Minggu, 5 Oktober 2025

Ubah Hama Jadi Daya, Cara Cerdik Warga Waduk Cengklik Manfaatkan Enceng Gondok Menuju Mandiri Energi

Manfaat tidak langsung, lanjutnya, adalah Waduk Cengklik yang bersih dari enceng gondok sehingga meningkatkan daya tarik untuk wisata.

|
Penulis: Isti Prasetya
Editor: Febri Prasetyo
TribunSolo.com/Chrysnha
Warga tengah mengambil eceng gondok di Waduk Cengklik 

SRIWEDARI kemudian mendapatkan bantuan dari Pertamina karena berdekatan dengan lokasi operasi Pertamina, Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Adi Soemarmo

Kebutuhan alat-alat untuk mengolah eceng gondok mulai diadakan, seperti alat untuk mencacah, dan tong digester (untuk fermentasi) yang semuanya dibiayai penuh melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dari Pertamina.

Adapun proses pemanfaatan enceng gondok dimulai dengan mencacah enceng gondok lalu dicampur dengan kotoran sapi dengan perbandingan 70 persen eceng gondok, 30 persen kotoran sapi dan ditambah cairan fermentasi untuk mempercepat proses.

“Setelah itu cacahan enceng gondok dibungkus dengan terpal, tiap seminggu sekali diaduk dan minggu ketiga atau keempat dimasukan digester.”

"Dari 100 kg enceng gondok bisa menghasilkan 70 kilogram pupuk padat dan 40 liter pupuk cair. Sudah diuji coba di perkebunan warga dan hasilnya bagus," imbuh anggota kelompok SRIWEDARI, Seksi Demplot, Dalmanto.

Hasil lain yakni adanya biogas yang muncul dari proses pembuatan pupuk tersebut yang digunakan warga untuk memasak sehari-hari.

Biogas yang muncul biasanya ditampung warga dalam ban dalam truk bekas yang kemudian dipergunakan untuk memasak.

“Satu ban truk itu di satu rumah bisa dipakai seharian tergantung pemakaian, yang jelas bisa hemat, tidak tergantung beli gas melon,” ungkapnya sembari tertawa.

Sebelum dipakai secara massal pernah dilakukan pengujian penggunaan biogas dalam ban untuk memasak, hasilnya ban bekas itu terbukti efektif dan aman.

Pengujian itu juga untuk meyakinkan anggota kelompok bahwa memasak menggunakan biogas yang ditampung di dalam ban itu aman dan tidak berbeda dengan gas LPG. 

“Awalnya, warga tak takut. Takut meledak dan sebagainya. Tetapi setelah melihat langsung, mereka mulai percaya,” kata dia.

Dengan penggunaan biogas sebagai bahan bakar memasak, warga kini bisa lebih berhemat.

“Yang pasti kan manfaatnya mengurangi gas LPG sehingga anggaran beli gas LPG bisa dipakai untuk yang lain,” ungkapnya.

Hasil dari biogas juga dimanfaatkan untuk penerangan lampu jalan di Dukuh Turibang, Sobokerto.

“Total sudah ada 11 titik lampu jalan yang pakai biogas, sistemnya biogasnya kami pakai ke genset untuk charge aki, nah akinya itu yang dipakai sehari-hari untuk penerangan jalan desa, 15 watt di 11 titik bisa nyala semalaman,” beber Kang Arjo.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved