Konflik Rusia Vs Ukraina
Kanselir Jerman Ultimatum China: Jangan Ikut Campur Konflik Ukraina
Pernyataan ini ia sampaikan saat ditanya apakah Jerman akan memberikan sanksi kepada mitra dagang terbesarnya, China.
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa China akan menghadapi sanksi jika ikut campur dalam konflik Ukraina dan menawarkan bantuan militer kepada Rusia.
"Saya pikir itu akan memiliki konsekuensi, namun kami sekarang berada dalam tahap di mana kami harus menjelaskan bahwa ini seharusnya tidak terjadi," kata Scholz, selama kunjungan singkatnya ke Washington, Amerika Serikat (AS).
Pernyataan ini ia sampaikan saat ditanya apakah Jerman akan memberikan sanksi kepada mitra dagang terbesarnya, China.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (6/3/2023), China telah menghadapi gelombang tuduhan dari pejabat Barat dalam beberapa minggu terakhir.
Negara itu disebut berpotensi terbuka untuk memasok bantuan militer ke Rusia, namun tuduhan ini tentu saja ditolak China.
"China akan 'tetap berkomitmen pada kebijakan luar negeri yang independen tentang perdamaian'," kata Perdana Menteri China Li Keqiang pada hari Minggu kemarin.
Baca juga: Kanselir Jerman Olaf Scholz Peringatkan Konsekuensi Jika China Pasok Senjata ke Rusia
Namun ia tidak menyebutkan konflik antara Rusia dan Ukraina.
Setelah kembali ke Jerman, Scholz menolak untuk menjawab pertanyaan langsung tentang apakah Presiden AS Joe Biden menunjukkan kepadanya bukti konkret untuk mendukung klaim bahwa China sedang mempertimbangkan pengiriman senjata ke Rusia.
"Kita semua sepakat bahwa tidak boleh ada pengiriman senjata, dan pemerintah China telah menyatakan bahwa mereka tidak akan memberikan apapun. Itulah yang kami tuntut dan kami menyaksikannya," tegas Scholz, aetelah pertemuannya dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada hari Minggu kemarin.
Von der Leyen pun mengaku negara Barat saat ini belum memiliki bukti terkait rencana tersebut.
"Kami tidak memiliki bukti untuk ini sejauh ini," kata Von der Leyen.
Ia memperingatkan bahwa negara Barat akan tetap berhati -hati dan 'mengamati' kepatuhan China.
Namun dirinya enggan menyampaikan apakah Uni Eropa (UE) akan memberikan sanksi kepada China dan menganggapnya sebagai 'pertanyaan hipotetis yang hanya dapat dijawab jika itu menjadi kenyataan dan fakta'.
Perlu diketahui, China telah berulang kali membantah tuduhan itu.
Pada pekan lalu, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan bahwa AS menjajakan 'informasi palsu tentang senjata' dan memberi sanksi kepada perusahaan-perusahaan China 'tanpa alasan', menggambarkan ini sebagai hal yang 'munafik' dan 'tindakan intimidasi yang mencolok'.
"AS telah memicu api di Ukraina dengan 'menuangkan senjata ke satu sisi konflik, sehingga memperpanjang pertarungan dan membuat perdamaian sulit untuk dipahami'," pungkas Mao.
Konflik Rusia Vs Ukraina
Diejek Vladimir Putin Soal Serangan Drone Rusia, Negara NATO: Ini Perang! |
---|
Putin Balas Ejekan Trump: Kalau Rusia Macan Kertas, Lalu NATO Apa? |
---|
Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.318: Rusia dan Ukraina Tukar Ratusan Tawanan Perang |
---|
AS Akan Berikan Info Intelijen ke Ukraina Buat Serangan Rudal Tomahawk ke Jantung Rusia |
---|
Rusia Lancarkan Perang Hibrida ke NATO: Pasukan Khusus Jerman Serbu Kapal Scanlark |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.