Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Intel IDF Sebut Hamas Kehilangan 66 Persen Petempur, Media Israel: Ada yang Janggal dari Klaim Ini

IDF mengatakan bahwa Hamas telah direduksi menjadi mode bertahan hidup dibandingkan dengan mampu melakukan banyak rencana serangan strategis

Unit Media IDF
Pasukan Israel (IDF) mengeluarkan bagan struktur pimpinan gerakan Hamas yang diklaim sudah mereka lenyapkan dan yang masih diburu. Intelijen IDF menyebut, selama sepuluh bulan Perang Gaza, Hamas kehilangan sebanyak 66 persen petempur mereka. 

Sumber IDF sangat yakin dengan cara inilah mereka menemukan Muhammad Al-Deif, terlepas dari apakah dia selamat dari serangan tersebut.

Baca juga: Tentara Israel Cabut Pernyataan Sudah Lenyapkan Muhammad Al-Deif: 4 Bulan di Khan Yunis Cuma Zonk

"Meskipun sumber-sumber IDF mengatakan kalau menghancurkan seluruh terowongan Hamas dapat memakan waktu bertahun-tahun, ada harapan bahwa peningkatan kecepatan dalam menghilangkan terowongan juga dapat memaksa Sinwar atau pihak lain yang menyandera untuk melakukan kesalahan dan mengekspos diri mereka sendiri," tulis media tersebut menyoroti strategi tidak pasti yang dilakukan IDF.

Intelijen AS: Pejuang Gaza Muncul Terus

Klaim intelijen Israel ini berbeda dari apa yang dilaporkan media Amerika Serikat (AS), mengutip perkiraan intelijen mereka, yang melaporkan kalau hanya sekitar sepertiga pejuang sayap bersenjata Hamas yang ditewaskan oleh Israel, selama perang Gaza per Mei silam.

Selain itu, bombardemen buta Israel di Jalur Gaza pada kenyataannya juga tak mampu berbuat banyak dalam menghancurkan infrastruktur Hamas karena sebagian besar jaringan terowongan kelompok tersebut masih utuh.

Baca juga: Jenderal Top Pentagon Ungkap Kebodohan Berulang Strategi Militer Israel di Gaza: Hamas Itu Ideologi

“Meskipun kemampuan komunikasi dan militer Hamas telah terdegradasi, hanya 30 hingga 35 persen pejuangnya – mereka yang merupakan bagian dari Hamas sebelum serangan 7 Oktober – terbunuh dan sekitar 65 persen terowongannya masih utuh,” tulis laporan Politico pada Rabu (22/5/2024), mengutip intelijen AS.

Laporan intelijen ini membuat Washington “semakin khawatir kalau Hamas mampu merekrut ribuan orang selama masa perang – ribuan orang selama beberapa bulan terakhir,”.

"Faktor ini memungkinkan para petempur Hamas “menahan serangan Israel selama berbulan-bulan,” menurut seseorang yang mengetahui informasi intelijen tersebut.

Barisan petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas, dalam sebuah parade militer. Al-Qassam bersama faksi lain gerakan perlawanan melancarkan operasi gabungan yang menyerang Tentara Israel di Rafah dan Jabalia.
Barisan petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas, dalam sebuah parade militer. Al-Qassam bersama faksi lain gerakan perlawanan melancarkan operasi gabungan yang menyerang Tentara Israel di Rafah dan Jabalia. (khaberni)

Israel Tak Mungkin Raih Kemenangan Mutlak

Israel sebelumnya mengklaim bahwa sekitar 12.000 pejuang Hamas dari total 30.000 orang telah terbunuh, namun hal ini dibantah oleh kelompok perlawanan.

Laporan Politico muncul hanya beberapa hari setelah seorang pejabat Pentagon, ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal CQ Brown, mengkritik Israel karena gagal mencegah kembalinya Hamas menjadi terkenal di wilayah di mana tentara Israel beroperasi.

Pekan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell mengatakan bahwa “kemenangan total” bagi Israel tidak “mungkin atau tidak mungkin terjadi” dalam perang ini, dan menambahkan bahwa Tel Aviv “berjuang mengenai teori kemenangan” di Gaza.

Israel mengklaim pada awal Januari kalau semua batalyon Hamas sudah dibongkar di Gaza utara, termasuk di kota utara Jabalia, tempat pasukan Israel kini beroperasi sekali lagi dan mengalami kerugian besar selama pertempuran dengan perlawanan Palestina, termasuk Brigade Qassam Hamas dan kelompok lainnya.

Baca juga: 3 Hal di Balik Remuknya Israel di Jabalia: IDF Salahkan Politisi, Qassam Kini Kuasai Jurus Hizbullah

Pasukan Israel (IDF) melakukan operasi militer di Jabalia, Gaza Utara, 14 Mei 2024. Operasi IDF di Jabalia mendapat perlawanan sengit Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas.
Pasukan Israel (IDF) melakukan operasi militer di Jabalia, Gaza Utara, 14 Mei 2024. Operasi IDF di Jabalia mendapat perlawanan sengit Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas. (Emanuel Fabian/Times of Israel)

Perlawanan masih bercokol di beberapa daerah lain di Gaza, khususnya di kota paling selatan Rafah – yang Israel sebut sebagai benteng terakhir Hamas dan di mana pasukan IDF juga menghadapi perlawanan sengit sejak Tel Aviv mengabaikan peringatan internasional selama berbulan-bulan dan melancarkan operasi di wilayah yang kota terkepung tersebut.

Baca juga: Tujuh Brigade Milisi Palestina Kumpul di Jabalia: Qassam Serang Heli Apache, Bom Tank Merkava Israel

Para petempur milisi perlawanan pada kenyataannya terus bermunculan dari terowongan untuk menyergap tentara dengan RPG dan alat peledak dan baru-baru ini meningkatkan taktik memasang bom pada bangunan dan meledakkannya saat pasukan Israel berada di dalamnya.

Pada awal perang, Israel mengatakan tujuannya adalah untuk “menghilangkan” Hamas.

Hampir delapan bulan setelah pertempuran, kelompok tersebut masih belum tersingkir.

Para ahli, termasuk analis Israel dan Barat, mengatakan bahwa Israel telah gagal mencapai semua tujuannya di Jalur Gaza, termasuk memusnahkan perlawanan dan membebaskan tahanan yang ditahan oleh Hamas.

Baca juga: Dokumen Dewan Keamanan Nasional Israel Bocor: Tentara IDF Gagal, Perang Gaza Mesti Dihentikan

(oln/tjp/memo/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved