Tribunners / Citizen Journalism
Belajar Berbesar Hati Dari Bangsa Ukraina Usai Pidato Prabowo
Pengiriman pasukan baret biru TNI jelas dan tegas merupakan upaya mendukung terwujudnya solusi dua negara
Editor:
Dodi Esvandi
Diterimanya Yasser Arafat oleh Gus Dur jelas menarik karena pendiri dan pemimpin gerakan Fatah, sebuah organisasi paramiliter yang bertujuan menyingkirkan Israel untuk mendirikan negara Palestina.
Belakangan sikap keras Arafat melunak dengan keinginan melakukan dialog.
Dengan sejarahan tersebut, wajar jika Pemerintah Indonesia tidak pernah secara tegas menyusun regulasi yang memperjuangkan Palestina atau memusuhi Israel—negara asal alutsista penjaga langit Indonesia—sejak awal 1980-an hingga 2000-an.
Penerus Gus Dur yakni Presiden Megawati, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono maupun Presiden Joko Widodo pun sebetulnya menunjukkan sikap galak ala kadarnya kepada Israel.
Sikap galak ditunjukkan ketika butuh dukungan politik, jika posisi aman ya tenang-tenang saja.
Saya coba baca UU Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri, tidak ada poin yang tegas ditujukan untuk Palestina dan Israel.
Satu produk hukum yang ditujukan kepada Israel hanya Permenlu Nomor 3 Tahun 2019, produk hukum yang sifatnya ditujukan bagi internal Kementerian Luar Negeri.
Satu produk hukum yang menarik justru melegalkan hubungan bisnis antara Jakarta dan Tel Aviv yakni Surat Keputusan Menperindag No.23/MPP/01/2001 yang diteken Menteri Perindustrian dan Perdagangan Luhut Binsar Pandjaitan, sejak diteken tidak pernah dibatalkan.
Dari sini ada baiknya kaum pendengki dan pendendam di Tanah Air belajar dari kebesaran hati bangsa Ukraina menempatkan Palestina dan Israel.
Saya ambil contoh Ukraina karena Indonesia berhutang besar pada kegigihan Menlu Ukraina Dmitry Manuilsky pada 21 Januari 1946 menyuarakan tentang terancamnya kemerdekaan Indonesia oleh kedatangan Belanda.
Menariknya, Ukraina yang diwakili Vasyl Yakymovych Tarasenko pada sesi khusus Majelis Umum PBB tentang masalah Palestina pada Mei 1948 juga mendukung gagasan pembentukan Negara Israel, dengan catatan: Solusi dua negara!
Sikap konsisten itu ditunjukkan Ukraina setelah merdeka dari imperium Uni Soviet. Baik Israel dan Palestina bisa membuka kedutaan di Ibukota Kyiv.
Meski dipimpin Presiden berdarah Yahudi, Ukraina tetap galak saat Palestina dirisak Israel. Kyiv juga mengirim ribuan ton gandum ke Gaza, yg jumlahnya--jauh lebih banyak dari bantuan Indonesia.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Cak Imin: Presiden yang Berhasil Pidato dengan Baik Setelah Bung Karno, Hanya Pak Prabowo |
![]() |
---|
Pernyataan Terbaru Ali Khamenei soal Kelangsungan Nuklir Iran, Sanksi Sulit PBB |
![]() |
---|
Eks Ketua AJI Nilai Jokowi Tak Punya Sensitivitas Minta Prabowo-Gibran 2 Periode |
![]() |
---|
Rocky Gerung Sebut Presiden Prabowo Ngaco Angkat Qodari Jadi Kepala KSP, Mahfud MD Kode Setuju |
![]() |
---|
2 Media Israel Soroti Prabowo Ucap 'Shalom' Saat Berpidato di Markas PBB |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.