkan korban yang terancam kehilangan banyak darah lantaran siku lengan kiri sudah tertindih habis oleh beton bangunan.
Dalam ceritanya, Dokter Aaron masih ingat betul bahwa medan saat itu sangat sulit. Karena harus merayap ke dalam. Ukurannya hanya sekitar 50 cm.
Padahal ia tengah berpacu dengan waktu. Sesampainya di dalam, dokter Aaron masih sempat berkomunikasi dengan korban. Santri yang menjadi korban reruntuhan ini, memang terus minta tolong.
Baca juga: Update Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: 10 Orang Meninggal Dunia, 103 Selamat
Tentu tindakan amputasi tidak langsung dilakukan begitu saja, setelah memastikan kondisi pasien Dokter Aaron lantas kembali berdiskusi dengan tim yang terdiri dari tim dokter senior.
Persiapan matang menjadi pertimbangan utama. Setelah dirasa memungkinkan, maka tindakan dilakukan.
Prosesnya sekitar 10 menit. Dokter Aaron bersyukur pasien berhasil dievakuasi, distabilisasi dan selanjutnya dirujuk ke rumah sakit.
"Kita bawa keluar itu less tidak banyak yang darah yang keluar," jelasnya.
Kesaksian Korban
Nur Ahmad menceritakan terjadinya tragedi ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny.
Sumber: Tribun Jatim
Mushola Ambruk di Sidoarjo
Buntut Ambruknya Ponpes Al Khoziny, Cak Imin Minta Semua Ponpes Libatkan Tim Teknis dalam Membangun |
---|
Profil dan Harta Kekayaan Bupati Subandi, Ungkap Fakta Bangunan Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo |
---|
Korban Meninggal Musala Ambruk di Sidoarjo Kini Sembilan, Puluhan Lainnya Diduga Masih Tertimbun |
---|
Ponpes Al Khoziny Ambruk, DPR Soroti Lemahnya Dukungan Negara terhadap Infrastruktur Pesantren |
---|
Update Kasus Ambruknya Ponpes di Sidoarjo, Total 8 Orang Meninggal Dunia |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.