16,16 Persen Gen Z Pengangguran: Jadi Tantangan Serius, Pengembangan Soft Skill Jadi Asa
Minimnya soft skill menjadi salah satu tantangan Gen Z masuki dunia kerja. Pemerintah dan Industri harus hadir.
Penulis:
garudea prabawati
Editor:
Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Pentingnya soft skill bagi Generasi Z atau Gen Z (1997-2012) yang akan masuk ke dunia kerja memang menjadi urgensi tersendiri, terlebih dengan adanya data yang menyebut bahwa Gen Z yang baru lulus kuliah susah mendapatkan pekerjaan dan sulit menyesuaikan diri dengan dunia kerja.
Menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Senin (5/9/2025), disebutkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut kelompok umur sebagian besar ada di rentang usia 15 hingga 24 tahun.
Dari angka, jumlahnya mencapai 16,16 persen per Februari 2025.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa angka pengangguran di rentang usia tersebut paling besar diantara kelompok umur lainnya, seperti rentang 25 hingga 59 tahun hanya sebesar 3,95 persen.
Di sisi lain Penelitian dari Randstad Workmonitor pada 2022 lalu, bahwa 41 persen Gen Z mengatakan lebih memilih jadi pengangguran dibandingkan tidak bahagia di tempat kerja.
"Jika dilihat dari financial aspect, 73 persen Gen Z mengatakan mereka lebih memilih untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik daripada lebih banyak tabungan di bank," ujar dr Gamal Albinsaid, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi X saat dikonfirmasi Tribunnews, Sabtu (13/9/2025).
Hingga akhirnya lahirlah sebuah pemikiran yang disebut soft saving dalam realitas kehidupan finansial Gen Z saat ini.
Dr Gamal menjelaskan bahwa soft saving adalah sebuah pemikiran berupa 'You Only Live Once' atau YOLO, hal itu berbeda dengan paradigma cara berpikir financial independent yang dimiliki para generasi sebelumnya.
Dan itu, disebut dr Gamal menjadi salah satu masalah yang dihadapi Gen Z hari ini, di mana pada akhirnya dampaknya cukup signifikan.
"Misalkan kita lihat jumlah tingkat pengangguran terbuka itu angkanya masih cukup signifikan, bisa di angka 5 persen lebih, itu salah satu problematika yang kita hadapi saat ini dalam konteks bagaimana bisa memahami tantangan-tantangan Gen Z hari ini," ujarnya lagi.
Bahkan satu laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa 9,9 juta anak muda tidak dalam pekerjaan, training ataupun edukasi.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menyoroti akar masalah yang membuat Gen Z tidak siap memasuki dunia kerja bahkan minim soft skill.
Termasuk karena proses pendidikan yang diterapkan di Indonesia saat ini yang akhirnya melahirkan generasi-generasi seperti saat ini.
Dalam penilaian yang dilakukan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam Programme for International Student Assessment (PISA) 2022, skor Indonesia masih rendah.
Termasuk terlihat dalan konteks membaca, skor literasi membaca Indonesia pada 2022 mengalami penurunan bila dibandingkan 2018.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.