Senin, 29 September 2025

Beras Oplosan

Isu Beras Oplosan Bikin Pedagang Menjerit, Omzet Anjlok Hingga Harga yang Terus Melambung

Hadi menyampaikan, dalam sehari ia biasanya bisa menjual 2-4 ton beras. Tapi saat ini, paling mentok seharinya hanya terjual 5 kuintal beras saja.

Tribun Jabar/ Nappisah
BERAS OPLOSAN - Pekerja mengangkut beras di pasar tradisional Kota Bandung, Rabu (13/8/2025). Hadi (48), seorang pedagang di Pasar Baru Indramayu, Jawa Barat mengungkapkan suasana tokonya yang biasa ramai kini sepi usai mencuatnya polemik beras oplosan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terbongkarnya praktik beras oplosan tidak memberikan kesejahteraan bagi para pedagang. Para pedagang justru menjerit akibat adanya isu beras oplosan tersebut.

Beras oplosan adalah beras yang dicampur dari berbagai jenis atau kualitas, lalu dijual dengan label dan harga yang tidak sesuai mutu sebenarnya.

Baca juga: Menko Pangan Instruksikan Bulog Percepat Penyaluran Beras SPHP ke Pasar

Praktik ini dilakukan demi keuntungan, namun merugikan konsumen karena kualitas beras tidak sesuai klaim.

Hadi (48), seorang pedagang di Pasar Baru Indramayu, Jawa Barat mengungkapkan suasana tokonya yang biasa ramai kini sepi usai mencuatnya polemik beras oplosan.

Hanya terlihat satu dua pembeli, pedagang pun lebih banyak duduk berharap ada pembeli yang datang.

Suasana tersebut juga terlihat di toko-toko beras lainnya di Pasar Baru Indramayu.

“Lesu mas, jualannya udah kaya penyakit,” ujar Hadi, Rabu (13/8/2025).

Omzet adalah istilah dalam dunia bisnis yang merujuk pada total pendapatan kotor yang diperoleh dari hasil penjualan barang atau jasa dalam periode tertentu.

Hadi menyampaikan, dalam sehari ia biasanya bisa menjual 2-4 ton beras. Tapi saat ini, paling mentok seharinya hanya terjual 5 kuintal beras saja.

Kondisi itu menurutnya imbas isu beras oplosan yang digembor-gemborkan oleh pemerintah.

Padahal, menurutnya pencampuran beras dahulu dinilai sebagai hal yang wajar, pencampuran ini juga atas dasar permintaan dari pembeli sendiri.

Dengan catatan, beras yang dicampur bukan beras Bulog dengan beras lokal. 

“Wajar mas kalau pencampuran gitu, ada saja pembeli yang mintanya beras yang pulennya sedang, jadi dicampur, harganya dijual tengah-tengah,” ujar dia.

Di sisi lain, kondisi lesunya penjualan beras di pasaran ini juga diperparah dengan bantuan pangan yang sebelumnya dilakukan pemerintah.

Baca juga: Harga Beras Cenderung Naik di Daerah, Penggilingan Padi Dukung Tindakan Tegas ke Pengoplos

Pangan Murah Bikin Harga Beras Mahal

Tidak berhenti di situ, pedagang beras di pasaran juga dibuat kembali gigi jari dengan adanya program Gerakan Pangan Murah (GPM) yang terus dilakukan pemerintah belakangan ini.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan