Jumat, 3 Oktober 2025

Angkatan Udara AS Mengaktifkan Skuadron Nellis untuk Menguji Drone Tempur Memanfaatkan Teknologi AI

Angkatan Udara AS mengambil langkah berani untuk mendefinisikan ulang pertempuran udara dengan mengaktifkan Unit Operasi Eksperimental

Editor: Muhammad Barir
Staff Sgt. Brian Ferguson / U.S. Air Force photo
Foto drone MQ-9 Reaper. Angkatan Udara AS mengambil langkah berani untuk mendefinisikan ulang pertempuran udara dengan mengaktifkan Unit Operasi Eksperimental [EOU] di Pangkalan Angkatan Udara Nellis, Nevada. Skuadron ini sebelumnya merupakan detasemen sejak 2023, kini bertugas menguji dan menyempurnakan integrasi Pesawat Tempur Kolaboratif [CCA]—pesawat tanpa awak otonom  yang dirancang untuk terbang bersama pesawat tempur canggih seperti F-35 dan platform generasi berikutnya. 

Angkatan Udara mengatasi hal ini melalui proyek-proyek seperti Advanced Battle Management System [ABMS], yang bertujuan untuk menciptakan jaringan tangguh untuk komando dan kontrol. Namun, kompleksitas dalam mengintegrasikan CCA dengan sistem yang ada, seperti fusi sensor F-35, menimbulkan rintangan lain.

F-35, dengan radar AN/APG-81 dan Sistem Aperture Terdistribusi, menghasilkan data dalam jumlah besar, dan menambahkan CCA ke dalam campuran dapat membebani pilot yang tidak memiliki antarmuka yang efisien.


Persamaan sejarah menyoroti risiko terburu-burunya teknologi baru ke dalam layanan. Program F-35, yang terganggu oleh masalah awal dengan perangkat lunak dan konkurensi, menghadapi penundaan dan pembengkakan biaya sebelum mencapai kemampuan operasional penuh. Keputusan Angkatan Udara untuk mengejar pengembangan bersamaan untuk CCA—membangun dan menguji secara bersamaan—menimbulkan kekhawatiran serupa.

Pernyataan Kolonel Lehoski tentang "mengurangi risiko dalam konkurensi" menunjukkan bahwa EOU menyadari tantangan ini, tetapi kurangnya informasi publik tentang kemajuan prototipe memicu skeptisisme. Akankah YFQ-42A dan YFQ-44A siap tempur pada tahun 2030, atau akankah masalah teknis menunda penyebarannya?

Percobaan EOU juga akan mengatasi tantangan logistik dan pelatihan. CCA, tidak seperti pesawat tradisional, mungkin memiliki masa pakai yang lebih pendek, sehingga memerlukan model perawatan dan pemeliharaan baru. Permintaan anggaran Angkatan Udara tahun 2024 sebesar $72 juta untuk mendukung EOU mencakup dana untuk mengeksplorasi persyaratan ini, tetapi peningkatan produksi dan pelatihan tetap menjadi tantangan.

Misalnya, pilot perlu mempelajari cara mengelola beberapa  drone secara real-time, tugas yang menuntut simulator dan protokol pelatihan baru. Pusat Operasi Perang Virtual di Nellis, yang rampung pada tahun 2020, menyediakan fasilitas canggih untuk pelatihan tersebut, dengan empat simulator berbentuk kubah setinggi 12 kaki yang meniru skenario kompleks.


Ke depannya, pekerjaan EOU akan membentuk struktur kekuatan Angkatan Udara di masa depan. Sasaran layanan untuk menerjunkan 1.000 CCA pada akhir tahun 2020-an memang ambisius, tetapi hal itu mencerminkan kebutuhan untuk melawan musuh dengan kekuatan udara yang terus berkembang. Tiongkok, misalnya, tengah memperluas armada pesawat tempur siluman J-20 dan mengembangkan pesawat nirawak loyal wingman miliknya sendiri, sementara Rusia terus menyempurnakan UCAV Okhotnik miliknya.

Kemampuan EOU untuk mengembangkan TTP yang efektif akan menentukan apakah CCA dapat memberikan "massa yang terjangkau" yang dijanjikan tanpa mengorbankan kemampuan. Investasi Angkatan Udara dalam program tersebut, termasuk $150 juta yang diprogram ulang pada tahun 2024 untuk pembelian CCA tambahan, menggarisbawahi komitmennya terhadap visi ini.

Aktivasi EOU menandai titik balik bagi Angkatan Udara, yang menandakan pergeseran menuju masa depan di mana pesawat nirawak otonom menjadi bagian integral dari pertempuran udara. Saat YFQ-42A dan YFQ-44A bersiap untuk penerbangan perdananya, eksperimen unit tersebut akan memberikan wawasan penting tentang bagaimana sistem ini dapat meningkatkan daya mematikan dan kemampuan bertahan hidup pasukan AS.

Namun, jalan ke depan penuh dengan tantangan, mulai dari rintangan teknis hingga kompleksitas pengintegrasian AI ke dalam misi berisiko tinggi. Nellis, dengan sejarahnya yang panjang dalam mendorong batas-batas pertempuran udara, adalah tempat yang ideal untuk mengatasi masalah ini.

 

 

 

SUMBER: Bulgarian Military

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved