Siapakah Samir Halila? Pengusaha yang Digadang Entitas Israel Jadi Gubernur Baru di Gaza

"Saat ini kami sedang berupaya keras untuk bekerja sama sepenuhnya dengan Qatar dan Amerika," ujar Abdel-Ati dalam konferensi pers di Kairo.

Ia menambahkan, "Tujuan utamanya adalah kembali ke usulan pertama - gencatan senjata 60 hari - dengan pembebasan sejumlah sandera dan tahanan Palestina, serta masuknya bantuan kemanusiaan dan medis ke Gaza tanpa hambatan dan tanpa syarat."

Terkait tuntutan Hamas untuk meletakkan senjatanya, Abdel-Ati mengatakan kepada Sky News Arabia, "Menemukan cakrawala politik untuk pembentukan negara Palestina adalah hal yang menjamin persatuan dan kendali eksklusif negara atas senjata."

Menteri Luar Negeri Mesir mengkritik upaya Israel untuk mengusir warga Palestina, dengan mengatakan, "Tidak ada pembenaran hukum maupun moral untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka. Jika itu terjadi, mereka tidak akan pernah kembali. Israel hanya ingin memberi mereka tiket keluar."

Dalam pernyataan yang lebih luas, menteri Mesir tersebut mencatat bahwa Kairo "menghadapi banyak tantangan dan ancaman dari segala arah,".

Dia menambahkan, "Kami memiliki lembaga dan bertindak sebagai negara yang terdiri dari lembaga-lembaga untuk mengatasi konflik-konflik di kawasan yang bergejolak ini."

Abdel-Ati menegaskan bahwa Mesir sedang melakukan "kontak intensif dengan mitra internasional seperti Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, dan Uni Eropa untuk menemukan solusi damai bagi konflik-konflik akut ini," seraya menekankan, "tidak ada solusi militer."

Ia menambahkan bahwa di antara sikap Mesir yang konstan adalah "tidak terlibat dalam aliansi atau polarisasi apa pun, dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain."

(oln/khbrn/*)