Sabtu, 4 Oktober 2025

Mushola Ambruk di Sidoarjo

Cerita Saidi Tunggu Kabar Cucu yang Hilang di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Ingat Pesannya ke Korban

Kakek Saidi masih menunggu kabar sang cucu, Muhammad Adam Fidiansyah yang menjadi korban runtuhnya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Jumat (3/10/2025).

/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
PENGAMBILAN DNA - Petugas dari Biddokkes Polda Jatim mengambil sampel DNA keluarga korban bangunan yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Kamis (2/10/2025). Kisah Kakek Saidi menunggu kabar sang cucu, Muhammad Adam Fidiansyah yang menjadi korban runtuhnya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo. 

TRIBUNNEWS.COM - Kakek Saidi harap cemas menunggu kabar sang cucu, Muhammad Adam Fidiansyah yang menjadi korban runtuhnya Ponpes Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin (29/9/2025).

Hingga hari kelima pencarian, Jumat (3/10/2025), Muhammad Adam Fidiansyah santri Ponpes Al khozini belum ditemukan.

Adam adalah salah satu korban yang masih hilang sejak ambruknya bangunan mushala tiga lantai itu. 

Data sementara, hingga kini, total korban meninggal dunia yang berhasil dievakuasi adalah 13 orang.

Secara keseluruhan, ada 116 orang korban, 103 di antaranya adalah korban selamat, beberapa mengalami luka serius dan masih menjalani perawatan di rumah sakit.

Keluarga korban hilang harap cemas menunggu kabar sang santri. Termasuk Kakek Saidi yang terus menunggu di posko evakuasi. 

Ia hanya bisa menatap layar monitor, berharap cucunya, Muhammad Adam Fidiansyah segera ditemukan di reruntuhan Ponpes Al Khoziny.

“Setiap saat saya natap layar ini. Tadi di situ (layar monitor luar) karena panas jadi saya pindah ke dalam posko ini,” ucapnya, Jumat (3/10/2025).

Saidi berharap, ada kabar baik dari proses evakuasi.

“Sudah dari Senin di sini, nggak enak makan nasi. Cuma rokok sama roti. Cucu saya belum ketemu,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Kakek Saidi bercerita tentang pertemuan terakhirnya dengan sang cucu.

Baca juga: Hingga Jumat Petang Total 116 Korban Tragedi Ponpes di Sidoarjo Runtuh Ditemukan, 13 Meninggal

Menurut Saidi, ia dan Adam bertemu seminggu lalu sebelum kejadian runtuhnya Ponpes Al Khoziny.

“Seminggu lalu pulang ke rumah sakit terus berobat dan maunya kembali ke pondok. Setelah itu ada insiden ini,” ungkap Saidi sembari mengusap air mata.

Di mata Saidi, Adam adalah cucu pertama yang pendiam, penurut, dan tidak pernah banyak menuntut.

Dikutip dari Kompas.com, Saidi masih ingat pesan terakhirnya untuk sang cucu sebelum kembali ke pondok.

Pria berusia 67  itu, mengingatkan cucunya agar selalu berhati-hati dan menjadi anak sholeh.

Kini, Saidi belum bisa bertemu cucunya lagi.

Ia sempat pulang ke rumah, namun kembali lagi ke posko evakuasi menanti kabar sang cucu.

PONPES AMBRUK - Kakek Saidi (67) warga Sidoarjo, Jawa Timur hanya bisa menunggu kabar cucunya yang hilang di reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Buduran Sidoarjo. Cucunya bernama Muhammad Adam Fidiansyah.
PONPES AMBRUK - Kakek Saidi (67) warga Sidoarjo, Jawa Timur hanya bisa menunggu kabar cucunya yang hilang di reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Buduran Sidoarjo. Cucunya bernama Muhammad Adam Fidiansyah. (Kompas.com/Izatun Najibah)

Meski begitu, wajah sang cucu seolah hadir dalam mimpinya, seakan masih hidup, bisa ia tatap dan peluk.

“Mata saya terbayang-bayang dia masih hidup. Jadi seperti berhalusinasi, di rumah pulang sebentar gak kuat akhirnya ke sini lagi,” ungkapnya.

  • Pesan Terakhir Muhammad Mashudulhaq, Korban Meninggal

Tragedi ambruknya bangunan musala Ponpes Al Khoziny juga menyisakan duka mendalam bagi keluarga Muhammad Mashudulhaq.

Dikutip dari Surya.co.id, Muhammad Mashudulhaq adalah santri asal Kabupaten Sampang, Madura, yang menjadi korban meninggal dunia dalam insiden Ponpes Al Khoziny.

Mashudulhaq dinyatakan meninggal dunia, setelah tertimpa reruntuhan bangunan saat sedang melaksanakan salat Asar berjamaah.

Jenazahnya dimakamkan di kampung halamannya, Desa Majengan, Kecamatan Jrengik, Sampang, pada Selasa (30/9/2025).

Sebelum meninggal dunia, Mashudulhaq sempat berkomunikasi dengan orang tua sebelum kejadian.

Menurut kesaksian keluarga, Mashudulhaq mengungkapkan rasa kasihan terhadap ibunya, yang kini dikenang sebagai pesan terakhir sebelum musibah.

"Sebelum tragedi, adik saya sempat bilang kasihan kepada ibunya. Lalu beberapa hari kemudian kami mendapat kabar duka itu," ungkap saudara korban, Achmad Rizal Romdoni, Jumat kemarin.

Rizal mengaku, tidak menyangka bahwa ucapan tersebut menjadi kata perpisahan terakhir dari Mashudulhaq.

Mashudulhaq diketahui telah menimba ilmu di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo selama 2 tahun terakhir.

GEDUNG PONPES AL KHOZINY AMBRUK - Petugas SAR Gabungan mengevakuasi korban reruntuhan bangunan Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025).
GEDUNG PONPES AL KHOZINY AMBRUK - Petugas SAR Gabungan mengevakuasi korban reruntuhan bangunan Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025). Kakek Saidi masih menunggu kabar sang cucu, Muhammad Adam Fidiansyah yang menjadi korban runtuhnya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Jumat (3/10/2025). (SAR Surabaya via KOMPAS.com)

Baca juga: Kisah Nanang, Santri Selamat dalam Tragedi Musala Ambruk, Tak Kapok Nyantri di Ponpes Al Khoziny

  • Cerita Ayah Alfatih Cakra Buana, Santri Selamat

Sementara itu, cerita haru datang dari keluarga korban yang selamat, Alfatih Cakra Buana.

Menurut pengakuan ayah Alfatih, Abdul Hanan, dirinya hanya bisa berdoa sambil menunggu kabar dari tim SAR selama proses evakuasi.

"Saya baca surat Al-Kahfi untuk minta kepada Allah SWT. Saya tak berani ke tempat. Saya diam saja di sana, sambil berdoa," ucapnya Hannan saat ditemui SURYA, Jumat (3/10/2025).

Seperti orangtua santri lainnya, Hanan berharap anaknya ditemukan dalam keadaan selamat.

"Setiap ada evakuasi hidup. Alhamdulillah, berarti ada yang hidup. Berarti anak saya semakin besar harapan hidup. Karena ada yang evakuasi hidup. Berarti ada yang hidup. Mudah-mudahan Alfatih hidup," ungkapnya.

Selain membaca Al Qur'an, Hanan membaca Sholawat Al-Fatih.

"Saya baca sholawat terus. Sampai munanjat ke Allah, saya namai anak saya dengan Alfatih itu. Saya mengamalkan banyak Sholawat Al-Fatih, Itu pun mudah-mudahan dapat berkahnya ini," tambahnya.

Hingga akhirnya, seorang petugas SAR memberi kabar gembira bahwa Alfatih ditemukan selamat.

"Karena yang evakuasi ini kebetulan murid dari santrinya Bapak, sehingga kenal dengan saya. Tanya ke saya, 'Yai, nama anak Yai dengan siapa?' Alfatih Cakra Buana. Langsung nangis dia, langsung peluk saya. 'Saya yang nyelamatkan barusan Yai, Alfatih Cakra Buana benar ada. Sekarang aku masuk lagi'."

"Saya nangis, sujud syukur, Ya Allah," kata Hanan, mengungkap percakapannya dengan seorang Tim SAR.

Hanan pun berterima kasih kepada tim yang sudah menyelamatkan putranya.

Ia juga berpesan kepada orangtua santri lainnya untuk tidak putus asa atau merasa bersalah saat evakuasi.

Lebih lanjut, Hanan membeberkan komunikasi pertamanya setelah korban dievakuasi. Rupanya Alfatih hanya meminta hal sederhana.

“Dia bilang, belikan es. Katanya haus,” tutur sang ayah tersenyum,

Hanan bercerita, putranya tertidur saat musibah terjadi. Oleh sebab itu, selama tiga hari di bawah puing, Alfatih tak merasakan lapar maupun haus, seolah bermimpi.

“Dia bilang seperti mimpi jalan-jalan. Tidak merasa sakit, tidak merasa takut,” kata Hanan.

Alfatih ditemukan terjebak di ruang sempit, tubuhnya terlindungi tumpukan tanah dan besi yang menahan reruntuhan.

Sebagian artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Cerita Ayah Alfatih Cakra Buana, Santri Ponpes Al Khoziny Selamat 3 Hari Bertahan, Ungkap Amalan Doa

(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, Surya.co.id/Pipit Maulidiya, Kompas.com)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved