Sabtu, 4 Oktober 2025

Jepang Ingatkan Bahaya Perang Nuklir di Ukraina dan Timur Tengah

Jepang memperingatkan bahaya ancaman perang nuklir dalam konflik di Ukraina dan Timur Tengah, minta dunia melihat contoh kehancuran di Hiroshima.

Arsip Nasional AS
KERUSAKAN DI HIROSHIMA - Gambar kerusakan di Hiroshima setelah bom atom 6 Agustus 1945, diambil dari Arsip Nasional AS pada Rabu (6/8/2025). Beberapa bangunan masih berdiri, dan beberapa tiang telepon dan listrik masih utuh. Foto ini diambil pada bulan Maret 1946. Pada 6 Agustus 2025, Jepang mengingatkan bahaya perang nuklir di Ukraina dan Timur Tengah. 

Tujuan lainnya untuk menunjukkan kekuatan dan kemampuan AS memproduksi nuklir kepada Uni Soviet yang menjadi saingan AS.

Penggunaan bom atom sekaligus menguji kekuatan bom tersebut secara langsung dalam Proyek Manhattan.

Kota Hiroshima dan Nagasaki dipilih karena dua kota itu belum hancur oleh serangan sebelumnya sehingga efeknya bisa diukur.

Di balik itu semua, para korban serangan AS di Hiroshima dan Nagasaki mengalami dampak jangka panjang.

Banyak korban selamat—dikenal sebagai hibakusha—mengalami penyakit akibat radiasi. 

Leukemia, kanker tiroid, dan gangguan genetik menyerang dalam jangka waktu bertahun-tahun. 

Anak-anak yang lahir dari ibu yang terpapar bom juga menderita cacat lahir dan pertumbuhan terganggu.

Korban tak hanya terluka secara fisik, tapi juga mental. Banyak yang mengalami trauma berat, kehilangan seluruh keluarga, dan merasa terasing karena diskriminasi masyarakat.

Bom atom tersebut juga merusak lingkungan karena tanah, air, dan udara menjadi terkontaminasi oleh radiasi. 

Beberapa daerah menjadi tidak bisa dihuni selama bertahun-tahun, menyebabkan krisis pengungsian dan kerawanan pangan.

Meski bom atom memaksa Jepang menyerah dan Perang Dunia II berakhir, dunia menyadari bahwa senjata nuklir bukanlah kemenangan, melainkan peringatan. 

Kota Hiroshima dan Nagasaki kini menjadi simbol perdamaian dunia, dengan museum dan taman peringatan yang mengajak umat manusia untuk tidak mengulang kesalahan sejarah yang sama, dikutip dari laman PBB.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved