Program Makan Bergizi Gratis
Guru SD Negeri di Jakarta Bersyukur Sekolahnya Belum Dapat MBG, Sebut Banyak Murid Menolak
seorang guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) di kawasan Jakarta bernama Sinta, buka nama sebenarnya yang merasa khawatir atas fenomena yang terjadi.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fenomena keracunan akibat makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa siswa sekolah menimbulkan kekhawatiran bagi penerimanya.
Dari data terbaru, Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat kasus keracunan sejak Januari 2025 atau pertama kali diluncurkannya program tersebut, terdapat 71 kasus keracunan dengan total korban 6.571 orang.
Hal itu dirasakan oleh seorang guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) di kawasan Jakarta bernama Sinta, buka nama sebenarnya yang merasa khawatir atas fenomena yang terjadi.
Sinta yang mengajar di kelas 2 sekolah dasar itu menyebut hingga kini sekolahnya memang belum mendapatkan bantuan program MBG meski sudah banyak sekolah negeri yang menerima bantuan tersebut.
Namun, hal itu tak membuat dirinya merasa gusar. Bahkan, wanita berhijab ini mengaku sangat bersyukur anak didiknya belum mendapatkan bantuan MBG.
"Sampai sekarang belum dapat program itu. Tapi kita gapapa, bersyukur banget malahan," kata Sinta kepada Tribunnews.com, Rabu (1/10/2025).
Bukan sepenuhnya keingingan dirinya untuk tidak menerima bantuan tersebut. Hal itu juga didorong oleh anak didiknya yang menolak untuk menerima MBG.
Alasannya pun jelas, anak-anak yang masih kecil itu merasa takut mendengar kabar banyak siswa dan siswi yang menjadi korban keracunan setelah menyantap makanan dari program pemerintah itu.
Dia juga meyinggung kasus terbaru di SDN 01 Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Di mana, ada sekitar 20 orang siswa yang mual-mual setelah menyantap masakan MBG.
"Anak-anak pun udah berkomentar mereka tuh bilang, "bu kalau bisa kita enggak usah dapat bu" gitu, mereka udah kedistrek dengan soal racun-racun itu, banyak yang keracunan," ungkapnya.
Meski begitu, Sinta mengaku pimpinan sekolahnya sudah pernah berkoordinasi soal penerimaan MBG. Namun, hal itu tak pernah terealisasi hingga saat ini.
Di sisi lain, Sinta pun mendengar keluhan dari rekan-rekan guru lain yang sekolahnya sudah mendapat bantuan MBG. Di mana, guru mendapat pekerjaan tambahan untuk mengurusi hal tersebut.
Menurutnya, menjadi seorang guru untuk anak-anak yang masih di bawah umur sudah menguras tenaga. Apalagi, beredar informasi jika alat makan MBG ada yang rusak, nantinya akan ditanggung pihak sekolah dengan membayar sejumlah uang.
"Ya sekarang jadi enggak usah lah, walaupun ga ada keracunan pun, saya pribadi sebagai guru kayak tidak perlu gitu ada MBG. Karena pertama menyita waktu jam pelajaran, yang kedua menambah beban guru, dan itu sangat sangat tidak efektif," jelasnya.
Dengan tegas sebagai guru, Sinta pun meminta agar program MBG dihentikan agar anggarannya bisa digunakan untuk keperluan pendidikan lain yang lebih bermanfaat.
Program Makan Bergizi Gratis
Wartawan Dianiaya Saat Liput Keracunan MBG di Jaktim, Kepala BGN: Kami Minta Maaf |
---|
BGN Sebut SPPG Seluruh Indonesia Bakal seperti SPPG Polri usai Keracunan Massal MBG, Apa Bedanya? |
---|
Respons Kepala BGN soal Wartawan Diduga Dianiaya saat Meliput MBG di Jakarta Timur |
---|
Menteri HAM Natalius Pigai Klaim Pelaksanaan Program MBG 99,99 Persen Berhasil, Apa Indikatornya? |
---|
Keracunan Massal Disorot, Anggota DPR Ini Justru Minta Kata ‘Gratis’ di MBG Dihapus—Emang Kenapa? |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.