Mitos atau Fakta Radiasi Mammografi Bisa Perparah Kanker Payudara? Ini Kata Dokter
Benarkah radiasi mammografi dapat memicu atau memperparah kanker payudara? Ini fakta yang sebenarnya diungkap oleh dokter radiologi.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kanker payudara kini menjadi kanker paling umum di kalangan wanita di Indonesia, mencakup sekitar 19 persen dari seluruh kasus kanker, dengan lebih dari 70.000 diagnosis baru setiap tahun.
Tingkat kesembuhan dapat meningkat drastis jika penyakit ini terdeteksi dini karena semakin cepat terlacak lewat skrining, semakin besar peluang untuk disembuhkan.
Baca juga: Kisah Fia Bunova Penyintas Kanker Payudara, Perasaan Ikhlas Buat Kemoterapi Tak Semenakutkan itu
Skrining kanker payudara dianjurkan rutin dilakukan oleh semua perempuan, terutama bagi perempuan dengan faktor risiko seperti riwayat keluarga, gejala kanker, atau usia 40 tahun ke atas.
Lalu, benarkah radiasi mammografi dapat memicu atau memperparah kanker payudara? Ini fakta yang sebenarnya diungkap oleh dokter radiologi dr. Nina I.S.H. Supit, Sp.Rad.
Mammografi merupakan golden standard atau standar emas skrining kanker payudara yang menggunakan sinar-X dosis rendah untuk menangkap gambar jaringan payudara seperti tumor kecil yang tidak dapat diraba dengan tangan.
Dokter Nina mengatakan, penggunaan radiasi pengion dalam mammografi digunakan dalam dosis yang sangat rendah dan diawasi ketat oleh Mammography Quality Standards Act (MQSA) agar tetap aman.
Sebagai perbandingan, dosis rata-rata dari mammografi digital dua arah hanya sekitar 0,4 mSv, setara dengan paparan alami radiasi lingkungan selama tujuh minggu.
“Sangat kecil efek sampingnya dari prosedur ini. Jangan takut untuk perempuan yang merasa ada benjolan di payudaranya. Lebih cepat terdeteksi semakin bagus,” ujar dia dalam takshow di Jakarta Pusat, Rabu (1/10/2025).
Merujuk studi BEIR VII, risiko kanker akibat mammografi sangat kecil, sekitar 1,3 kasus per 100.000 pada perempuan usia 40 tahun yang menjalani satu kali mammografi, dan bahkan lebih rendah pada usia lanjut.
Jika dilakukan setiap tahun pada usia antara 40–80 tahun, risikonya hanya 20–25 kasus kanker fatal per 100.000 perempuan.
Secara umum, risiko kanker akibat radiasi dari mammogram diperkirakan hanya 1–10 kasus per 100.000 perempuan, jauh lebih kecil dibanding manfaat deteksi dini.
“Dengan demikian, proses mammografi ini relatif aman, tidak menyebabkan kanker, dan justru bisa menyelamatkan nyawa untuk perempuan,” tutur dr Nina.
5 Detik Bermanfaat Skrining Kanker Payudara
Menjawab kebutuhan tersebut, kini ada teknologi mammografi 3D di Indonesia yang memungkinkan pemindaian hanya dalam waktu 5 detik tanpa mengorbankan kualitas gambar yaitu Mammomat B.briliant.
Sebelumnya, pasien harus menunggu hingga 25 detik yang menimbulkan rasa nyeri akibat penekanan payudara alat kompresor.
Juga adanya ketidaknyamanan fisiologis seperti nyeri payudara yang mungkin sudah ada sebelumnya akibat siklus menstruasi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.