Tribunners / Citizen Journalism
Tantangan Merger XL Smart, Integrasi dan Budaya
onsolidasi keduanya membuat industri telekomunikasi efisien, operator telko berkurang dari empat menjadi hanya tiga, yang siapa tahu kelak menjadi dua
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNERS- Makin mendekati hari H peresmian merger antara Axiata dengan Smartfren, makin seru saja fakta-fakta yang muncul ke permukaan.
Namun, tidak menggoyahkan niat perkawinan keduanya karena sudah disepakati sejak 11 Desember 2024 lalu.
Dengan nama gabungan XL Smart Sejahtera, porsi masing-masing sudah jelas, tinggal tunggu persetujuan dari berbagai pihak, Kementerian Komunikasi Digital (Komdigi), OJK (Otoritas Jasa Keuangan), KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha), yang meneliti soal merger sesuai peraturan yang ada, dan lain-lain.
Baca juga: Kata Bos Telkom Soal Merger XL Axiata dan Smartfren
Merger kedua operator sebenarnya hanya “memperebutkan” saham Kelompok Axiata yang sebesar 69,6 persen di PT XL Axiata. Besaran porsi masing-masing disepakati 72:28, karena Kelompok Axiata menguasai 47,9?n Sinar Mas 21,7%.
Untuk setara, Sinar Mas membeli 13,1% Axiata sebesar 400 juta dollar AS, lalu 75 juta dollar AS lagi pada akhir tahun, jumlahnya menjadi sekitar Rp 7,6 triliun.
Saham masing-masing menjadi 34,8%, membuat posisi dan hak keduanya sama dalam perseroan.
Sisanya yang 30.4% tetap milik publik yang selama ini memiliki saham XL Axiata. Pemegang saham publik ini secara psikologis akan berada di sisi Axiata.
Merger diharapkan menghasilkan sinergi biaya yang signifikan, dengan estimasi sebelum pajak sebesar 300 juta dollar AS – 400 juta dollar AS (sekitar Rp 4,77 triliun dan Rp 6,36 triliun).
Tetapi paling utama, konsolidasi keduanya membuat industri telekomunikasi efisien, operator telko berkurang dari empat menjadi hanya tiga, yang siapa tahu kelak menjadi hanya dua.
Tahun pertama pendapatan XL Smart Sejahtera sebesar Rp 45,4 triliun, perkiraan pesimis yang sebenarnya punya kemungkinan untuk mendapat lebih besar. Angka tadi sama dengan pendapatan tahun 2024 XL Axiata sebesar Rp 34,4 triliun dan Smartfren sebesar Rp 11,41 triliun.
Terbanyak kedua
Efisiensi akan terjadi di belanja teknologi yang biasanya dilakukan masing-masing, kini cukup oleh satu entitas.
Jaringan infrastruktur mereka akan otomatis meluas, dengan melakukan integrasi semua BTS (base transceiver station) keduanya.
Sekitar 30 persen dari BTS keduanya berada dalam satu tempat atau Menara, memindahkan salah satunya ke lokasi lain membuat cakupan layanan mereka meluas, berpotensi meraih pelanggan baru.
Sebagai bandingan, Telkomsel punya 265.904 BTS pada tengah tahun 2024, menempatkan BTS-nya di semua wilayah, bahkan di kawasan 3T (terluar, terdepan dan tertinggal), dengan jumlah pelanggan 159,9 juta.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Diperiksa Hampir 6 Jam di KPK, Deputi Gubernur BI Buka Suara Soal Kebijakan Dana Sosial |
![]() |
---|
Legislator PAN Ungkap Alasan Menolak Rencana Merger Pelita Air dengan Garuda Indonesia |
![]() |
---|
Satori Bantah 15 Mobil yang Disita KPK Berasal Dari Uang Korupsi Dana CSR BI-OJK |
![]() |
---|
Multifinance Dituntut Beradaptasi dengan Regulasi Baru Serta Memperkuat Digitalisasi |
![]() |
---|
Kembangkan Pusat Inovasi Regional, Awamio Gandeng Perusahaan Teknologi Malaysia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.