Tribunners / Citizen Journalism
Polman Ocean Festival 2025: Merayakan Laut, Merawat Alam Sulawesi Barat
Beberapa komunitas memperkenalkan potensi pantai di Sulawesi Barat ke publik melalui Polman Ocean Festival (POF) yang ke-4.
Oleh: Muh. Yusril Anam
Mahasiswa Universitas Necmettin Erbakan Konya, Turki
Sulawesi Barat memiliki garis pantai ratusan kilometer dan sebagian besar menjadi penopang ekonomi masyarakat pesisir. Oleh karena itu, komunitas Laut Biru berkolaborasi dengan beberapa komunitas di Sulawesi Barat untuk memperkenalkan potensi ini ke publik melalui Polman Ocean Festival (POF) yang ke-4.
Kegiatan dilaksanakan selama tiga hari, pada 26-28 September 2025 di Pantai Battoa, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Mengangkat tema “Menjaga keindahan laut untuk wisata bahari yang berkelanjutan”. Kegiatan ini berkolaborasi dengan delapan belas komunitas yang bergerak di berbagai bidang seperti lingkungan, pendidikan, ekonomi dan media lokal di Sulawesi Barat.
Komunitas Laut Biru merupakan komunitas peduli lingkungan yang bergerak di berbagai bidang, khususnya berkaitan dengan laut seperti sampah laut, terumbu karang, konservasi penyu dan pelestarian Mangrove. Komunitas ini memiliki beberapa kegiatan untuk di berbagai bidang tersebut dan POF adalah salah satu dari kegiatan utama.
Polman Ocean Festival merupakan agenda tahunan komunitas Laut Biru. Festival ini mulai digarap sejak 2019 dengan nama Marine Debris Festival yang fokus pada isu sampah laut. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, konsepnya berkembang menjadi POF yang mencakup berbagai program lingkungan.
“Sebenarnya Polman Ocean Festival ini lahir karena saya merasa iri dengan kota besar seperti Jakarta yang punya Festival laut yang bahkan mereka tidak merayakannya di laut. Melalui greenpeace Festival laut selalu menyajikan kegiatan menarik yang isinya memang sangat informatif dan edukatif seputar isu lingkungan laut,” kata Putra Ardiansyah.
“Atas dasar itu saya merasa tertantang juga membuat festival laut di Polewali Mandar, meski selama ini minim sentuhan dan support dari pemda, dengan kolaborasi yang kami lakukan di polman ocean festival tetap bisa eksis sampai tahun ke 4 di tahun ini,” lanjut Putra Ardiansyah selaku ketua komunitas Laut Biru.
Festival ini bukan hanya sekadar untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang laut. Akan tetapi lebih jauh dari itu, festival ini memiliki tujuan untuk mempromosikan potensi wisata bahari Polewali Mandar di kancah nasional bahkan internasional. Selain itu, festival ini juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dengan memberikan peluang kepada nelayan, UMKM dan pelaku wisata untuk memasarkan produk, jasa dan kuliner khas lokal kepada pengunjung.
Dalam festival ini terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan, seperti pameran karya instalasi program Laut Biru, Talk Show dan transplantasi terumbu karang, sekolah laut Penyu, penanaman Mangrove, lomba mewarnai dan panggung ExpreSEA.
Pameran karya instalasi program laut biru bertujuan untuk memberikan edukasi visual tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dan membangun kesadaran kolektif bahwa keberlanjutan pariwisata sangat bergantung pada kelestarian lingkungan laut.
“Mangrove menjaga garis pantai, terumbu karang menjadi rumah bagi biota laut, penyu merupakan simbol keseimbangan ekosistem, sementara pengelolaan sampah laut adalah tantangan yang harus dihadapi bersama. Dengan melihat instalasi tersebut, pengunjung diharapkan tidak hanya menikmati keindahan karya, tetapi juga terdorong untuk berperan aktif dalam pelestarian laut,” tegas Putra Ardiansyah.
Kegiatan talk show terumbu karang untuk memberikan pemahaman lebih dalam tentang peran penting terumbu karang bagi ekosistem laut. Setelah talkshow tentang materi, festival ini juga melakukan praktik melalui kegiatan transplantasi terumbu karang untuk memulihkan ekosistem laut yang rusak akibat aktivitas manusia maupun faktor alam.
“Dengan menanam kembali fragmen terumbu karang pada media buatan atau substrat khusus, diharapkan ekosistem laut dapat kembali sehat, menjadi rumah bagi biota laut, serta menjaga keseimbangan rantai makanan di perairan,” kata Putra Ardiansyah.
Kemudian, juga dilaksanakan penanaman Mangrove yang bertujuan untuk menjaga dan memulihkan ekosistem pesisir yang berperan penting dalam melindungi garis pantai dari abrasi, gelombang, dan intrusi air laut. Mangrove juga menjadi habitat bagi berbagai jenis ikan, kepiting, burung, serta biota laut lainnya yang mendukung keseimbangan ekosistem dan mata pencaharian masyarakat pesisir
kegiatan sekolah laut Penyu bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, pelajar, dan wisatawan mengenai pentingnya menjaga kelestarian Penyu sebagai salah satu satwa langka yang dilindungi. Melalui kegiatan ini, peserta dapat belajar tentang siklus hidup Penyu, ancaman yang mereka hadapi, serta peran penting Penyu dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Seluruh rangkaian kegiatan dibungkus dengan cara menarik agar pengunjung tidak merasa bosan dengan kegiatan yang kaku. Sehingga, POF juga melaksanakan kegiatan Lomba mewarnai untuk anak-anak TK dan SD yang bertujuan untuk menanamkan nilai kepedulian terhadap laut sejak dini melalui cara yang kreatif dan menyenangkan. Dan juga panggung ExpreSEA, penampilan seni dari masing-masing mitra kolaborator bertujuan untuk memperkuat pesan pelestarian laut melalui medium seni dan budaya. Pertunjukan ini menjadi sarana ekspresi kreatif yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai kepedulian lingkungan dengan cara mudah diterima oleh masyarakat luas.
Masyarakat merespon POF dengan sangat antusias. “Banyak pengunjung mengaku lebih peduli terhadap isu kebersihan pantai, pengurangan sampah plastik, dan kelestarian ekosistem laut setelah mengikuti kegiatan yang ditampilkan dalam festival,” kata Putra Ardiansyah.
Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dan pelaku wisata dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Dengan laut yang sehat dan terjaga, Sulawesi Barat diharapkan mampu menjadi contoh daerah yang sukses mengharmonikan kelestarian alam dengan pembangunan pariwisata yang memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat pesisir.
Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian laut Sulawesi Barat. “Kami berharap masyarakat lebih peduli terhadap isu lingkungan pesisir, sehingga kebiasaan buruk seperti membuang sampah ke laut dapat berkurang, dan upaya konservasi seperti penanaman mangrove, perlindungan penyu, serta pelestarian terumbu karang bisa terus berlanjut.” ujar Putra Ardiansyah menutup wawancara (28/9).
Sumber: TribunSolo.com
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
PNM Berikan Santunan dan Dukungan Penuh untuk Keluarga Hijrah |
![]() |
---|
Katanya Mau Kembali ke Solo Jadi Warga Biasa, Kini Minta Relawan Dukung Prabowo- Gibran 2 Periode |
![]() |
---|
Warga Polman Sulbar Tewas Ditembak saat Kemudikan Mobil, Ditemukan Proyektil di Kepala |
![]() |
---|
Pupuk Indonesia Gelar Sosialisasi Pupuk Bersubsidi, Realisasi di Mamuju Capai 82 Persen |
![]() |
---|
Pelaku Pembunuhan Karyawati Koperasi di Pasangkayu Terancam Hukuman Mati, Polisi Dalami Peran Istri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.