Sabtu, 4 Oktober 2025

Evakuasi Korban Ponpes Al Khoziny Tanpa Alat Berat, Khofifah: Tak Memungkinkan Dipakai, Berisiko

Gubermur Khofifah beberkan alasan Tim SAR tak berani ambil risiko menggunakan alat berat untuk evakuasi, takut memicu pergerakan dan menambah beban.

SAR Surabaya via KOMPAS.com
GEDUNG PONPES AL KHOZINY AMBRUK - Petugas SAR Gabungan mengevakuasi korban reruntuhan bangunan Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025). Gubermur Khofifah beberkan alasan Tim SAR tak berani ambil risiko menggunakan alat berat untuk evakuasi, takut memicu pergerakan dan menambah beban. 

TRIBUNNEWS.COM - Proses evakuasi santri korban reruntuhan musala Pondok pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, masih terus berlangsung hingga saat ini.

Masih banyak korban yang terjebak di reruntuhan bangunan ponpes tersebut. Data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan masih ada 91 korban yang diduga tertimbun reruntuhan.

Pada Rabu (1/10/2025) sore, Tim SAR kembali menemukan dua korban, satu orang meninggal dunia, sementara satu lainnya berhasil diselamatkan dan sudah mendapatkan perawatan medis.

Dengan tambahan tersebut, jumlah korban meninggal dunia menjadi empat orang.

Terkait evakuasi ini, banyak wali santri dan juga pihak luar di lokasi kejadian yang menanyakan penyelamatan yang tidak menggunakan alat berat, padahal excavator dan crane sudah ada di sana.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, pun menegaskan bahwa proses penyelamatan para korban rumit, tidak bisa asal mengangkat bongkahan dan membongkar timbunan reruntuhan bangunan.

Sebab, jika menggunakan excavator atau crane untuk mengangkat bongkahan itu, dikhawatirkan bakal memicu pergerakan dan menambah beban yang ada di bawah reruntuhan, sehingga bisa berdampak pada korban yang masih selamat.

Oleh karena itu, kata Khofifah, Tim SAR belum berani mengambil risiko menggunakan alat berat untuk evakuasi.

Jadi, Khofifah menegaskan bahwa proses evakuasi ini bukan lambat tapi di baliknya banyak risiko yang dipertimbangkan.

“Mengapa penanganan ini terkesan lambat? Bukan lambat. Tapi karena ini penyelamatan tidak bisa kita mengkonversi satu nyawa dengan berapa-berapa. Basarnas tidak berani mengambil resiko, tapi kita membawa itu (alat berat) untuk siap siaga,” jelas Khofifah dalam sambutannya di acara Jatim Fest di Grand City, Rabu (1/10/2025), dikutip dari TribunJatim.com.

“Yang meminta excavator dan crane itu saya dan langsung didatangkan. Tapi itu tidak memungkinkan dipakai, karena ketika ini difungsikan maka penyelamatan yang bisa terganggu,” ujarnya.

Baca juga: Petugas Beri Makan Minum Santri yang Terjebak di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Bisa Bertahan 72 Jam

Khofifah mengatakan, prioritas saat ini adalah seluruh korban bisa ditemukan dan diselamatkan.

Sehingga, mengangkat bongkahan menggunakan alat berat itu tidak memungkinkan, jadi yang dilakukan Tim SAR adalah dengan menggali tanah.

“Jadi ngambilnya ini ngerong (menggali lubang), harus digali sedalam 80 cm. Ini tidak bisa dari atas tapi harus dari bawah. Di bawah ternyata ada keramik, di bawahnya ada beton, ada bangunan sebelumnya dan seterusnya dan mereka ini menggalinya itu sambil tengkurap,” paparnya.

Khofifah mengatakan, para korban yang sudah ditemukan titik-titiknya, diberikan bantuan air, oksigen, dan juga vitamin oleh Tim SAR.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved