Senin, 29 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Belajar Berbesar Hati Dari Bangsa Ukraina Usai Pidato Prabowo

Pengiriman pasukan baret biru TNI jelas dan tegas merupakan upaya mendukung terwujudnya solusi dua negara

Editor: Dodi Esvandi
Dok. pribadi
Algooth Putranto, Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara 

Diterimanya Yasser Arafat oleh Gus Dur jelas menarik karena pendiri dan pemimpin gerakan Fatah, sebuah organisasi paramiliter yang bertujuan menyingkirkan Israel untuk mendirikan negara Palestina.

Belakangan sikap keras Arafat melunak dengan keinginan melakukan dialog.

Dengan sejarahan tersebut, wajar jika Pemerintah Indonesia tidak pernah secara tegas menyusun regulasi yang memperjuangkan Palestina atau memusuhi Israel—negara asal alutsista penjaga langit Indonesia—sejak awal 1980-an hingga 2000-an.

Penerus Gus Dur yakni Presiden Megawati, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono maupun Presiden Joko Widodo pun sebetulnya menunjukkan sikap galak ala kadarnya kepada Israel.

Sikap galak ditunjukkan ketika butuh dukungan politik, jika posisi aman ya tenang-tenang saja.

Saya coba baca UU Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri, tidak ada poin yang tegas ditujukan untuk Palestina dan Israel.

Satu produk hukum yang ditujukan kepada Israel hanya Permenlu Nomor 3 Tahun 2019, produk hukum yang sifatnya ditujukan bagi internal Kementerian Luar Negeri.

Satu produk hukum yang menarik justru melegalkan hubungan bisnis antara Jakarta dan Tel Aviv yakni Surat Keputusan Menperindag No.23/MPP/01/2001 yang diteken Menteri Perindustrian dan Perdagangan Luhut Binsar Pandjaitan, sejak diteken tidak pernah dibatalkan.

Dari sini ada baiknya kaum pendengki dan pendendam di Tanah Air belajar dari kebesaran hati bangsa Ukraina menempatkan Palestina dan Israel.

Saya ambil contoh Ukraina karena Indonesia berhutang besar pada kegigihan Menlu Ukraina Dmitry Manuilsky pada 21 Januari 1946 menyuarakan tentang terancamnya kemerdekaan Indonesia oleh kedatangan Belanda.

Menariknya, Ukraina yang diwakili Vasyl Yakymovych Tarasenko pada sesi khusus Majelis Umum PBB tentang masalah Palestina pada Mei 1948 juga mendukung gagasan pembentukan Negara Israel, dengan catatan: Solusi dua negara!

Sikap konsisten itu ditunjukkan Ukraina setelah merdeka dari imperium Uni Soviet. Baik Israel dan Palestina bisa membuka kedutaan di Ibukota Kyiv.

Meski dipimpin Presiden berdarah Yahudi, Ukraina tetap galak saat Palestina dirisak Israel. Kyiv juga mengirim ribuan ton gandum ke Gaza, yg jumlahnya--jauh lebih banyak dari bantuan Indonesia.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan