Forum FIT ISI 2025 Kupas Peluang dan Tantangan GeoAI untuk Pembangunan
Peluang AI di bidang survei dan pemetaan sangat besar, mulai dari otomatisasi hingga analisis data spasial yang lebih cepat dan akurat.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) Komisariat Wilayah Jawa Timur menggelar Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI) 2025 di salah satu hotel di kota Malang, Jawa Timur, 2 Oktober 2025.
Forum ini dihadiri sekitar 200 peserta dari kalangan pemerintah, akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan lainnya, dengan tema “The Future Landscape of Geospatial AI-driven for Sustainable Development Goals Technologies”.
Ketua ISI, Muchammad Masykur, menyatakan bahwa forum ini tidak hanya menghasilkan prosiding, tetapi juga mendorong publikasi ilmiah dan kolaborasi lintas sektor. Ia menekankan pentingnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), penguatan infrastruktur, serta pemenuhan aspek etika dan privasi dalam pengembangan teknologi geospasial berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (GeoAI).
Baca juga: Guru Masih Berperan di Era Digital, Pakar Pendidikan Sebut Teknologi AI Hanyalah Alat Bantu
“Inilah saatnya surveyor Indonesia berdiri di garis depan, menghadirkan solusi nyata bagi bangsa dan memberi kontribusi berkelas dunia,” ujar Muchammad Masykur, dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (4/10/2025).
Rektor ITN Malang, Awan Uji Krismanto, menyebut forum ini sebagai ruang strategis bagi dunia akademik dan industri. Menurutnya, peluang AI di bidang survei dan pemetaan sangat besar, mulai dari otomatisasi hingga analisis data spasial yang lebih cepat dan akurat. Namun, ia mengingatkan bahwa kesenjangan kapasitas SDM, keterbatasan infrastruktur, serta persoalan etika dan perlindungan privasi harus menjadi perhatian bersama.
“Semua ini bisa diatasi dengan sinergi kuat antara praktisi, profesional, dan pendidikan tinggi,” kata Awan Uji.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, Joko Irianto menambahkan, bahwa teknologi geospasial dan AI berperan penting dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), termasuk mitigasi perubahan iklim, tata ruang perkotaan, ketahanan pangan, dan sistem kebencanaan yang lebih adaptif.
Forum ini juga menghadirkan dua keynote speaker utama: Direktur Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang, Kementerian ATR/BPN, dan Direktur Sumber Daya Manusia Informasi Geospasial, Badan Informasi Geospasial (BIG).
Direktur Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang, Kementerian ATR/BPN, Virgo Eresta Jaya, menegaskan bahwa pemanfaatan AI menjadi kunci dalam mendorong hilirisasi informasi geospasial di Indonesia. Ia menyebut integrasi AI mampu mempercepat pengolahan data dan meningkatkan nilai tambah informasi geospasial lintas sektor. Produk tematik seperti peta kadaster, nilai tanah, penggunaan lahan, lalu lintas, risiko bencana, hingga perilaku manusia dinilai relevan untuk mendukung kebijakan pembangunan dan pertanahan.
“Keberadaan peta tematik yang terintegrasi akan memperkuat basis data geospasial nasional yang lebih adaptif dan dinamis,” ujarnya.
Kepala Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial (BIG), Sumaryono, menyoroti pentingnya sinergi antara kemampuan manusia dan teknologi dalam pemanfaatan remote sensing. Ia menegaskan bahwa akurasi deteksi objek masih sangat bergantung pada manusia, meski AI dapat mempercepat proses identifikasi.
“Untuk deteksi objek melalui remote sensing, sampai sekarang kemampuan manusia tidak ada yang bisa mengalahkan,” jelas Sumaryono.
Ia juga menekankan peran BIG sebagai regulator dan eksekutor dalam tata kelola data geospasial nasional. Dalam kerangka Satu Data Indonesia, seluruh data harus menjadi big data yang siap dimanfaatkan untuk GeoAI. Ia menyebut bahwa peta skala 1:5000 akan diintegrasikan dengan peta tematik, dan industri hilir perlu disiapkan agar data yang dikumpulkan dapat diolah menjadi informasi bernilai tinggi.
Kebijakan One Map Policy yang diperkuat melalui Perpres Nomor 23 Tahun 2021 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000, disebut sebagai landasan penting dalam pengembangan GeoAI di Indonesia. Forum juga menyoroti Road Map NSDI–JIGN dan pemanfaatan teknologi terkini seperti machine learning, IoT, dan microservices sebagai fondasi sistem informasi geospasial nasional yang adaptif dan berdaya saing global.
Sebagai tindak lanjut, ISI menyatakan akan merumuskan rekomendasi teknis dan kebijakan berbasis hasil forum untuk disampaikan kepada kementerian terkait dan pemangku kebijakan daerah. Selain mendorong publikasi ilmiah, ISI juga berencana mengembangkan platform pelatihan daring dan forum kolaboratif lintas disiplin guna mempercepat adopsi GeoAI secara bertanggung jawab dan inklusif.
----
Keamanan Data Jadi Isu Sensitif dalam Adopsi AI oleh Lintas Industri |
![]() |
---|
Dirjen Minerba Tanggapi Usulan Penghentian Ekspor Emas untuk Kebutuhan Pasar Domestik |
![]() |
---|
Siapkan UMKM Binaan Hadapi Pasar Global, Pertamina Gelar Pelatihan Ekspor di Jakarta |
![]() |
---|
Ekspor Pertanian Januari–Agustus 2025 Naik 38,25 Persen, Bukti Ketangguhan Pangan Nasional |
![]() |
---|
10 Prompt Gemini AI Foto Main Padel, dari Gaya Kasual Sampai Turnamen Profesional |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.