Sabtu, 4 Oktober 2025

Mesin Ekonomi Swasta dan Pemerintah Harus Bergerak Capai 8 Persen Pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi pada akhirnya bukan soal angka semata, melainkan wajah keseharian rakyat.

Penulis: Erik S
Istimewa
EKONOMI RI - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa Great Lecture bertajuk Transformasi Ekonomi Nasional: Pertumbuhan Inklusif Menuju 8 Persen di Birawa Hall Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (11/9/2025). 

Lalu ia menyodorkan pembandingan yang sederhana tapi tegas.

“Di era SBY, ketika hanya mesin swasta yang bergerak, pertumbuhan mencapai 6 persen. Di era Jokowi, ketika hanya mesin negara yang bergerak, pertumbuhan bertahan 5 persen. Ke depan, bila kedua mesin digerakkan bersama—negara dan swasta—kita optimistis bisa mencapai 8 persen,” ujarnya.

Langkah teknis pun ia paparkan. Penyerapan anggaran segera dipercepat agar mengalir ke sektor riil. Bersama DPR RI, pemerintah juga akan memberi kelonggaran transfer ke daerah.

“Dengan begitu, daerah bisa bernapas lebih lega,” kata Purbaya.

LPS: Menjaga Kepercayaan

Plt Ketua Dewan Komisioner LPS, Didik Madiyono, melihat acara ini punya arti strategis. “Kegiatan ini positif, meningkatkan kesadaran publik terhadap perekonomian nasional, termasuk tugas LPS,” ujarnya.

Didik menyampaikan catatan kinerja yang, menurutnya, menggembirakan.

“Per Juli 2025, LPS menjamin 643,5 juta rekening, atau 99,94 persen rekening pribadi di Indonesia, serta 15,7 juta rekening BPR-BPRS,” katanya. Data itu menjadi bukti, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah riuh dinamika politik-ekonomi.

Bayangan Middle Income Trap

Di balik keyakinan Syahganda, Purbaya, dan Didik, masih membayang ancaman klasik: jebakan negara berpendapatan menengah. Bank Dunia sudah lama mengingatkan, banyak negara gagal menembus status negara maju karena hanya mengandalkan konsumsi, bukan industrialisasi.

Kasus Brasil sering disebut: sempat menanjak, tapi kemudian stagnan. Begitu pula Afrika Selatan. Sebaliknya, Korea Selatan dan Taiwan berhasil melompat keluar dari jebakan itu berkat strategi industrialisasi agresif, inovasi teknologi, dan investasi besar-besaran pada sumber daya manusia.

Indonesia masih berada di persimpangan. Apakah akan stagnan seperti Brasil, atau menanjak seperti Korea Selatan? Jawabannya, sebagian ada di pundak Menkeu baru ini.

Pertumbuhan dan Keadilan

Di ruang sidang Bidakara hari itu, diskusi seolah berputar pada satu kesimpulan: pertumbuhan 8 persen bukan sekadar mimpi, tetapi agenda yang menuntut keberanian politik dan konsistensi teknokratis.

Syahganda mengingatkan kembali, pertumbuhan hanya akan bermakna bila dibarengi keadilan. “Pertumbuhan bagus saja tidak cukup. Yang penting adalah rakyat bisa merasakan,” ujarnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved