Senin, 6 Oktober 2025

Badan Pangan Nasional Evaluasi Peredaran Beras Khusus

Dalam laporan realisasi penjualan beras SPHP yang dipantau NFA, per 12 September realisasinya telah mencapai 356,6 ribu ton.

|
Penulis: Erik S
Istimewa
BERAS KHUSUS - Rapat Koordinasi Peredaran Beras Khusus di Kantor NFA, Jakarta pada Jumat (12/9/2025), Kepala NFA Arief Prasetyo Adi menuturkan perlu adanya pembahasan struktur biaya produksi beras khusus. 

Di samping itu, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi juga menjelaskan tentang jenis beras khusus, yakni beras fortifikasi dan biofortifikasi. Ia menyarankan produsen beras khusus agar lebih menonjolkan promosi keunggulan produknya yang berbeda dibandingkan beras reguler. Kepada pelaku ritel modern, Arief mengingatkan agar selalu meminta uji laboratorium terhadap produk beras khusus yang akan diterima.

"Untuk beras khusus, itu dicap khusus, memang karena bukan sembarang khusus. Misalnya, Kementan itu punya varietas padi yang sudah ada penambahannya. Itu beras biofortifikasi. Jadi benihnya sudah kaya akan zinc atau ferum. Nah kalau beras fortifikasi, itu ada penambahan di kernelnya. Kernelnya itu saat dimasak jadi nasi akan tercampur dengan sendirinya," jelas Arief.

"Untuk itu, masing-masing produsen beras khusus, bisa lebih menunjukkan ke masyarakat, apa saja kelebihan produknya. Bisa rendah glikemik ataukah gluten free. Promosinya begitu. Untuk peritel modern, selalu minta hasil uji laboratoriumnya ke produsen. Itu sebagai jaminan bahwa berasnya sudah sesuai dengan packaging-nya," kata Arief lagi.

Terakhir, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi juga mendorong produsen beras untuk memperoleh izin edar Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) yang diampu NFA bersama Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD). Arief memastikan pengurusan izin tersebut tidak ada biaya dan tidak memakan waktu.

Pada penghujung rapat, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa menyampaikan poin-poin penting yang ia petik dari hasil diskusi hari ini. Menurut Ketut, pemerintah berharap ke depannya ketersediaan beras di ritel modern dapat semakin membaik.

"Yang pertama, pasokan beras premium agar dapat kembali normal, minimal 60 sampai 70 persen. Yang kedua, beras premium atau beras khusus akan dipertimbangkan untuk ditetapkan pengaturan harga, sehingga ini tidak boleh dilepas begitu saja. Kami akan coba ukur nanti," urainya.

"Dan yang ketiga, teman-teman di ritel agar mulai cepat-cepat order ke Bulog untuk beras SPHP, sehingga keduanya, beras premium dan SPHP bisa masuk. Harapan kami, beras premium bisa normal pasokannya. Teman-teman produsen juga jangan terlalu banyak mengalihkan produksi beras premium ke beras khusus," pungkas Deputi Ketut.

Turut hadir dalam rapat hari ini antara lain Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan Moga Simatupang, Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan NFA Andriko Noto Sutanto, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin, Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso, beserta segenap perwakilan perusahaan produsen beras dan ritel modern.

 

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved