Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Siapa Dmitry Medvedev? Cuitannya Membuat Donald Trump Mengerahkan Dua Kapal Selam Nuklir

Inilah sosok Dmitry Medvedev, mantan Presiden Rusia yang cuitannya membuat Donald Trump mengerahkan kapal selam nuklir.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Kolase Tribunnews: Instagram Donald Trump/X Dmitry Medvedev
TRUMP DAN MEDVEDEV - Kolase foto Donald Trump saat rapat rahasia mengenai serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, 21 Juni 2025 (kiri) dan Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia Dmitry Medvedev saat mengadakan pertemuan dengan Presiden Serbia Aleksandar Vučić menjelang forum antar-partai SCO plus, 21 Oktober 2020. Inilah sosok Dmitry Medvedev, mantan Presiden Rusia yang cuitannya membuat Donald Trump mengerahkan kapal selam nuklir. 

Medvedev mengklaim bahwa keputusan itu dibuat olehnya, namun seorang jenderal tinggi mengatakan bahwa langkah tersebut sudah direncanakan oleh Putin bahkan sebelum Medvedev dilantik.

Program modernisasi Medvedev dipenuhi pernyataan-pernyataan berani, namun kerap dikritik karena minim aksi nyata, sementara kekuasaan tetap di tangan Putin.

Karier Melonjak Berkat Putin

Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev (kiri) yang menjabat saat itu dan Presiden Rusia, Vladimir Putin (kanan) di Kremlin, Rusia pada 25 Desember 2019.
KARIER MEDVEDEV - Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev (kiri) yang menjabat saat itu dan Presiden Rusia, Vladimir Putin (kanan) di Kremlin, Rusia pada 25 Desember 2019. (President of Russia)

Medvedev, yang lahir di Leningrad (kini Saint Petersburg)—kota kelahiran Putin—berutang seluruh karier politiknya pada mantan agen KGB tersebut.

Putin membawanya ke Moskow setelah diangkat sebagai perdana menteri pada 1999.

Karier Medvedev cepat menanjak: ia menjadi ketua perusahaan gas raksasa Gazprom, menjabat kepala staf di Kremlin, dan Wakil Perdana Menteri Pertama.

Saat menjabat, ia sempat menyatakan bahwa ekonomi Rusia berada di "jalan buntu" dan membutuhkan reformasi mendesak.

Namun para kritikus menilai bahwa pernyataan seperti itu tidak berarti apa-apa selama Rusia masih dikendalikan oleh Putin, apalagi Medvedev sendiri pernah meremehkan anggapan bahwa ada perbedaan besar dalam visi mereka.

Meski saat menjabat ia sempat mendorong langkah-langkah antikorupsi, Medvedev sendiri kemudian dituduh melakukan korupsi pada 2017.

Mendiang pemimpin oposisi Alexei Navalny menuduhnya membangun kerajaan properti mewah dengan dana hasil penggelapan.

Navalny kemudian dicap sebagai “ekstremis” oleh pemerintah Rusia pada 2021.

Meski sempat diharapkan akan membalikkan tren penguatan kontrol negara dan pelemahan kebebasan sipil di era Putin sebelumnya, Medvedev ternyata tidak menunjukkan tanda-tanda akan memutus warisan tersebut secara radikal.

“Vladimir Vladimirovich Putin adalah politisi Rusia modern yang paling populer, paling berpengalaman, dan paling sukses,” ujar Medvedev ketika menjelaskan keputusannya untuk mundur dan memberikan jalan bagi Putin untuk kembali menjabat sebagai presiden pada 2012.

Perang Rusia-Ukraina Masih Berlangsung

Sebagai informasi, perang antara Rusia dan Ukraina kini telah memasuki tahun keempat.

Menurut situs Parliament.uk, Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada 24 Februari 2022. 

Pasukan Rusia menyerbu dari arah Belarus di utara, Rusia di timur, dan Krimea di selatan.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut operasi ini sebagai “operasi militer khusus” untuk melindungi rakyat Donbas dan “mendemiliterisasi serta denazifikasi Ukraina”.

Ia membantah adanya niat untuk menduduki wilayah Ukraina.

Namun, selama tiga tahun terakhir, Rusia terus melancarkan serangan besar-besaran, termasuk menargetkan infrastruktur sipil penting.

Total korban diperkirakan mencapai ratusan ribu dari kedua belah pihak, meski angkanya tidak bisa diverifikasi secara resmi.

Pada Oktober 2022, Rusia menandatangani perjanjian aneksasi terhadap Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia, meski wilayah-wilayah itu belum sepenuhnya berada di bawah kendali mereka.

Ukraina tetap bertekad merebut kembali seluruh wilayahnya, termasuk Krimea yang telah dianeksasi Rusia sejak 2014.

Hingga kini, belum ada langkah yang signifikan dalam upaya gencatan senjata.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved