Senin, 29 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Trump Ancam Putin dengan Paket Sanksi Baru setelah Serangan Brutal Rusia ke Ukraina

Donald Trump siap beralih ke tahap kedua sanksi terhadap Rusia setelah serangan udara brutal ke Ukraina.

Foto: Sergei Bobylev, RIA Novosti/Kremlin
PUTIN KE ALASKA - Foto diunduh dari website Kremlin, Sabtu (16/8/2025) memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (kanan) di Alaska pada Jumat, 15 Agustus 2025. Pada Minggu (7/9/2025), Trump menyatakan dirinya siap beralih ke tahap kedua sanksi terhadap Rusia atas perang di Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan siap beralih ke tahap kedua sanksi terhadap Rusia atas perang di Ukraina.

Hal itu disampaikan Trump saat menjawab pertanyaan wartawan, seperti dilaporkan Reuters, Minggu (7/9/2025).

Ketika ditanya apakah ia siap untuk menghukum Presiden Rusia Vladimir Putin dengan paket sanksi baru, Trump menjawab singkat: "Ya, saya siap."

Sebelumnya, Menteri Keuangan AS, Scott Bessant, mengatakan Washington berencana meningkatkan tekanan terhadap Moskow untuk memaksa Putin duduk di meja perundingan.

Ia juga menekankan perlunya langkah serupa dari negara-negara Eropa.

Kepala Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Gassett, menambahkan opsi penerapan sanksi baru masih terbuka setelah serangan besar-besaran Rusia terhadap Ukraina pada 7 September.

Konflik Rusia-Ukraina yang memuncak pada 22 Februari 2021 berakar dari ketegangan geopolitik sejak runtuhnya Uni Soviet.

Setelah merdeka pada 1991, Ukraina menjalin hubungan rumit dengan Rusia, terutama terkait wilayah dan pengaruh politik.

Pada 2014, Rusia mencaplok Semenanjung Krimea setelah Presiden Ukraina pro-Rusia, Viktor Yanukovych, digulingkan oleh gerakan pro-Barat.

Pencaplokan tersebut memicu pemberontakan separatis di Donetsk dan Luhansk, wilayah yang dikenal sebagai Donbas.

Rusia dituduh mendukung kelompok separatis dengan pasukan dan senjata, meski Moskow membantah keterlibatan langsung.

Upaya damai melalui Perjanjian Minsk pada 2015 gagal meredakan konflik.

Baca juga: 810 Drone Rusia Hantam Ukraina, Bayi dan Warga Sipil Tewas dalam Serangan Terbesar sejak Invasi

Sementara itu, Ukraina semakin mendekat ke NATO—langkah yang dipandang Rusia sebagai ancaman.

Ketegangan memuncak ketika Rusia secara resmi mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis di Donbas.

Pengakuan tersebut menjadi pemicu eskalasi menuju invasi besar-besaran yang sampai hari ini belum menemukan damai.

Serangan terbesar Rusia sejak invasi

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan