Kamis, 2 Oktober 2025

Tak Ada Lagi Tanda-tanda Kehidupan dari Bawah Reruntuhan Bangunan Pesantren Al Khoziny Sidoarjo

Gedung musala Pesantren Al Khoziny di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk pada 29 September 2025.

Editor: Hasanudin Aco
Kompas.com/Izzatun Najibah
PONPES AMBRUK - Sebuah bangunan musala di area Pondok Pesantren Al-Khoziny, Desa Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur ambruk pada Senin (29/9/2025). Struktur bangunan diduga tak kuat. 

 

TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO -  Tak ada lagi tanda-tanda kehidupan dari bawah reruntuhan bangunan musala pondok pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur.

Hari ini, Kamis (2/20/2025)  adalah hari keempat ambruknya bangunan itu.

Diduga masih ada puluhan orang yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang ambruk pada Senin 29 September 2025 lalu.

Baca juga: 59 Orang Masih Terjebak Reruntuhan Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo

Alat berat mulai digunakan

Tim SAR kini mulai menggunakan alat berat di lokasi reruntuhan.

Sebelumnya alat berat tidak digunakan karena dikhawatirkan masih ada korban selamat di balik reruntuhan.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto mengungkap upaya tersebut dilakukan usai tidak ditemukan lagi tanda-tanda kehidupan di bawah reruntuhan bangunan tersebut.

"Mulai tadi malam, setelah penemuan terakhir dalam kondisi selamat, itu kami rapat koordinasi tim Gabungan menyatakan menggunakan alat-alat yang canggih, ada yang menggunakan drone termal secara ilmu pengetahuan tidak lagi ditemukan tanda-tanda kehidupan," ucapnya dalam Breaking News Kompas.TV, Kamis (2/10/2025).

"Kami masih memberi waktu kepada tim gabungan dari kemarin sore sampai tadi pagi. Bahkan tadi malam disterilkan lokasi supaya sunyi, di tengah kesunyian itu mudah-mudahan ada kedengaran, tanda-tanda kehidupan. Ternyata sampai tadi pagi tidak ada (tanda kehidupan)," imbuhnya.

Melihat kondisi tersebut, diputuskan upaya evakuasi dilakukan dengan mengerahkan alat berat dan tetap mengedepankan kehati-hatian.

"Akhirnya tim gabungan memutuskan untuk masuk tahap berikutnya, tahap evakuasi pencarian dengan menggunakan alat-alat berat. Tentu saja risikonya ini tidak mempertimbangkan lagi apabila yang masih selamat," jelasnya.

Ia mengatakan upaya evakuasi menggunakan alat berat itu telah dimulai sejak Kamis siang.

"Kegiatan sudah mulai, tadi crane sudah masuk, pesonel sudah masuk. Jam 11.30 (WIB) tadi sudah mulai," bebernya.

Menurut penjelasannya, proses evakuasi menggunakan alat berat tersebut dilakukan usai berdiskusi dengan keluarga korban.

Dimana keluarga korban  meminta agar proses evakuasi menggunakan alat berat.

"Kami sudah berdiskusi dengan masyarakat yang terdampak, tidak ada satu keluarga pun yang meminta kami melanjutkan terhadap korban yang hidup. Jadi mereka sudah memutuskan agar aparat segera melakukan evakuasi terhadap korban secara menggunakan alat-alat berat," ucapnya.

"Untuk memperkuat kami membuat berita acara yang ditanda tangani oleh wakil dari warga masyarakat yang ada keluarganya di situ. Ini menjaga bahwa kami tidak bertindak sesuai keinginan sendiri," tegas Suharyanto.

Data korban selamat

Kepala BNPB mengungkapkan hingga kini tercatat terdapat 108 korban yang telah dievakuasi,  103 orang selamat,  lima lainnya meninggal dunia.

Menurut dia sejauh ini masih terdapat 59 santri yang masih dinyatakan hilang.

Meski demikian pihaknya berharap puluhan orang yang masih hilang tersebut tidak berada di reruntuhan bangunan.

"Apakah 59 (terjebak di reruntuhan) atau tidak kami belum tahu, mudah-mudahan tidak sebanyak itu. Tadi kita sudah berdialog dengan keluarga, kita sampaikan kepada keluarga mudah-mudahan 59 orang itu tidak ada di situ, tidak ada di reruntuhan," tutur Suharyoto.

Tragedi Ambruknya Pesantren

Gedung musala Pesantren Al Khoziny di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk pada 29 September 2025.

Saat kejadian ratusan santri sedang melaksanakan salat Asar berjamaah sekitar pukul 15.00 WIB di lantai 2.

Sementara di lantai tiga sedang dilakukan pengecoran atap.

Diduga beban cor semen membuat tiang penopang gagal menahan struktur.

Ratusan santri tertimpa reruntuhan, evakuasi berlangsung dramatis hingga pagi tadi.

Lebih dari 100 santri terdampak,  5 orang meninggal dunia, puluhan luka-luka (ringan hingga berat), dan ratusan lainnya berhasil diselamatkan oleh tim SAR gabungan (Basarnas, BPBD, TNI-Polri, relawan).

Penyebab ambruknya bangunan diduga karena konstruksi tidak sesuai standar.

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved