Sabtu, 4 Oktober 2025

Jepang Ingatkan Bahaya Perang Nuklir di Ukraina dan Timur Tengah

Jepang memperingatkan bahaya ancaman perang nuklir dalam konflik di Ukraina dan Timur Tengah, minta dunia melihat contoh kehancuran di Hiroshima.

Arsip Nasional AS
KERUSAKAN DI HIROSHIMA - Gambar kerusakan di Hiroshima setelah bom atom 6 Agustus 1945, diambil dari Arsip Nasional AS pada Rabu (6/8/2025). Beberapa bangunan masih berdiri, dan beberapa tiang telepon dan listrik masih utuh. Foto ini diambil pada bulan Maret 1946. Pada 6 Agustus 2025, Jepang mengingatkan bahaya perang nuklir di Ukraina dan Timur Tengah. 

Tujuan utama AS saat itu adalah memaksa Jepang menyerah tanpa syarat dan mengakhiri perang secepat mungkin.

Pada 6 Agustus 1945 sekitar pukul 08.15 pagi waktu setempat, pesawat pengebom B-29 AS bernama Enola Gay menjatuhkan bom atom bernama "Little Boy" di kota Hiroshima.

Bom ini meledak di udara dan menghancurkan hampir seluruh kota dengan suhu ledakan mencapai 4.000 derajat Celcius.

Sekitar 70.000–80.000 orang tewas seketika, dan angka korban meningkat menjadi 140.000 orang hingga akhir tahun 1945 karena luka bakar, radiasi, dan penyakit.

Tiga hari kemudian, bom atom kedua bernama "Fat Man" dijatuhkan di kota Nagasaki.

Kota ini sebenarnya bukan target utama, tapi karena cuaca buruk di kota Kokura, target dipindahkan.

Sekitar 40.000–75.000 orang tewas akibat ledakan dan dampak radiasi di Nagasaki, dikutip dari Britannica.

Setelah dua kota besar dihancurkan dan Uni Soviet menyatakan perang terhadap Jepang pada 8 Agustus 1945, Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan Jepang secara resmi pada 15 Agustus 1945.

Pengumuman tersebut menandai berakhirnya Perang Dunia II, dikutip dari Britannica.

AS memilih untuk menggunakan opsi bom nuklir karena sejumlah alasan, di antaranya karena Jepang bersikeras tidak mau menyerah meski kondisi mereka sudah sangat lemah.

Dengan menjatuhkan bom nuklir, AS berharap Jepang langsung menyerah total.

Menurut US National Archives, AS berupaya untuk menghindari invasi darat yang mematikan dan mahal.

Sebelum memilih opsi nuklir, AS sedang merencanakan invasi darat ke Jepang lewat "Operasi Downfall".

Perkiraan korban dari pihak AS bisa mencapai sejuta tentara dan lebih banyak lagi dari pihak Jepang jika terjadi invasi darat.

Bom atom dianggap sebagai cara tercepat dan "paling efisien" untuk mengakhiri perang.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved