Program Makan Bergizi Gratis
Anak-Anak di Pulau Sebatik Takut Konsumsi Menu MBG Usai Marak Kasus Keracunan Massal
Puluhan siswa di Sebatik keracunan massal usai konsumsi menu MBG. Orang tua trauma, sekolah hentikan sementara program gizi gratis.
“Awalnya semua gembira sekali anak-anak dapat MBG. Saat mobil pembawa makanan tiba, mereka melompat-lompat senang, teriak hore ada makanan datang. Sekarang, tidak bisa, sudah banyak cerita,” tuturnya.
Di Kecamatan Sebatik Tengah, lebih dari 80 orang diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi menu MBG.
Mereka berasal dari berbagai institusi pendidikan, seperti SDN 04, SDN 05, SDN 02, SDN 03, MI Darul Furqon, PAUD Ar Rahman, dan Posyandu.
“Ada anak murid kami yang membawa pulang menu MBG ke rumah, dimakan neneknya, akhirnya keracunan. Ada yang dari Posyandu juga, makanya ada balita ikut keracunan,” imbuh Sittiara.
Di SDN 04 Sei Limau, sekitar 40 anak mengalami gejala muntaber, meski sebagian hanya muntah ringan.
Penanganan dilakukan dengan cepat, dan hanya sekitar 10 anak yang harus dirujuk ke Puskesmas.
“Semalam Puskesmas Sei Taiwan dan Puskesmas Aji Kuning penuh pasien anak yang diduga keracunan. Ada juga yang dilarikan ke Puskesmas Sei Nyamuk di Sebatik Timur,” katanya.
Sittiara mengaku sempat mencicipi menu MBG sebelum diberikan kepada murid-murid.
Pada hari kedua, menu yang disajikan terdiri dari telur rebus berbumbu sambal, tahu goreng, sayur tumis wortel dan kol, serta buah semangka.
“Saya sempat coba sayurnya dan saya persilahkan anak-anak makan karena saya rasa aman. Bahkan saya makan sayur jatah anak saya di kelas 4 juga karena dia tidak makan sayur. Saya tidak apa-apa,” ujarnya.
Pihak sekolah mempersilakan anak-anak yang mengalami muntaber untuk beristirahat di rumah dan tidak memaksakan diri untuk masuk sekolah sementara waktu.
Kepanikan di MI Darul Furqon: Tak Ada Mobil, Obat Kosong
Kepanikan juga terjadi di MI Darul Furqon, sebuah madrasah yang terletak jauh dari jalan utama dan berada di tengah perkebunan kelapa sawit.
Madrasah ini memiliki asrama untuk anak-anak TKI Malaysia.
“Baru saja saya sampai rumah sekitar pukul 15.00 WITA, sepulang mengajar, guru asrama menelepon, anak-anak asrama berak-berak dan muntah. Saya pakai balik pakaian saya dan segera menuju sekolah lagi,” kata Kepala MI Darul Furqon, Adnan Lolo.
Sebanyak 11 murid MI Darul Furqon mengalami gejala muntaber.
Lokasi sekolah yang terpencil membuat pihak sekolah kesulitan mencari kendaraan untuk membawa anak-anak ke Puskesmas secara mendadak.
Langkah awal yang diambil adalah menghubungi Komandan Pos Satgas Pamtas RI–Malaysia di Pos Bukit Keramat untuk meminta obat.
Namun, obat yang dibutuhkan ternyata kosong.
“Kami pusing juga mencari mobil untuk membawa anak kami ke Puskesmas. Sudah coba telepon orang tua murid yang ada mobil, ternyata sedang memuat sawit,” kata Adnan.
Beberapa nomor pemilik kendaraan juga dihubungi, namun semuanya sedang terpakai dan berada jauh dari lokasi.
Akhirnya, pihak dapur MBG menanyakan kondisi anak-anak dan mengirimkan mobil dari SPPG untuk menjemput mereka.
“Barulah kami rasa lega, akhirnya ada mobil,” akunya.
Orang Tua Menolak MBG, Sekolah Diliburkan
Pihak sekolah menerima banyak permintaan dari orang tua agar anak mereka tidak lagi diberikan menu MBG.
“Banyak orang tua murid mengirim pesan atau telepon. Biarkan anak mereka dimasakkan saja, bawa bekal dari rumah, tidak usah dibagi MBG,” lanjut Adnan.
Sebagai langkah antisipasi, MI Darul Furqon memutuskan untuk meliburkan sekolah agar anak-anak bisa tenang dan memulihkan diri dari gejala keracunan.
“Yang kami bingung ini kalau anak-anaknya tak dibolehkan makan MBG, bagaimana itu nanti. Apakah diambil saja buat makan guru atau bagaimana,” kata Adnan.
Penanggung Jawab dan Tindakan Pemerintah
Menu MBG di Kecamatan Sebatik Tengah disiapkan oleh Yayasan Bina Pendidikan Yatim, dengan penanggung jawab Eka Riskayadi.
SPPG ini menyediakan 992 porsi untuk PAUD dan SD di wilayah tersebut.
Bupati Nunukan, Irwan Sabri, langsung menyeberang ke Pulau Sebatik pada malam kejadian untuk melihat kondisi anak-anak yang diduga keracunan.
Ia memastikan bahwa Pemda Nunukan akan terus memantau kondisi para korban.
Ia juga telah meminta Dinas Kesehatan untuk mengambil sampel menu MBG guna dilakukan uji laboratorium.
“SPPG yang baru beroperasi dua hari di Kecamatan Sebatik Tengah, pasti kita nonaktifkan dulu sampai ada kejelasan apakah menu yang disajikan beracun atau ada faktor lainnya yang mengakibatkan puluhan anak keracunan,” ujar Irwan Sabri.
Ambulans Tidak Cukup, Mobil Dinas Camat Dipakai
Sebanyak 13 murid Sekolah Dasar (SD) di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) keracunan menu Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Sejumlah Puskesmas di kecamatan Sebatik Tengah dan Kecamatan Sebatik Timur kebanjiran pasien murid SD yang mengalami keracunan MBG.
Lima unit mobil ambulans yang dikerahkan tak cukup untuk membawa murid-murid SD yang mengalami keracunan makanan MBG tersebut hingga mobil dinas camat juga dipakai mobilitas pasien.
Bunyi sirine ambulans memecah kesunyian malan di Sebatik.
‘’Kami menangani 13 pasien anak sekolah SD yang muntaber.
Kita konfirmasi penyebabnya keracunan menu MBG,’’ ujar penanggung jawab Puskesmas Sebatik Timur, Muhammad Akbar, yang dihubungi pada Rabu (30/9/2025).
Akbar menuturkan, semua anak usia SD yang masuk ke Puskesmas Sebatik Timur mengalami gejala yang sama, yaitu muntaber dan sakit perut.
Puskesmas Sebatik Timur sudah mulai menangani pasien yang diduga keracunan MBG sejak sekitar pukul 16.30 WITA.
‘’Kasus dugaan keracunan MBG kejadiannya di Kecamatan Sebatik Tengah, tapi karena Puskesmas di Sebatik Tengah kewalahan, sebagian dikirim ke Puskesmas Sebatik Timur,’’ katanya lagi.
Membeludaknya pasien membuat petugas Puskesmas cukup sibuk, sehingga belum ada keterangan lebih jauh mengenai seberapa parah pasien yang dirawat dan bagaimana para petugas Nakes menangani pengobatan para pasien.
Mobil Dinas Camat Dipakai
Camat Sebatik Timur, Aris Nur, juga mengaku sedang sibuk mengantar puluhan anak-anak SD yang diduga keracunan MBG ke sejumlah Fasilitas Kesehatan.
‘’Saya di jalan, mengantar pasien anak-anak yang keracunan MBG,’’ katanya saat dihubungi.
Aris mengatakan, ada puluhan anak yang sedang dalam penanganan medis pasca mengkonsumsi menu MBG siang tadi.
Pihak Kecamatan Sebatik Timur juga sudah berkoordinasi dengan sejumlah Puskesmas yang ada, dengan menurunkan 5 unit mobil ambulans untuk segera menangani para pasien.
Para pasien dikirim ke Puskesmas Sebatik Tengah, Puskesmas Sebatik Timur dan ke RSUD Pratama Sebatik.
‘’Mobil ambulans lima unit tidak cukup, saya manfaatkan mobil dinas.
Ini saya di jalan mengantar anak-anak,’’ kata Aris lagi.
Sampel MBG Diamankan, SPPG Distop
Terpisah, Anggota DPRD Nunukan, Andre Pratama, meminta pihak kepolisian segera mengamankan sampel menu MBG yang dikonsumsi anak-anak tersebut.
Dari penelusurannya, ada sejumlah sekolah di Kecamatan Sebatik Tengah yang menerima menu MBG, masing-masing SDN 04 Sei Limau, SDN 05 Sei Limau, MI As Adiyah Tapal Batas, dan PAUD Ar Rahman, Sei Limau.
‘’Sebaiknya SPPG di Sebatik Tengah distop dulu.
Kita minta penyelidikan dan investigasi menyeluruh untuk kelayakan dapur SPPG (Stasiun Pelayanan Pemenuhan Gizi) di Sebatik Tengah, yang baru beroperasi dua hari itu,’’ tegas Andre.
Dilansir TribunKaltim.co dari laman resmi Badan Gizi Nasional (BGN) ada 3 SPPG di Sebatik yakni:
SPPG Nunukan, Kecamatan Sebatik Utara, Kelurahan/Desa Sungai Pancang
SPPG Nunukan, Kecamatan Sebatik Tengah, Kelurahan/Desa Aji Kuning
SPPG Nunukan, Kecamatan Sebatik Timur, Kelurahan/Desa Tanjung Aru
Kejadian Keracunan Sebelumnya di Kaltara
Sebelumnya, Senin (22/9/2025) dua siswa SMAN 1 Tanjung Selor dilarikan ke Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. H. Soemarno Sosroatmodjo diduga mengalami gangguan kesehatan pasca mengkonsumsi makanan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG),
Pasca kejadian itu, kini program pemberian MBG di Sekolah Jalan Kolonel Soetadji Tanjung Selor, Bulungan Kalimantan Utara terpaksa dihentikan sementara.
Kepala SMAN 1 Tanjung Selor, Didik Sukanto saat dikonfirmasi membenarkan adanya insiden tersebut.
“Kemarin, dua siswa sempat masuk Rumah Sakit karena muntah dan pusing. Hari ini, keduanya belum masuk sekolah,” kata Didik, Selasa (23/09/2025).
Didik Sukanto menjelaskan, kejadian bermula sekitar pukul 12.00 Wita saat para murid menyantap MBG. Sekitar setengah jam kemudian, sejumlah siswa mulai muntah, sakit perut hingga pusing.
“Beberapa siswa sempat dirawat di UKS. Dua orang dilarikan ke Rumah Sakit, sementara yang lain ada yang pulang terlebih dahulu,” ungkapnya.
Pihak sekolah, tidak berani memastikan penyebab pasti sakit yang dialami siswa.
“Untuk dua orang murid, kami belum bisa memastikan apakah karena keracunan atau sebab lain.
Belum ada informasi lebih lanjut dari rumah sakit,” ujarnya.
Didik Sukanto mengaku sempat menanyakan kondisi salah satu siswa yang mengalami sesak napas.
“Yang bersangkutan mengaku pernah beberapa kali mengalami hal serupa sebelumnya. Tetapi kami tidak bisa menyimpulkan apakah itu asma atau penyebab lain,” jelasnya.
Selain itu, berdasarkan laporan di lapangan, menu nasi goreng MBG yang dikonsumsi siswa disebut keras dan sedikit berlendir.
“Tetapi, saya tidak bisa menyimpulkan apakah itu basi atau tidak, karena waktu itu menunya nasi goreng,” bebernya.
Didik Sukanto menegaskan, sejak awal program MBG sudah melakukan pendataan siswa yang memiliki alergi tertentu.
“Kalau ada murid alergi telur, tentu tidak diberikan telur. Begitu juga dengan ikan dan bahan lain,” tegasnya.
Untuk sementara, kata dia, pemberian MBG di SMAN 1 Tanjung Selor dihentikan.
“Mulai hari ini MBG distop sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium,” tegasnya.
Didik memastikan, seluruh biaya pengobatan siswa yang dirawat di RSD ditanggung sepenuhnya oleh penyedia jasa penyelenggara makanan (SPPG).
“Jadi tidak ada biaya yang dibebankan ke orang tua siswa,” imbuhnya.
Selanjutnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Bulungan mengambil sampel makanan pada program MBG yang dikonsumsi siswa SMAN 1 Tanjung Selor.
Sampel ini diambil untuk mengetahui kandungan dalam makanan yang diduga menjadi penyebab siswa SMAN 1 Tanjung Selor keracunan, Senin (22/09/2025).
Kepala Dinkes Bulungan Imam Sujono mengatakan sampel yang diambil langsung dikirim ke Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Tarakan.
"Sampel sudah kami kirim ke BPOM Tarakan, tetapi sampai hari ini hasilnya belum keluar," kata Imam Sujono kepada wartawan, Kamis (25/09/2025).
Menurutnya pengambilan sampel dilakukan sebagai prosedur standar untuk mengidentifikasi kandungan yang terdapat dalam makanan.
"Tujuannya untuk mendeteksi ada atau tidaknya racun maupun zat berbahaya yang menyebabkan keracunan setelah murid mengonsumsi makanan itu," ungkapnya.
Sampai saat ini, Dinkes Bulungan masih menunggu hasil resmi dari laboratorium BPOM.
"Kami tidak bisa menyimpulkan sebelum ada hasil uji. Jadi kita tunggu dulu hasil dari BPOM Tarakan," katanya.
Sebagai tindak lanjut awal, Dinkes Bulungan langsung menggelar rapat internal untuk mengevaluasi kejadian tersebut.
"Kami sudah rapat internal untuk membahas langkah penanganan dan pencegahan agar kasus serupa tidak terulang," ungkapnya.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulungan juga akan menggelar rapat koordinasi lintas instansi.
Rencananya, rapat bersama akan dilaksanakan dengan melibatkan Badan Gizi Nasional (BGN) dan OPD terkait pada Senin (29/9/2025).
"Rapat ini akan dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah Bulungan," kata Imam.
Penjelasan BGN Soal Keracunan Massal
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana memaparkan terkait jumlah orang yang terdampak keracunan makan bergizi gratis atau MBG.
Hal itu disampaikannya dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di kompleks parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (1/10/2025).
Mulanya, ia menuturkan sejak Januari hingga September 2025 terdapat 75 kasus keracunan yang terjadi.
"Sebaran kasus terjadinya gangguan pencernaan atau kasus di SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi), dari 6 Januari-31 Juli (2025) tercatat ada kurang lebih 24 kasus kejadian. Sementara 1 Agustus (2025) sampai malam tadi, ada 51 kasus kejadian," katanya.
Menurut penjelasannya, kejadian terakhir keracunan massal MBG terjadi di Pasar Rebo, Jakarta Timur dan Kadungora, Garut, Jawa Barat.
Ia menyebut kasus keracunan yang terjadi di Kadungora, salah satu penyebabnya susu.
“Di Kadungora ini hal yang tak terduga, karena sebetulnya SPPG memberikan makanan dua kali, yang pertama masakan segar, kemudian karena mau ada renovasi ia memberikan makanan untuk hari ini,” ungkapnya.
“Dan salah satu makanan yang dibagikan adalah susu. Susunya langsung diminum dan itu yang susu kemudian menimbulkan gangguan pencernaan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Dadan mengungkapkan, berdasarkan data yang dihimpun hingga September 2025, terdapat 6.000 lebih penerima manfaat MBG yang mengalami keracunan.
"Kalau dilihat dari sebaran kasus maka kita lihat di wilayah I tercatat ada yang mengalami gangguan pencernaan sejumlah 1.307," bebernya.
"Wilayah II sudah bertambah sudah tidak lagi 4.147 ditambah di Garut mungkin 60an orang. Kemudian wilayah III ada 1.003 orang," imbuhnya.
Sebagai informasi wilayah I adalah Pulau Sumatera, wilayah II Pulau Jawa dan wilayah III untuk Indonesia bagian timur.
Atas rentetan kasus keracunan tersebut, pemerintah melakukan langkah mitigasi agar kejadian tersebut tidak terulang kembali. Di antaranya terkait dengan persoalan sanitasi.
Langkah tersebut, di antaranya mewajibkan setiap SPPG memiliki Sertifikat Laik Higienis dan Sanitasi (SLHS), serta sertifikasi HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) untuk keamanan pangan.
Selain itu, SPPG juga diwajibkan memiliki alat sterilisasi guna memastikan setiap alat makan yang digunakan steril, hingga penutupan sementara SPPG yang bermasalah.
Artikel ini telah tayang di TribunKaltim.co
Sumber: Tribun Kaltim
Program Makan Bergizi Gratis
Anggota DPR: Ada SPPG MBG Isinya Anak, Istri dan Keponakan |
---|
Realitas MBG di Mata Guru Pinggiran Kota: Penyelamat Anak-Anak yang Tak Punya Uang Jajan |
---|
MBG Dipelesetkan Jadi Makan Beracun Gratis, DPR: Korban Nyata, Bukan Lelucon |
---|
Guru Sekaligus Orang Tua Sebut 'Sepiring' MBG Adalah Harapan Siswa Kurang Mampu |
---|
BGN Coba Lepas Tangan Terkait Kasus Keracunan MBG dengan Beri Guru Insentif Rp 100 Ribu |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.