Kamis, 2 Oktober 2025

Beras Oplosan

Rapat dengan Komisi IV DPR, Mentan Lapor Perkembangan Penanganan Beras Oplosan

Dia menyoroti perbedaan mencolok antara harga di tingkat petani atau penggilingan yang menurun, dengan harga di tingkat konsumen yang meningkat.

Penulis: Chaerul Umam
Tribunnews.com/Chaerul Umam
BERAS OPLOSAN - Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman, membeberkan progres penanganan beras oplosan yang beredar di pasaran. Hal itu disamapaikannya dalam rapat kerja (raker) dengan Komisi IV DPR RI, pada Rabu (16/7/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman, membeberkan progres penanganan beras oplosan yang beredar di pasaran.

Hal itu disamapaikannya dalam rapat kerja (raker) dengan Komisi IV DPR RI, pada Rabu (16/7/2025).

Baca juga: Kasus Dugaan Beras Oplosan, Satgas Pangan Polri Sudah Periksa 22 Saksi

Awalnya, ia mengungkapkannya adanta temuan terkait anomali harga beras.

Dia menyoroti perbedaan mencolok antara harga di tingkat petani atau penggilingan yang menurun, dengan harga di tingkat konsumen yang justru meningkat.

Baca juga: DPR Minta Polisi Segera Ungkap Sindikat Kasus Beras Oplosan, Baik Individu Maupun Perusahaan

“Kita mencoba menganalisa karena ada anomali di mana dua bulan lalu, satu bulan lalu, itu terjadi penurunan harga di tingkat petani atau penggilingan. Kami ulangi, penurunan harga terjadi di penggilingan atau petani, tetapi terjadi kenaikan di tingkat konsumen. Ini terjadi anomali,” ungkap Mentan dalam di Ruang Rapat Komisi IV DPR, Senayan, Jakarta.

Amran juga mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), yang menunjukkan adanya kenaikan produksi beras nasional sebesar 14 persen atau sekitar 3 juta ton lebih. 

Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya Indonesia mengalami surplus produksi, namun justru diiringi kenaikan harga di pasar.

“Di sisi lain, sesuai BPS, produksi kita naik itu 14 persen atau 3 juta ton lebih. Ada surplus 3 juta ton lebih dari kebutuhan. Tetapi harga naik, sisi lain petani turun. Harusnya kalau petani naik, baru bisa naik di tingkat konsumen,” ujarnya.

Untuk menindaklanjuti temuan ini, Kementerian Pertanian melakukan inspeksi menyeluruh terhadap produk beras yang beredar di pasar dari 10 provinsi penghasil beras terbesar. 

Sebanyak 268 merek diperiksa dan diuji di 13 laboratorium, guna memastikan hasil yang akurat dan akuntabel.

“Ini kami periksa di 13 lab. Kami khawatir kalau ada komplain, karena ini sangat sensitif. Dan ini kesempatan emas bagi Indonesia untuk menata tata kelola beras karena stok kita besar,” ucap Mentan.

Ia menyatakan bahwa hasil dari uji laboratorium tersebut mengungkapkan bahwa 85 persen produk beras tidak sesuai standar mutu. 

Ada yang dioplos, dikemas ulang, dan dijual dalam label premium atau medium padahal berasnya berasal dari beras curah berkualitas rendah.

“85 persen yang tidak sesuai standar. Ada yang dioplos, ada yang tidak dioplos, langsung ganti kemasan. Jadi ini semua beras curah tetapi dijual harga premium. Beras curah tetapi dijual harga medium,” ungkapnya.

Amran menyebut bahwa nilai ekonomi dari peredaran beras tak sesuai mutu ini mencapai Rp99 triliun. 

Baca juga: Kementan-Satgas Pangan Ungkap Beras Oplosan, DPR: Jangan Ada Kompromi dengan Pelaku

Dia juga menegaskan bahwa temuan tersebut telah disampaikan ke Kapolri dan Kejaksaan Agung untuk ditindaklanjuti secara hukum.

Amran menyampaikan, ada 26 merek beras yang telah diperiksa.

“Ini total nilainya setelah kita kali jumlah beras yang beredar itu Rp99 triliun. Ini tidak cukup, ada lagi penemuan Satgas. Karena kami bergerak bersama Satgas dan Perdagangan, kami kontak Menteri Perdagangan. Sebelum bergerak kami sampaikan dan hasilnya kami sampaikan,” katanya.

"Tanggal 10 sudah diperiksa, ada 26 merek, dan menurut laporan yang kami terima, bahwa mereka mengakui," lanjut Andi.

Lebih lanjut, Amran mengapresiasi respons cepat beberapa produsen beras yang mulai menyesuaikan harga dan kualitas produk mereka setelah temuan tersebut diumumkan.

“Alhamdulillah kemarin kami cek merek yang sudah diumumkan itu sudah mulai sebagian, belum seluruhnya Ibu, itu menarik dan mengganti harganya. Harganya sesuai standar dan kualitasnya sama,” imbuhnya.

Amran juga menyampaikan bahwa pergeseran kesadaran produsen mulai terlihat. 

Dia mencontohkan salah satu perusahaan yang telah bersurat untuk mengimbau jaringannya agar tidak menjual beras yang tidak sesuai kualitas maupun harga.

“Sudah ada kesadaran dan mereka tahu. Dari salah satu perusahaan kami terima suratnya, mengimbau, jangan menjual beras yang kualitasnya tidak sesuai dan harga,” pungkasnya.

 

 

 

 

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved