Senin, 29 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Perbaikan Terfokus, Bukan Disetop: Jalan Bijak untuk Program MBG

Wacana penghentian Program Makan Bergizi Gratis menuai kritik. Solusi perbaikan terfokus dinilai lebih adil daripada penghentian total.

Editor: Glery Lazuardi
dok. FH Universitas Trisakti
TRUBUS RAHARDIANSAH - Program Makan Bergizi Gratis jadi sorotan usai wacana penghentian mencuat, pemerintah diminta fokus perbaikan tanpa menghentikan total. 

Trubus Rahardiansah 

  • Akademisi dan pakar kebijakan publik 
  • Dosen di Universitas Trisakti.
  • Keahlian mencakup sosiologi hukum, ilmu sosial-hukum, hukum ketenagakerjaan, hukum adat, hukum tata negara, dan bidang-bidang lain yang terkait dengan analisis sosial dari hukum.

Riwayat Pendidikan 

  • Gelar S1 di Universitas Gajah Mada
  • Gelar S2 di Universitas Trisakti
  • Gelar S3 di Universitas Indonesia

TRIBUNNEWS.COM - Wacana penghentian sementara Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mencuat di media sosial beberapa hari terakhir seharusnya menjadi alarm bagi para pengambil kebijakan, tetapi bukan alasan untuk menarik rem.

Menghentikan program secara menyeluruh akan menjadi langkah mundur yang merugikan jutaan anak dan keluarga yang telah bergantung pada akses gizi dari program ini.

Saya melihat program MBG merupakan salah satu intervensi sosial paling progresif yang pernah dilakukan pemerintah.

Tujuannya bukan sekadar memberikan makanan gratis, melainkan menjamin hak dasar warga negara atas gizi yang layak, sebuah investasi jangka panjang pada kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Program MBG memang masih memerlukan banyak penyempurnaan dalam hal kontrol kualitas dan keamanan pangan, itu fakta yang tidak bisa kita pungkiri.

Namun, wacana untuk menghentikan sementara seluruh program adalah sebuah langkah mundur. Ini sama saja dengan menghilangkan akses pangan bergizi bagi jutaan anak dan keluarga yang membutuhkan.

Benar bahwa kasus keracunan makanan di beberapa daerah adalah sinyal serius tentang lemahnya kontrol kualitas dan keamanan pangan di sebagian unit pelaksana.

Ini tidak bisa diabaikan. Namun, menjadikan insiden tersebut sebagai dalih untuk menghentikan program nasional sama artinya dengan mematikan akses pangan bergizi bagi seluruh penerima manfaat, termasuk mereka yang tidak terdampak masalah kualitas.

Pendekatan reaktif seperti ini berpotensi mengorbankan momentum besar yang sudah terbangun dalam beberapa bulan terakhir.

Banyak unit SPPG yang sudah sesuai dengan standar dan menyajikan makanan yang layak, bergizi, dan disukai anak.

Perbaikan Terfokus: Jalan Tengah yang Bijaksana

Solusi yang lebih konstruktif adalah mengidentifikasi unit-unit SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) yang standar keamanan dan higienitas makanannya belum memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh BGN (Badan Gizi Nasional).

Unit-unit inilah yang seharusnya dihentikan sementara untuk menjalani perbaikan intensif dalam hal penanganan makanan.

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan