Ilmuwan Rusia Umumkan Vaksin Kanker, Perlukah Indonesia Memakainya? Ini Kata Pakar
Baru-baru ini ilmuwan Rusia mengklaim telah berhasil mengembangkan vaksin kanker baru yang kini siap untuk penggunaan klinis.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Baru-baru ini ilmuwan Rusia mengklaim telah berhasil mengembangkan vaksin kanker baru yang kini siap untuk penggunaan klinis.
Vaksin kanker usus besar ini disebutkan telah melewati tahap uji praklinis dengan hasil menjanjikan.
Baca juga: Rusia Akan Bagi Vaksin Kanker Gratis Mulai Tahun 2025, Tiap Pasien Dapat Vaksin Khusus
Pengumuman ini disampaikan oleh kepala Federal Medical and Biological Agency (FMBA), Veronika Skvortsova, di Forum Ekonomi Timur, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita Rusia, TASS.
Kabar ini menimbulkan optimisme, namun juga memunculkan pertanyaan.
Apakah benar vaksin tersebut akan segera bisa digunakan?
Epidemiolog sekaligus pakar kesehatan, Dr. Dicky Budiman, menekankan bahwa temuan tersebut masih perlu ditanggapi dengan hati-hati.
“Kabar pra klinis menjanjikan itu optimistik memang tapi belum menjadi bukti klinis. Kita perlu data fase 1-3 yang terpublikasi sebelum bisa disimpulkan manfaat secara nyata,” ungkapnya pada Tribunnews, Senin (8/9/2025).
Menurut Dicky, vaksin kanker tidak sama dengan vaksin pencegah infeksi seperti HPV atau Hepatitis B.
Vaksin untuk kanker biasanya bersifat terapetik, yang berarti dirancang untuk membantu sistem imun melawan sel kanker yang sudah ada di tubuh.
Strategi ini seringkali dikombinasikan dengan metode lain seperti checkpoint inhibitor, radioterapi, hingga onkolitik virus.
Baca juga: Vladimir Putin Klaim Ilmuwan Rusia Hampir Selesai Ciptakan Vaksin Kanker
Meski demikian, Indonesia diingatkan agar tidak terburu-buru berharap terlalu tinggi.
Biaya riset, infrastruktur, hingga kesiapan industri masih menjadi tantangan besar.
“Apakah Indonesia perlu vaksin sejenis? Ya jelas perlu. Tapi kita punya prioritas tahapannya dan juga harus realistis ekspektasinya,” kata Dicky.
Di sisi lain, kanker kolorektal di Indonesia terus meningkat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.