Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Pejabat Gaza: Israel Hanya Izinkan 1.334 Truk Bantuan dalam 15 Hari, Seharusnya 9.000

Pejabat Gaza tuding Israel batasi bantuan: Hanya 1.334 dari 9.000 truk masuk 15 hari. Krisis kemanusiaan makin parah.  

khaberni/tangkap layar
TRUK BANTUAN GAZA - Antrean truk bantuan Gaza berbaris di perbatasan yang ditutup sepihak oleh militer Israel. Blokade militer terhadap wilayah kantung Palestina itu dilakukan Israel dalam perang genosida di Jalur Gaza. Pejabat Gaza tuding Israel batasi bantuan: Hanya 1.334 dari 9.000 truk masuk 15 hari, pada Senin (11/8/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Pada Senin (11/8/2025), kantor Media Pemerintah di Gaza melaporkan bahwa hanya 1.334 truk bantuan dari total 9.000 truk yang seharusnya diizinkan masuk ke Gaza dalam 15 hari terakhir, Al Jazeera melaporkan.

Situasi ini dinilai memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.

Pernyataan ini sejalan dengan laporan Badan Pertahanan Sipil Gaza yang mengatakan sedikitnya 2.500 warga Palestina yang terluka telah meninggal sejak Maret, karena Israel terus menolak mengoordinasikan sebagian besar misi penyelamatan.

Badan Pertahanan Sipil Gaza adalah layanan darurat dan penyelamatan utama yang beroperasi di Jalur Gaza.

Organisasi ini bertanggung jawab untuk merespons keadaan darurat sipil, terutama selama konflik, BBC mencatat.

Tugas utama mereka adalah mencari dan menyelamatkan korban yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan setelah serangan udara.

Mereka juga bertugas memadamkan kebakaran, menangani bahan peledak yang tidak meledak, dan mengangkut korban ke fasilitas medis.

nggota Badan Pertahanan Sipil Gaza bekerja dalam kondisi yang sangat berbahaya, sering kali menjadi pihak pertama yang tiba di lokasi kejadian setelah serangan untuk mengevakuasi korban dan memberikan pertolongan pertama.

Kondisi Kemanusiaan dan Pengiriman Bantuan

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, enam orang lagi meninggal akibat kelaparan atau kekurangan gizi dalam 24 jam terakhir, menambah jumlah korban tewas menjadi 175 orang, termasuk 93 anak-anak, sejak perang dimulai.

Lembaga kemanusiaan internasional menyebut situasi ini sebagai bencana kelaparan yang sedang berlangsung.

Baca juga: Trump Enggan Bahas Rencana Israel, tapi Sebut Hamas Tak Boleh Ada di Gaza

Gaza menghadapi krisis kelaparan parah yang telah menyebabkan ratusan kematian, terutama di kalangan anak-anak, dan malnutrisi ekstrem yang mengancam ribuan lainnya.

Krisis ini dipicu oleh pembatasan akses bantuan yang ketat, blokade, serta perusakan infrastruktur vital seperti rumah sakit dan pabrik roti akibat perang.

Organisasi internasional seperti PBB dan WHO secara tegas memperingatkan bahwa kondisi ini adalah "kelaparan massal yang dibuat dan disengaja". 

Mereka mendesak agar akses bantuan kemanusiaan dibuka tanpa batas untuk mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar.

Meskipun Israel mengatakan telah mengizinkan pengiriman bahan bakar, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa kekurangan bahan bakar telah sangat mengganggu layanan rumah sakit.

Al Qahera News, yang berafiliasi dengan pemerintah Mesir, melaporkan dua truk solar akan memasuki Gaza, sementara COGAT, badan militer Israel yang mengoordinasikan bantuan, mengatakan empat tanker bahan bakar PBB telah masuk.

COGAT adalah akronim dari Coordinator of Government Activities in the Territories (Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah). Ini adalah sebuah unit di bawah Kementerian Pertahanan Israel.

COGAT berfungsi sebagai penghubung utama antara Pemerintah Israel, Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dan Otoritas Palestina di Tepi Barat serta Jalur Gaza.

Tugas utamanya adalah mengelola dan mengoordinasikan urusan sipil di wilayah-wilayah tersebut.

Di sisi lain, badan-badan PBB menegaskan bantuan udara tidak cukup dan Israel harus membuka lebih banyak akses darat.

Kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas juga mengatakan hampir 1.600 truk bantuan telah tiba sejak Israel melonggarkan pembatasan pada akhir Juli.

Namun para saksi dan sumber Hamas menyebutkan banyak dari truk tersebut dijarah oleh pengungsi yang putus asa dan geng-geng bersenjata.

Isu Sandera dan Gencatan Senjata 

Reuter pada 4 Agustus 2025 memberitakan bahwa Hamas mengatakan akan mengizinkan bantuan bagi sandera jika Israel menghentikan serangan udara dan membuka koridor kemanusiaan permanen.

Baca juga: Analisis: Hanya Netanyahu Sendiri yang Puas dengan Rencana Ambil Alih Gaza

Pernyataan ini muncul setelah Hamas merilis video sandera Israel, Evyatar David, yang terlihat kurus kering, memicu kritik tajam dari negara-negara Barat.

Video ini memicu kemarahan besar dari komunitas internasional dan keluarga David.

Keluarga David menyebutnya sebagai "tengkorak hidup yang dikubur hidup-hidup" dan menuntut pembebasannya segera.

Mereka juga menuduh Hamas sengaja membuatnya kelaparan sebagai bagian dari kampanye propaganda.

Evyatar David adalah salah satu sandera Israel yang diculik oleh Hamas dari festival musik Nova pada 7 Oktober 2023.

Ia berusia 24 tahun saat diculik dan telah ditawan di Gaza selama hampir dua tahun.

Forum Keluarga Sandera menanggapi pernyataan Hamas, menegaskan bahwa Hamas "telah menahan orang-orang tak bersalah dalam kondisi yang tidak memungkinkan selama lebih dari 660 hari," dan menuntut pembebasan mereka segera.

Mereka juga menyatakan Hamas berkewajiban menyediakan semua yang dibutuhkan sandera.

Forum Keluarga Sandera adalah sebuah organisasi yang mewakili keluarga para sandera Israel yang diculik oleh Hamas selama serangan pada 7 Oktober 2023.

Nama lengkapnya adalah Hostages and Missing Families Forum.

Pada Agustus 2025, Forum ini masih berupaya keras untuk memulangkan sekitar 50 sandera yang diyakini masih berada di Gaza, termasuk 20 orang yang diperkirakan masih hidup.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Israel mengumumkan Dewan Keamanan PBB akan mengadakan sesi khusus mengenai situasi para sandera di Gaza.

Pertempuran yang Berlanjut

Otoritas kesehatan lokal Palestina melaporkan setidaknya 80 orang tewas akibat tembakan dan serangan udara Israel di wilayah tersebut pada Minggu (10/8/2025).

Korban tewas termasuk anggota staf Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina yang kantor pusatnya di Khan Younis diserang.

Baca juga: Wasiat Terakhir Anas al-Sharif, Jurnalis Gaza yang Gugur dalam Serangan Israel

Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) adalah organisasi kemanusiaan nasional independen yang merupakan bagian dari Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

PRCS didirikan pada tahun 1968 dan beroperasi di Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta melayani masyarakat Palestina yang tinggal di luar negeri.

Khan Younis adalah sebuah kota besar di Jalur Gaza bagian selatan, yang juga menjadi ibu kota Kegubernuran Khan Younis.

Secara historis, kota ini didirikan pada abad ke-14 sebagai sebuah karavanserai (penginapan untuk karavan) yang penting di jalur perdagangan kuno.

Sebelum perang, kota ini adalah wilayah urban terbesar kedua di Gaza setelah Kota Gaza.

Selama konflik yang berlangsung, Khan Younis menjadi salah satu area yang paling parah terkena dampak pertempuran.

Perang Gaza dimulai ketika Hamas menewaskan lebih dari 1.200 orang dan menyandera 251 orang pada 7 Oktober 2023.

Perang udara dan darat Israel sejak itu telah menewaskan lebih dari 60.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan di wilayah kantong tersebut, Middle East Monitor mencatat.

(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved