6 Kisah Tragis Manusia Dimangsa Ular Piton, dari Akbar hingga La Noti: Lima Kejadian di Sulawesi
Semua kasus ular memakan manusia terjadi saat korban berada di kebun dan diketahui saat warga curiga menemukan ular dengan perut membuncit
Penulis:
Eko Sutriyanto
Kronologi berawal Farida pamit kepada suaminya, Noni (55), untuk pergi ke kebun memetik cabai. Seperti hari-hari sebelumnya, ia membawa perlengkapan seadanya dan meninggalkan rumah dengan senyum yang tidak pernah absen dari wajahnya.
Namun malam menjelang, dan Farida tak kunjung pulang.
Awalnya, Noni tak merasa khawatir. Ia mengira istrinya mungkin mampir ke rumah saudara atau singgah di tempat kerabat seperti biasa. Tapi ketika malam semakin larut dan kabar sang istri tak juga datang, kegelisahan mulai menjalari benaknya.
Pagi harinya, ia memberanikan diri menghubungi keluarga dan kerabat. Hasilnya nihil. Tak ada satu pun yang mengetahui keberadaan Farida.
Dengan firasat yang semakin menguat, Noni pergi menyusuri kebun cabai milik mereka.
Di sanalah, ia menemukan benda-benda milik sang istri—tergeletak diam, seperti ditinggalkan dalam keadaan tergesa.
Baca juga: Sepasang Ular Piton Sembunyi di Rumah Warga Banyumas, Ketahuan setelah Plafon Ambrol
Ketakutan berubah menjadi keyakinan akan adanya bahaya. Bersama warga, Noni mulai menyisir area kebun lebih luas.
Dan saat itulah, mereka menemukan sosok mencurigakan: seekor ular sanca sepanjang lima meter, dengan perut menggembung dan gerakannya lamban.
Kecurigaan warga pun memuncak. Tak mungkin perut sebesar itu tanpa menelan sesuatu yang sangat besar.
Dengan hati berdebar dan tubuh gemetar, warga bergotong royong menangkap dan membelah ular tersebut.
Dari balik robekan kulit ular itu, muncul tubuh Farida, dalam keadaan sudah tak bernyawa.
Ia ditemukan masih lengkap dengan pakaiannya, tubuhnya membujur kaku dalam posisi terlipat sebagaimana ular menelan mangsanya.
Kasi Humas Polres Sidrap, AKP Suwardi, tidak peristiwa memilukan ini.
Dalam keterangannya, ia menegaskan bahwa ular sanca tersebut memang menelan korban utuh, sesuatu yang meskipun langka, pernah beberapa kali terjadi di wilayah Indonesia.

5. Siriati (30), Sulsel, 2024
Warga Desa Siteba, Kecamatan Walenrang Utara, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, dikejutkan oleh peristiwa tragis yang menimpa seorang ibu rumah tangga bernama Siriati (30).
Ia ditemukan tak bernyawa di dalam perut seekor ular piton sepanjang 10 meter, Selasa pagi (2/7/2024).
Tragedi ini terjadi saat Siriati tengah menempuh perjalanan menuju rumah saudaranya untuk membeli obat bagi anaknya yang sedang sakit. Rumah Siriati yang cukup terpencil memaksanya harus melewati kawasan hutan kecil di Dusun Balatana—jalur yang biasa ia lalui sehari-hari.
Namun pagi itu berbeda. Siriati tak kunjung tiba. Saudaranya yang menunggu mulai khawatir, lalu menghubungi Adiansya, suami korban. Merasa ada yang janggal, Adiansya langsung menyusul ke rute yang biasa dilalui istrinya.
Di tengah perjalanan, ia menemukan sepasang sandal Siriati tergeletak di tanah. Tak jauh dari sana, terlihat jejak ular besar dan bekas seretan sepanjang lima meter. Kecurigaan Adiansya berubah menjadi kepastian saat ia melihat seekor ular piton dengan perut membesar mencurigakan.
Tanpa membuang waktu, Adiansya membunuh ular tersebut lalu memanggil warga dan aparat setempat untuk membantu proses evakuasi. Dengan cara tradisional, kepala ular dipotong, ekornya digantung ke pohon, dan perutnya dibelah. Jasad Siriati ditemukan dalam kondisi utuh, namun telah meninggal dunia.
Sekretaris Desa Siteba, Iyang (38), membenarkan kejadian tersebut dan menyebut bahwa lokasi rumah korban memang jauh dari jalan utama serta berbatasan langsung dengan kawasan liar.
“Korban biasa melewati jalur itu, tapi kali ini nahas. Ini jadi peringatan bagi warga agar lebih waspada,” ujar Iyang kepada Tribun-Timur.com.

Berbagai kasus manusia dimangsa ular piton, pakar reptil, Panji Petualang juga ikut mengomentari.
Panji Petualang mengungkapkan melalui akun Instagramnya.
“Akhir2 ini sering banget denger kabar Retic python nelen orang... Kasus nya sering terjadi di sulawesi.. Padahal ular jenis retic besar di ketahui banyak di sumatera dan kalimantan,” tulisnya.
Panji kemudian menjelaskan beberapa faktor penyebabnya berdasarkan pengelamannya selama ini.
“Kalo yang saya perhatiin faktor nya karena ini, 1 ular jenis python reticulatus dari sulawesi karakter nya lebih agresif ketimbang dari tempat lain,” kata dia.
Tak hanya itu, manusia sendiri juga dinilai Panji berperan penting dalam kasus ini yakni adanya kerusakan habitat ular itu sendiri sehingga berakibat pada kurangnya makanan mereka.
Ia lalu menjelaskan cara sang ular melumpuhkan dan memangsa buruannya itu.
“Ular python berburu dengan cara menunggu dan menggunakan indra jacobson untuk mereka mengetahui di mana mangsanya,ular python juga punya semacam sensor yang bisa melihat darah panas (contoh manusia)ketika python berhasil nerkam korban secara sembunyi2 alhasil korban gak akan bisa lagi melawan,” katanya.
“Karena setelah menerkam python akan melilit dengan kuat,mereka bisa ngerasain nafas korban nya nah kalo mangsanya masih nafas lilitan nya terus di buat kuat sampe mangsanya mati lemas kehabisan nafas,” tambahnya.
Menurut Panji, pada dasarnya hewan takut pada manusia.
“Mamun dalam keadaan lapar dan yang lewat manusia ya gak ada pilihan untuk si ular untuk makan manusia atau dia lapar,” jelasnya.
Ia pun menjelaskan bahwa tak hanya ular piton raksasa saja yang bisa memangsa manusia.
“Ular bisa nelan manusia ketika kepalanya sama ukuran nya dengan telapak tangan kita,” tutupnya.
Mengapa Piton Sulawesi Ganas
Sementrara pakar herpetologi dari LIPI, Amir Hamidy, ular piton yang menyerang manusia di Sulawesi merupakan jenis sanca batik (Python reticulatus).
“Ular yang memangsa seorang perempuan di Sulawesi beberapa waktu lalu merupakan jenis sanca batik,” ujar Amir.
Sanca batik dikenal sebagai ular terpanjang di dunia. Di alam liar, panjangnya bisa mencapai 7 meter, sementara di penangkaran bahkan bisa mencapai 10 meter.
“Ular piton di daerah Sulawesi memang bisa sangat besar dan panjang karena menjadi predator tertinggi di dalam rantai makanan,” jelas Amir.
Piton di Sulawesi tumbuh lebih besar dibandingkan dengan di Sumatera atau Jawa karena tidak ada predator alami seperti harimau.
Mangsa utama mereka adalah mamalia besar seperti babi hutan.
Amir menyebut bahwa konflik antara piton dan manusia semakin sering terjadi akibat semakin sempitnya habitat liar dan aktivitas manusia yang mendekat ke hutan.
“Lokasi kebun milik perempuan tersebut dekat dengan hutan dan saat itu sudah malam sehingga korban tidak mengetahui keberadaan ular,” ujar Amir.
Ia menyarankan masyarakat membawa anjing saat beraktivitas di kebun sebagai bentuk pencegahan terhadap serangan hewan liar.
“Ular piton berukuran besar biasanya memangsa babi hutan dan mamalia-mamalia besar lainnya. Piton juga mengendalikan populasi babi hutan agar tidak meresahkan masyarakat,” ujar Amir.
Perburuan liar terhadap babi hutan bisa mengganggu keseimbangan ekosistem dan mendorong piton untuk mencari mangsa alternatif, termasuk manusia.
“Selain berukuran panjang dan besar, kemampuan adaptasi ular ini sangat baik. Ular ini bisa bertahan hidup di tengah perkotaan dan memangsa hewan-hewan kecil seperti tikus atau ayam,” katanya.
Ular piton mencerna mangsa selama 1–2 minggu, tergantung ukuran mangsanya, dengan bantuan asam lambung berkadar tinggi. (Berbagai sumber/Eko Sutriyanto)
Curhat Pilu Pemotor Usai Terjerat Benang Layangan, Jilbab Robek dan Tangan Cedera |
![]() |
---|
Sosok Ibu Muda di Polman, Nekat Terobos Sungai Meluap Demi Anak, Sempat Terbawa Arus |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Manado, Senin 15 September 2025: Didominasi Cuaca Berawan |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Kota Kendari Senin, 15 September 2025: Waspada Hujan Ringan Guyur Semua Wilayah |
![]() |
---|
Pengakuan Pembunuh Bocah di Konawe Selatan, Mayat Ditaruh di Koper Merah sebelum Masuk Karung |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.