Sandiaga Uno Bicara Syiar Islam Lewat Teknologi Digital
Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang juga pendiri Muslimverse, Sandiaga Uno, bicara mengenai syiar Islam melalui teknologi digital.
Penulis:
Chaerul Umam
Editor:
Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang juga pendiri Muslimverse, Sandiaga Salahuddin Uno, bicara mengenai syiar Islam melalui teknologi digital.
Sandiaga menyampaikan bahwa fenomena jemaah yang mengantuk saat khotbah Jumat bisa menjadi peluang untuk meningkatkan pemahaman keislaman dengan pendekatan interaktif.
Hal itu disampaikannya, dalam penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Muslimverse dan Nasaruddin Umar Office (NUO).
Penandatanganan dilakukan oleh pendiri Muslimverse, Sandiaga Salahuddin Uno, dan pendiri NUO sekaligus Menteri Agama RI, Prof Nasaruddin Umar, di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Minggu (20/7/2025).
“Sekarang ada kuis untuk menguji pengetahuan kita dalam khotbah Jumat, data terakhir 46 persen Gen Z lebih memilih membaca Alquran di aplikasi digital. Muslimverse ini banyak membantu kita belajar tentang Islam,” ujar Sandiaga.
Selain menyampaikan visi Muslimverse, Sandiaga juga berbagi pengalaman menggunakan aplikasi tersebut di berbagai negara.
Dia menyebut salah satu fitur andalannya adalah penunjuk arah kiblat yang dinilai sangat akurat.
“Saya coba keliling dunia pakai Muslimverse. Saya coba di Prancis, saya coba sholat dan kiblat, bener ini. Saya sampai kita ke kota terkecil di China, Ordos, di Inner Mongolia, China. Saya baru pulang dari Chengdu, ini juga bisa dipakai. Saya sekarang 100 persen pakai Muslimverse, saya take down aplikasi sebelah,” katanya.
Sementara itu, Prof Nasaruddin Umar menyambut baik kolaborasi tersebut sebagai bentuk pemberdayaan umat Islam di era digital.
Dia menekankan pentingnya posisi umat dalam penguasaan teknologi, bukan sekadar sebagai pengguna.
“Kita juga harus jadi produsen IT juga, maka kita harus jadi imam dalam pemanfaatan teknologi. Kalau teknologi tanpa imam, itu makmumnya akan rusak,” ungkap Nasaruddin.
Dalam acara tersebut, Nasaruddin turut membagikan pengalamannya saat diundang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Dia diminta untuk membantu pembangunan masjid-masjid di wilayah Amerika Latin, menyusul meningkatnya populasi Muslim di kawasan tersebut.
“Mereka mau masuk AS susah dan mereka terdampar di Amerika Latin, jangan sampai masjid itu jadi tempat radikal, apa yang harus dilakukan agar seperti yang dilakukan di Istiqlal, jadi Istiqlal sudah menjadi standar internasional,” ucapnya.
Acara penandatanganan MoU ini juga dihadiri oleh Wakil Kepala Staf Presiden (KSP) Muhammad Qodari, serta sejumlah tokoh masyarakat dan pemuda Muslim yang mendukung gerakan digitalisasi dakwah Islam.
Kepuasan Jemaah 88,46 Persen Warisan Terbaik dari Kemenag, Kementerian Haji Diharap di Atas 90 |
![]() |
---|
Survei BPS: Indeks Kepuasan Jemaah Haji 2025 Naik Jadi 88,46 Persen, Kenaikan Terbesar Daker Bandara |
![]() |
---|
Bukan Sekadar Simbol dan Dokumen Antaragama, Deklarasi Istiqlal Jadi Seruan Persatuan Bangsa |
![]() |
---|
Sandiaga Uno: Kepemimpinan Visioner Tak Hanya Kejar Profit, Tapi Harus Berdampak |
![]() |
---|
BAZNAS Bersama Menag RI Mulai Distribusikan Daging Dam untuk 42.215 Mustahik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.