Senin, 29 September 2025

Titiek Soeharto Temukan Beras Tak Layak Konsumsi, Dirut Bulog: Sedang Diproses Ulang

Dirut Bulog buka suara mengenai temuan Titiek Soeharto, yang menemukan beras Bulog tidak layak dikonsumsi.

Tribun Medan/Danil Siregar
SIDAK HARGA BERAS - Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani (kanan) berbincang dengan pedagang saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) terkait pasokan dan harga jual beras di Pasar Petisah, Medan, Jumat (19/9/2025). Dalam sidaknya Rizal Ramdhani memantau pasokan dan harga beras di pasar, yang dijual sesuai harga eceran tertinggi (HET) untuk beras SPHP Bulog Rp 62.500 dan beras premium dibanderol Rp 74.500 kemasan 5 kilogram. TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani buka suara mengenai temuan Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto, yang menemukan beras Bulog tidak layak dikonsumsi.

Sebagaimana diketahui, akun Instagram DPR RI mengunggah video yang menunjukkan Titiek bersama tim Komisi IV DPR RI menemukan beras tak layak konsumsi tersebut di Gudang Perum Bulog Cabang Ternate, Maluku Utara.

Tim Komisi IV menemukan beras tak layak itu sekitar 1.200 ton beras dan telah tersimpan sejak Mei 2024.

Titiek kemudian mengambil beras tersebut dan mengatakan bahwa warnanya sudah abu-abu. Ia mempertanyakan mengapa beras tersebut tidak disalurkan.

Ketika menggenggam beras itu, Titiek menilai beras dengan kualitas jelek tersebut seharusnya tidak dijual, apalagi disalurkan sebagai bantuan pangan.

Ahmad Rizal pun mengatakan bahwa pihaknya telah memeriksa langsung ke lapangan.

Ia menyebut saat ini Bulog sedang memproses ulang beras yang ditemukan tersebut.

Menurut dia, dalam pemeliharaan beras pasti ada plus minusnya.

Baca juga: Mendagri Ajak Pemda Perkuat Kerja Sama dengan BPS dan Bulog untuk Kendalikan Inflasi

"Sekarang sedang diproses ulang, pengolahan ulang supaya layak dikonsumsi," katanya ketika ditemui di kantor Kemenko Pangan, Jakarta Pusat, Senin (29/9/2025).

Secara terpisah, Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto menjelaskan alasan mengapa beras yang tersimpan sejak Mei 2024 itu tidak kunjung tersalurkan.

Menurut dia, dalam kondisi geografis seperti di Ternate, distribusi pangan sangat bergantung pada faktor cuaca, akses logistik, dan fluktuatifnya permintaan masyarakat.

"Terkadang distribusi tidak bisa dilakukan secepat yang direncanakan," kata Suyamto.

Ia memastikan seluruh proses penyimpanan di gudang bulog telah memiliki standar operasional prosedur (SOP) yang ketat.

Pemeliharaan sesuai SOP itu dilakukan secara harian, mingguan, bulanan, dan triwulanan.

Namun, seperti halnya komoditas pangan lainnya, beras disebut juga memiliki batas optimal masa simpan meskipun telah dikelola secara maksimal.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan