Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Donald Trump Sebut Gaza Sebagai 'Real Estat yang Luar Biasa' dan 'Properti Tepi Laut'

Presiden AS Donald Trump menggambarkan Gaza sebagai "real estate yang luar biasa" dan "properti tepi laut" yang ingin dimilikinya

Editor: Muhammad Barir
YouTube The White House
TRUMP DAN NETANYAHU - Tangkapan layar The White House pada Selasa (8/4/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan Presiden AS Donald Trump (kanan) melakukan konferensi pers di Ruang Oval, Gedung Putih, pada hari Senin (7/4/2025). 

Donald Trump Sebut Gaza Sebagai 'Real Estat yang Luar Biasa' dan 'Properti Tepi Laut'

TRIBUNNEWS.COM- Presiden AS Donald Trump menggambarkan Gaza sebagai "real estate yang luar biasa" dan "properti tepi laut" yang ingin dimilikinya, demikian dilaporkan Quds News Network . 

Trump menyampaikan komentarnya dalam acara pers bersama penjahat perang yang didakwa ICC, Benjamin Netanyahu, di Gedung Putih pada hari Senin (7/4/2025).

Trump menyarankan agar "pasukan penjaga perdamaian" AS dapat mengendalikan Gaza dan penduduk asli Palestina harus diusir ke negara lain. 

"Jika Anda mengambil orang Palestina dan memindahkan mereka ke berbagai negara... ada banyak negara yang akan melakukan itu," katanya. 

"Saya tidak mengerti mengapa Israel menyerahkannya. Mereka mengambil alih properti tepi laut."

Para kritikus menyatakan bahwa pernyataan Trump salah menggambarkan sejarah dengan menyiratkan bahwa Israel telah menyerahkan Gaza kepada penduduk asli Palestina, meskipun telah bertahun-tahun mengalami pendudukan militer dan blokade. 

Ia juga mengabaikan genosida Israel yang sedang berlangsung yang telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina sejak Oktober 2023, dan melukai lebih dari 100.000 orang lainnya.

Perdana Menteri Israel, yang juga menghadapi tuduhan korupsi di negara pendudukan tersebut, menggambarkan genosida yang dilakukannya terhadap warga Palestina sebagai cara untuk “berusaha memberi penduduk Gaza pilihan untuk pergi ke negara lain.”

Acara tersebut tertutup bagi sebagian besar media, hanya dihadiri oleh beberapa wartawan pro-Trump dan Israel. 

Banyak yang menganggap hal ini sebagai upaya untuk menghindari pertanyaan tentang krisis kemanusiaan dan kejahatan Israel di Gaza.

 


SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved