Idap Tifus Berulang Berpotensi Picu Kanker Kandung Empedu, Ini Penjelasan Pakar
Infeksi tifoid atau demam tifus selama ini dikenal sebagai penyakit pencernaan akut yang umum terjadi di Indonesia.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Infeksi tifoid atau demam tifus selama ini dikenal sebagai penyakit pencernaan akut yang umum terjadi di Indonesia.
Namun, jika tifoid terjadi berulang atau tidak ditangani tuntas, risikonya jauh lebih serius, yakni dapat menyebabkan kanker kandung empedu.
Hal ini disampaikan oleh epidemiolog Dr. Dicky Budiman, PhD, dalam laporan langsungnya dari Global Conference One Health di Shenzhen, Tiongkok (27–30 Juni 2025).
Pertemuan ini membahas berbagai penyakit berisiko wabah dari sisi manusia, hewan, dan lingkungan.
Baca juga: Lesti Kejora Masuk Rumah Sakit karena Tifus, Bantah Hamil Anak Kedua
Menurut Dicky, bakteri penyebab tifus, Salmonella typhi, dapat bersifat karsinogenik, terutama jika menetap dalam jangka panjang di kandung empedu.
“Kolonisasi kronis di kandung empedu memungkinkan bakteri bertahan dalam biofilm dan batu empedu. Bakteri ini menghasilkan toksin dan senyawa pro-inflamasi seperti nitrosamin yang bisa merusak DNA sel epitel kandung empedu,” jelas Dr. Dicky pada Tribunnews, Selasa (1/7/2025).
Dalam kondisi kronis, S. typhi memicu peradangan berkelanjutan di kandung empedu.
Peradangan ini mempercepat perubahan sel epitel normal menjadi sel kanker, terutama adenokarsinoma kandung empedu.
Kelompok Berisiko dan Gejala yang Perlu Diwaspadai
Orang yang pernah mengalami tifoid lebih dari dua kali dalam lima tahun terakhir, serta mereka yang menjadi pembawa bakteri secara kronis tanpa gejala (carrier), memiliki risiko lebih tinggi.
Wanita berusia di atas 40 tahun juga masuk kategori rentan, apalagi bila memiliki batu empedu.
Bakteri tifus mudah bersembunyi dalam biofilm batu empedu dan sulit dibasmi tanpa pengobatan tuntas.
Gejala awal kanker kandung empedu cenderung tidak khas, namun ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai:
- Nyeri di perut kanan atas, terutama setelah makan makanan berlemak
- Mual, muntah, dan kembung
- Penurunan berat badan tanpa sebab jelas
- Demam ringan berulang
- Kulit dan mata menguning
- Feses pucat dan urine berwarna gelap
“Banyak kasus under diagnosis dan pengobatan tifus tidak tuntas, sehingga meningkatkan risiko pembawa kronis,” ujar Dr. Dicky.
Karena itu, masyarakat yang pernah mengalami tifoid berulang disarankan menjalani pemeriksaan lanjutan seperti USG abdomen untuk deteksi dini batu empedu atau infeksi kronik.
Pakar: Udang Beku Indonesia yang Terpapar Radioaktif Tak Membuat Manusia Jadi 'Alien' |
![]() |
---|
Ilmuwan Rusia Umumkan Vaksin Kanker, Perlukah Indonesia Memakainya? Ini Kata Pakar |
![]() |
---|
KLB Malaria di Kabupaten Parimo Sulteng, Epidemiolog Ingatkan Eliminasi Tak Berarti Bebas Selamanya |
![]() |
---|
Pakar Kesehatan Soal KLB Malaria di Sulteng: Pekerja Tambang Harus Diawasi Ketat |
![]() |
---|
Ini Potensi Bahaya yang Muncul Saat Kereta Khusus Merokok Direalisasikan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.