Program Magang Fresh Graduate Hadapi Tantangan Mutu hingga Keberlanjutan
Angka “8+4+5” merujuk pada struktur program: delapan program akselerasi yang satu di antaranya difokuskan pada pemulihan jangka pendek seperti magang
Hasiolan EP/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Anggota DPD RI asal DKI Jakarta, Fahira Idris, menilai Program Magang Fresh Graduate yang menjadi bagian dari Paket Stimulus Ekonomi 8+4+5 merupakan langkah penting dalam menjawab persoalan pengangguran muda.
Sebagai latar belakang, paket Stimulus Ekonomi 8+4+5 merupakan strategi komprehensif yang diluncurkan pemerintah Indonesia pada September 2025 untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja secara masif.
Angka “8+4+5” merujuk pada struktur program: delapan program akselerasi yang satu di antaranya difokuskan pada pemulihan jangka pendek seperti magang bagi lulusan baru.
Baca juga: 16,16 Persen Gen Z Pengangguran: Jadi Tantangan Serius, Pengembangan Soft Skill Jadi Asa
Terkait ini, menurut Fahira, pemberian insentif setara UMP selama enam bulan bagi lulusan D3 dan S1 dapat menjadi solusi atas kendala yang sering dihadapi fresh graduate, yakni tuntutan pengalaman kerja yang belum mereka miliki.
“Banyak perusahaan meminta pengalaman, sementara lulusan baru justru tidak memiliki akses untuk memperolehnya. Program ini menghadirkan jawaban dengan memberi ruang praktik nyata yang dilengkapi insentif setara UMP. Selain itu, kebijakan ini menunjukkan kolaborasi strategis yang memperkuat keterkaitan antara perguruan tinggi dan industri,” ujar Fahira dikutip, Rabu (17/9/2025).
Meski mengapresiasi inisiatif tersebut, Fahira mengingatkan bahwa program ini tetap menyimpan sejumlah tantangan.
Ia menyoroti pentingnya menjaga mutu pengalaman belajar karena tidak semua perusahaan memiliki sistem pelatihan terstruktur.
Ia juga menekankan potensi ketimpangan antarwilayah, di mana daerah dengan basis industri kuat lebih diuntungkan dibanding daerah lain.
Selain itu, tanpa adanya skema transisi yang jelas, pengalaman enam bulan magang bisa saja tidak membuka peluang kerja yang berkelanjutan.
Untuk memastikan program ini berjalan efektif, Fahira menawarkan enam rekomendasi.
Menurutnya, setiap peserta magang harus memperoleh sertifikasi kompetensi yang diakui industri agar daya tawar mereka meningkat di pasar kerja, seperti praktik yang sudah dijalankan di Korea Selatan.
Ia juga menilai pentingnya insentif bagi perusahaan yang benar-benar merekrut alumni magang menjadi karyawan tetap, sebagaimana model apprenticeship di Jerman.
Dari sisi kualitas, ia mendorong pembentukan tim independen yang terdiri dari perguruan tinggi, asosiasi profesi, dan Kadin untuk mengawasi mutu program berbasis masukan peserta.
Baca juga: 4,2 Juta Pekerja Bergantung pada Sektor Haji-Umrah, Legalisasi Umrah Mandiri Picu Pengangguran Baru
Selain itu, Fahira mendorong penempatan magang diarahkan ke sektor-sektor prioritas seperti manufaktur, ekonomi digital, energi terbarukan, dan kesehatan agar manfaatnya tidak hanya membuka lapangan kerja, tetapi juga mempercepat transformasi ekonomi.
Ia menambahkan perlunya mengembangkan skema hybrid seperti magang jarak jauh agar akses lebih merata, termasuk bagi penyandang disabilitas maupun lulusan dari daerah terpencil.
Terakhir, ia menekankan pentingnya tracer study nasional untuk melacak keberlanjutan karier peserta pasca magang, sehingga pemerintah dapat menilai efektivitas program dan melakukan penyesuaian kebijakan yang adaptif.
“Kita semua berharap program Magang Fresh Graduate tidak hanya menjadi stimulus jangka pendek, tetapi juga berkembang menjadi instrumen reformasi pasar tenaga kerja dan pendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Karena itu, desain dan implementasinya harus dijaga dengan serius,” kata Fahira Idris.
Sosok Fahira Idris?
Fahira Idris adalah seorang senator independen dari DKI Jakarta yang telah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) sejak 2014.
Putri dari politisi senior Fahmi Idris dan cucu dari mantan Ketua MUI KH. Hasan Basri, Fahira memiliki latar belakang pendidikan di bidang ekonomi dan hukum dari Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran.
Baca juga: Tingkat Pengangguran Turun, Upah Minimum Jadi Isu Panas Jelang Aksi Buruh 28 Agustus
Ia dikenal sebagai aktivis sosial, pengusaha, dan tokoh perempuan yang vokal dalam isu-isu publik seperti pendidikan, kesehatan, literasi, masyarakat adat, dan kebencanaan.
Ia juga aktif memimpin organisasi masyarakat seperti Bang Japar dan GeNAM, serta sering turun langsung ke lapangan dalam kegiatan sosial seperti bantuan pendidikan, donor darah, bantuan banjir, dan advokasi kesehatan di Kepulauan Seribu.
Haornas 2025 Jadi Momentum Evaluasi Arah Prestasi Olahraga Indonesia |
![]() |
---|
Senator Asal Jakarta: Pemutihan Ijazah Harus Terintegrasi KJP Plus dan KJMU |
![]() |
---|
Rekam Jejak AKBP Dody Surya Putra, Kapolres Kukar Dicopot Jabatannya, Diduga Ancam Anggota DPD RI |
![]() |
---|
Fahira Idris: Pengentasan Kemiskinan Jadi Investasi Stabilitas Nasional, Bukan Urusan Sosial Semata |
![]() |
---|
Cek Fakta Prabowo Klaim Pengangguran di Indonesia Turun, Masih Tertinggi di ASEAN |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.