Senin, 29 September 2025

Wamenperin Faisol Riza Ungkap Ketegangan Geopolitik Jadi Ancaman Bagi Industri Dalam Negeri 

Perang antara Iran dan Israel, serta keterlibatan Amerika Serikat membuat situasi geopolitik kian panas akhir-akhir ini

Penulis: Lita Febriani
Editor: Sanusi
Ist
INDUSTRI NASIONAL - Perang antara Iran dan Israel, serta keterlibatan Amerika Serikat membuat situasi geopolitik kian panas akhir-akhir ini. Ditambah dengan rencana penutupan Selat Hormuz mengubah kondisi industri dunia. Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza mengatakan, kondisi geopolitik inilah yang mengancam kelangsungan industri nasional. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perang antara Iran dan Israel, serta keterlibatan Amerika Serikat membuat situasi geopolitik kian panas akhir-akhir ini. Ditambah dengan rencana penutupan Selat Hormuz mengubah kondisi industri dunia.

Sektor manufaktur Indonesia pun turut terpengaruh akibat situasi yang dinamis tersebut. Akibatnya, kinerja industri menjadi menurun.

Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza mengatakan, kondisi geopolitik inilah yang mengancam kelangsungan industri nasional.

Baca juga: IKI Juni 2025 Melemah ke 51,84, Masih Ekspansif Meski Ditekan Kondisi Global

"Mengancam seperti industri padat karya, tekstil, elektronik rumah tangga, hingga komponen otomotif yang saat ini sedang menghadapi penurunan permintaan ekspor," tutur Faisol dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (2/7/2025).

Dengan sulitnya ekspor, industri dipastikan akan fokus pada pasar dalam negeri. Namun saat pasar domestik tidak dilindungi dari produk luar, dipastikan akan mengikis produksi industri.

Oleh karenanya, Wamenperin menyebutkan perlu kebijakan yang tepat untuk melindungi industri dalam negeri agar bisa memaksimalkan pasar nasional.

"Tanpa kebijakan protektif yang tepat, produk dalam negeri terdesak oleh barang-barang impor dari Tiongkok, yang hari ini kehilangan akses atau kurang mendapatkan akses ke pasar besar mereka di Amerika Serikat," jelasnya.

Kondisi sulitnya industri dalam negeri saat ini juga tercermin dari Purchasing Managers Index Manufaktur Indonesia pada Juni 2025 yang berada di fase kontraksi, yaitu 46,9 poin.

Hal ini terjadi karena melemahnya permintaan baru dari pasar ekspor, sentimen pasar global dan tingginya ketidakpastian kebijakan dagang, serta situasi geopolitik. 

"Ini juga mempengaruhi keputusan investasi, walaupun terakhir investasi pada bulan terakhir ini sekitar Rp 1 triliun, masih belum bisa kita rasakan karena masih dalam proses persiapan. Begitupun dengan utilisasi kapasitas industri dan stabilitas tenaga kerja," ucap Faisol.

Ketegangan di Timur Tengah Tekan Optimisme Industri

Pada Juni 2025, optimisme pelaku usaha terhadap kondisi usahanya 6 bulan ke depan masih menunjukkan tren penurunan, yaitu sebesar 65,8 persen. Angka ini menurun 0,8 persen dibandingkan dengan persentase bulan sebelumnya, berdasarkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juni 2025.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat penurunan ini dipengaruhi oleh meningkatnya eskalasi geopolitik, khususnya konflik antara Iran dan Israel. Dimana konflik tersebut menimbulkan kekhawatiran pelaku usaha terhadap kenaikan harga energi dan logistik. 

"Konflik Iran-Israel yang kita tahu bahwa itu menyebabkan persepsi di kalangan dunia usaha akan membebani mereka terutama melalui kenaikan harga energi. Kita tahu bahwa sebagian atau hampir semua industri kita itu menggunakan energi dalam produksinya," kata Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief dalam Konferensi Pers Rilis Indeks Kepercayaan Industri Juni 2025, Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (30/6/2025). 

Febri menjelaskan, sebagian besar industri nasional sangat bergantung pada energi, termasuk gas, minyak dan listrik, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber operasional. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan