Diplomat Muda Tewas di Menteng
Misteri Kematian Diplomat Arya Daru Dibawa ke DPR: Apa yang Dicari Dewan?
Diplomat muda Arya Daru ditemukan tewas di kamar kosnya. Dugaan bunuh diri tak dipercaya keluarga. Kini DPR turun tangan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Komisi I DPR RI akan memanggil Kementerian Luar Negeri (Kemlu) untuk meminta penjelasan menyeluruh terkait meninggalnya diplomat muda Arya Daru Pangayunan (39).
Langkah ini diambil setelah Asosiasi Psikolog Forensik (Apsifor) mengungkap bahwa burnout diduga menjadi salah satu faktor penyebab kematian ADP.
“Terkait temuan Apsifor yang menyebut burnout sebagai penyebab kematian, Komisi I DPR menanggapi ini dengan sangat serius,” ujar Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Dave Laksono, Rabu (30/7/2025).
Dave menyoroti tekanan kerja tinggi yang kerap dihadapi para diplomat dalam menjalankan tugas diplomasi internasional. Jika benar burnout turut berkontribusi, menurutnya, hal ini menjadi sinyal perlunya evaluasi terhadap sistem kerja dan dukungan internal di Kemlu.
“Jika benar burnout berkontribusi pada kondisi fatal, maka sistem pendukung dan pengelolaan SDM perlu dievaluasi lebih dalam,” ucap Dave.
Komisi I, lanjut Dave, akan mendalami mekanisme penugasan, sistem rotasi, hingga program dukungan kesehatan mental bagi para diplomat. Pemanggilan Kemlu direncanakan berlangsung dalam waktu dekat.
“Kami ingin mendapat penjelasan resmi soal bagaimana sistem kerja para diplomat, rotasi penugasan, dan bentuk dukungan psikologis yang selama ini diterapkan,” kata dia.
Ia menegaskan, pemanggilan ini bukan untuk mencari kambing hitam, melainkan untuk merumuskan perbaikan sistemik demi menjamin kesejahteraan pegawai Kemlu.
“Pengabdian luar biasa para diplomat harus didukung lingkungan kerja yang sehat dan berkelanjutan,” tegas Dave.
Baca juga: 8 Kesimpulan Polisi Soal Kematian Arya Daru: 86 Menit Misterius di Rooftop Kemenlu
Politikus Partai Golkar itu berharap kematian Arya menjadi pelajaran penting agar kejadian serupa tak terulang.
“Semoga lingkungan kerja ke depan bisa lebih menjaga kesehatan mental para diplomat, agar mereka dapat bertugas secara optimal,” tutupnya.
Banyak Kejanggalan, Keluarga Tak Percaya Bunuh Diri

Arya ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya di kawasan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa pagi, 8 Juli 20252. Saat ditemukan, kepala Arya terbungkus plastik dan terlilit lakban, dengan tubuh berada di atas tempat tidur dan pintu kamar terkunci dari dalam.
Kepolisian menyebut adanya luka di tangan kiri dan pisau cutter di dekat tubuh. Namun, keluarga besar Arya sejak awal menolak dugaan bunuh diri.
“Kami mengenal Arya sebagai pribadi kuat dan ceria. Kami yakin ini bukan bunuh diri,” ujar salah satu kerabat Arya yang enggan disebutkan namanya.
Pihak keluarga bahkan menyewa pengacara dan telah meminta autopsi ulang. Kecurigaan mereka diperkuat oleh informasi bahwa Arya mengalami tekanan berat setelah kembali dari luar negeri dan diduga tidak mendapat dukungan psikososial memadai dari institusinya.
DPR Minta Kemlu Buka Data dan Evaluasi Perlindungan SDM
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS, Sukamta, juga menyoroti kasus ini dan mendesak Kemlu untuk membuka data secara transparan.
Ia menekankan pentingnya audit menyeluruh terhadap sistem perlindungan diplomat, terutama pasca penugasan luar negeri.
“Diplomasi bukan hanya soal mewakili negara, tapi juga menjaga keselamatan dan kesejahteraan diplomat,” kata Sukamta, Senin (29/7/2025).
Ia meminta Kemlu membuka informasi mengenai riwayat penugasan, kondisi medis, dan laporan internal terkait Arya.
“Kalau memang Arya mengalami tekanan kerja atau lingkungan yang tidak mendukung, itu harus diungkap. Jangan hanya berhenti pada narasi tunggal bahwa ia bunuh diri,” tegasnya.
Langkah DPR ini diharapkan dapat menjadi titik awal evaluasi sistemik terhadap tata kelola penugasan diplomatik dan kesehatan mental aparatur negara.
Baca juga: Farah dan Pesan Salah Kirim: Dugaan Perselingkuhan di Balik Kematian Diplomat Arya Daru
Psikolog Forensik: Kasus Arya Ungkap Risiko Burnout di Kalangan Diplomat
Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor), Nathanael E. J. Sumampouw, menilai kematian Arya Daru bisa menjadi cermin atas minimnya perhatian terhadap aspek psikologis para diplomat Indonesia yang bekerja dalam tekanan tinggi.
“Kasus ini bisa membuka kesadaran bahwa kita sering kali abai terhadap persoalan kesehatan mental yang bisa dialami oleh ASN, khususnya diplomat,” ujar Nathanael, Jumat (26/7/2024).
Menurut hasil asesmen Apsifor terhadap tulisan tangan Arya, ditemukan tanda-tanda bahwa Arya mengalami tekanan berat dan kelelahan mental yang signifikan. Hal ini memperkuat indikasi bahwa sistem dukungan emosional dan psikososial bagi diplomat muda perlu segera dievaluasi.
“Jika memang Arya mengalami kelelahan mental akibat pekerjaan atau tekanan struktural, maka ini seharusnya menjadi alarm untuk reformasi kelembagaan, khususnya dalam perlindungan psikologis bagi para pejabat negara yang bekerja di luar negeri maupun di pusat,” tambahnya.
Proses Penyelidikan Polisi Masih Berjalan
Sementara itu, pihak Polda Metro Jaya menyatakan penyelidikan atas kematian Arya Daru masih berlangsung. Namun hingga kini, belum ada pembaruan berarti sejak hasil visum awal keluar.
“Masih kita dalami. Kami tunggu hasil tambahan dari Labfor dan keterangan saksi lainnya,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi.
Sikap polisi yang dinilai lamban dan tertutup juga ikut memicu kecurigaan publik. Apalagi hingga kini belum ada kesimpulan resmi penyebab pasti kematian Arya.
Diplomat Muda Tewas di Menteng
Makam Diplomat Muda Arya Daru Pangayunan Diacak-acak, Amplop Misterius Muncul di Rumah Duka |
---|
5 Misteri di Balik Kematian Diplomat Arya Daru Pangayunan |
---|
Kuasa Hukum Keluarga Arya Daru Surati Kapolri Minta Ungkap Penyelidikan Kematian |
---|
Misteri Tewasnya Arya Daru Belum Usai, Keluarga Terima Simbol Misterius dan Bunga di Makam |
---|
Upaya Keluarga Arya Daru Mencari Keadilan, Minta Bantuan TNI hingga Perlindungan ke LPSK |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.