Melihat Peluang Indonesia Kembangkan Wisata Medis Kelas Dunia
Pemerintah bersama sektor swasta bersiap menyukseskan program Medical Tourism di Indonesia.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setiap tahun sekitar dua juta orang Indonesia pergi berobat ke luar negeri. Dari jumlah tersebut, diperkirakan US$ 10 miliar per tahun atau sekitar Rp 162 triliun (kurs Rp 16.200) mengalir ke sektor kesehatan luar negeri Malaysia, Singapura, Thailand dan Amerika Serikat (AS).
Layanan Medical Check Up menjadi layanan yang paling diminati. Hal ini bisa menjadi bekal untuk perkembangan industri kesehatan domestik. Menjawab tantangan ini, pemerintah bersama sektor swasta bersiap menyukseskan program Medical Tourism atau wisata medis nasional ini.
Senior Consultant in Electrophysiology/Device Therapy and Interventional Cardiology Dr. dr. M. Yamin mengatakan, BraveHeart Brawijaya menyatukan seluruh kebutuhan perawatan jantung dalam satu atap: skrining, diagnosis akurat, tindakan komprehensif, hingga rehabilitasi.
"Bersama Rumah Sakit Harapan Kita dan RSCM, kami mampu menyediakan layanan medis berkelas dunia yang setara dengan destinasi medical tourism terkemuka," kata dia dalam diskusi yang digelar Oxford Society Indonesia (OXSI) di Jakarta pada pekan ini.
Ditambahkan anggota OXSI dr. Vickry Adzkary Ghufron, M.Sc, pemerintah telah menyiapkan instrumen strategis untuk mendorong Medical Tourism.
Kerangka nasional yang solid telah diwujudkan melalui Keputusan Bersama Kemenparekraf–Kemenkes (2022) yang mensinergikan sektor kesehatan dan pariwisata.
Kebijakan ini mendorong kolaborasi lintas pemangku kepentingan dengan fokus pada eksekusi yang konsisten dan adaptif untuk memperkuat daya saing serta kepercayaan pasien domestik dan internasional.
“Layanan terintegrasi harus dikelola sebagai end-to-end patient journey mulai dari pra kedatangan perawatan hingga tindak lanjut – dengan sistem yang efisien, transparan, dan berpusat pada pasien," tutur dia.
Untuk mencapai target medical tourism nasional ini diperlukan dukungan SDM, alat medis yang mutakhir, kemitraan publik-swasta yang berkelanjutan, penguatan global branding Indonesia, serta promosi berbasis riset pasar yang tepat sasaran.
Pendekatan holistik ini memastikan setiap aspek perjalanan medis pasien mendapat perhatian optimal.
Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Uno menambahkan formula strategis 3P bisa menjadi kunci kesuksesan medical tourism yaitu People kelas dunia, Policy berpihak, dan Pricing kompetitif.
Baca juga: Kurangi Ketergantungan Luar Negeri, Sandiaga Uno Dorong Bali jadi Pusat Wisata Medis
"Dengan landasan regulasi yang kuat, SDM berkualitas, dan infrastruktur modern, Indonesia bersiap menjadi Regional Medical Hub yang dipercaya sambil mewujudkan cita-cita kedaulatan medis nasional yang berkelanjutan," kata Sandiaga Uno.
Apa itu Medical Tourism atau Wisata Medis?
Mengutip Kemenparekraf, wisata medis merupakan program kerja sama antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk mengembangkan potensi wisata kesehatan di Indonesia.
Baca juga: Malaysia Agresif Pasarkan Wisata Medis, MHTC dan 28 Rumah Sakit Gelar Pameran di Jakarta
Sunway Medical Centre Velocity Sambut Delegasi Indonesia, Dukung Wisata Medis 2026 |
![]() |
---|
Bicara Soal Bonus Demografi, Sandiaga Uno Ingin Anak Muda Pencari Kerja Jadi Buka Lapangan Kerja |
![]() |
---|
Sandiaga Uno Dorong Ekspor Mangga dan Kerupuk Indramayu untuk Ciptakan Lapangan Kerja |
![]() |
---|
Sandiaga Uno: Emak-emak Kunci Pembuka Lapangan Kerja Rumahan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.