Senin, 29 September 2025

Beras Oplosan

Mentan Amran: 1,3 Juta Ton Beras akan Diguyur ke Pasar untuk Tekan Harga

Persoalan yang dihadapi bukanlah soal campur-mencampur, melainkan ketidaksesuaian dengan standar mutu premium.

Lita/Tribunnews
HARGA BERAS - Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Kantor Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu (13/8/2025). Mentan Amran menyebut operasi pasar dengan 1,3 juta ton beras akan segera dilakukan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertanian Amran Sulaiman memastikan pemerintah akan segera melepas 1,3 juta ton beras dalam operasi pasar untuk menekan harga komoditas pangan tersebut.

Meski waktu pastinya belum dijadwalkan, hal tersebut akan segera dilakukan.

Operasi pasar adalah kegiatan yang dilakukan pemerintah untuk menghindari terjadinya kenaikan harga suatu barang komoditas.

Langkah ini diambil untuk menstabilkan harga sekaligus mendukung keberlangsungan usaha penggilingan padi skala kecil.

Baca juga: Mentan Amran: Pergeseran Pasar Beras Bawa Manfaat bagi Pedagang dan Penggilingan Kecil

Di Bandung, Jawa Barat, saat ini harga beras premium dibandrol dengan harga Rp 16.500 hingga Rp 17.500 per kilogram, tetapi sejak dua bulan yang lalu mengalami kenaikan secara bertahap sebesar Rp 1.000 hingga 1.500 per kilogram.

Kemudian, beras medium Rp 15 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 13.500 sampai Rp 14 ribu per kilogram.

"1,3 juta ton beras akan kita keluarkan. Kita guyur ke pasar. Sambil menghidupi yang kecil ini (penggilingan padi)," ujar Amran dalam Konferensi Pers di Kantor Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu (13/8/2025).

Menurut Amran, distribusi besar-besaran ini diharapkan akan membentuk struktur pasar baru. Ia memprediksi akan ada pergeseran perilaku konsumen dari ritel modern ke pasar tradisional, karena faktor keterbukaan harga dan kualitas yang lebih terjamin.

Hal ini didukung dari temuan pemerintah terhadap beras-beras premium yang dijual di pasar ritel modern dioplos dengan beras kualitas rendah.

"Ini nanti akan terbentuk struktur pasar baru. Ada pergeseran, konsumen dari ritel modern lari ke pasar tradisional. Dia (konsumen) akan lebih percaya tradisional karena transparan, terbuka dan murah," jelasnya.

Amran membandingkan harga beras premium di pasar modern yang berada di kisaran Rp 17.000 - Rp 18.000 per kilogram, dengan harga di pasar tradisional yang lebih rendah namun kualitasnya tetap baik.

"Sekarang kalau beras premium harganya Rp 17.000 - Rp 18.000. Di sini (pasar tradisional) harganya Rp 13.000 sudah dapat yang bagus berasnya. Itu secara alami nanti terjadi pergerakan," ucap Mentan.

Terkait isu beras oplosan, Mentan menegaskan persoalan yang dihadapi bukanlah soal campur-mencampur, melainkan ketidaksesuaian dengan standar mutu premium.

"Lalu, ini bukan persoalan oplos, persoalan campur. Ini adalah tidak sesuai standar. Standar premium adalah brokennya 15 persen, tetapi di sini ada yang brokennya sampai 59 persen. Itu sesuai lab, bukan sesuai Kementerian Pertanian," jelasnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang digunakan Kementerian Pertanian, banyak beras yang dijual sebagai premium justru memiliki tingkat butiran patah di atas ambang batas.

"Kami menggunakan laboratorium 13 dan sampel kami ambil tadi 10, itu kebanyakan brokennya 33 persen dan itu dianggap premium. Pelanggarannya di situ," tutur Amran.

Pemerintah berharap dengan masuknya pasokan beras dalam jumlah besar ke pasar, harga akan kembali stabil dan masyarakat bisa memperoleh beras berkualitas sesuai standar dengan harga yang lebih terjangkau.

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan