Dari Desa Bona, Gianyar Mulai Ubah Cara Pandang terhadap Sampah
Kabupaten Gianyar, yang dikenal sebagai salah satu pusat pariwisata di Bali, kini menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah.
TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR — Kabupaten Gianyar, yang dikenal sebagai salah satu pusat pariwisata di Bali, kini menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah.
Seiring meningkatnya aktivitas penduduk dan wisatawan, volume sampah pun melonjak drastis.
Setiap hari, ratusan ton sampah dihasilkan dari rumah tangga, pasar, hotel, dan restoran. Sayangnya, kapasitas infrastruktur yang tersedia belum mampu mengimbangi lonjakan tersebut.
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi—satu-satunya TPA di Gianyar—sudah mendekati titik jenuh.
Tanpa upaya pengurangan beban secara signifikan, TPA ini diperkirakan tidak akan mampu menampung sampah dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam kondisi seperti ini, membangun TPA baru saja tidak cukup.
Yang dibutuhkan adalah pendekatan menyeluruh, dimulai dari hulu: rumah tangga sebagai sumber utama sampah.
Di sinilah Program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP) hadir, membawa semangat perubahan melalui paket Peningkatan Peran Aktif Masyarakat (PPAM).
Desa Bona Jadi Lokasi Percontohan
Sebagai bagian dari strategi PPAM, Desa Bona dipilih sebagai lokasi pilot project.
Tujuannya jelas: mendorong minimal 20 persen Kepala Keluarga (KK) untuk memilah sampah dari rumah dan/atau menjadi nasabah Bank Sampah.
Harapannya, Desa Bona bisa menjadi model perubahan perilaku berbasis komunitas.
Kegiatan berlangsung selama dua bulan, dari 10 Januari hingga 11 Maret 2025, dengan fokus di Banjar Pasedana.
Sebanyak 163 KK menjadi sasaran edukasi langsung.
Tim PPAM bersama kader Kesehatan Lingkungan (Kesling) Desa Bona melakukan pendekatan intensif—mulai dari pertemuan warga, kunjungan rumah ke rumah, hingga pemasangan media edukasi seperti poster dan spanduk yang mengacu pada Peraturan Bupati Gianyar Nomor 76 Tahun 2023.
Hasilnya cukup menggembirakan.
Hingga akhir Maret, sebanyak 116 KK atau sekitar 71% warga Banjar Pasedana telah rutin memilah sampah ke dalam tiga kategori: organik, non-organik, dan residu.
Warga juga mulai mengikuti jadwal pengangkutan dari TPS3R dan membayar iuran secara sukarela.
Ini membuktikan bahwa dengan edukasi yang tepat dan fasilitas yang memadai, perubahan perilaku bisa tercipta.
Baca juga: Cerita dari Karawang: Menumbuhkan Pengelolaan Sampah dari Akar
DLH Gianyar: Perubahan Harus Dimulai dari Hulu
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Gianyar, Ni Made Mirnawati, menegaskan pentingnya pengelolaan sampah dari hulu.
“Kita perlu mengembangkan sistem teba modern agar sampah yang masuk ke TPA Temesi bisa berkurang. Di hilir, penegakan aturan harus diperkuat,” ujarnya.
Pernyataan ini menegaskan bahwa kebijakan DLH Gianyar tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pada edukasi dan regulasi yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat.
ISWMP: Membangun Sistem dari Hulu ke Hilir
ISWMP di Gianyar tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga membenahi sistem layanan secara menyeluruh.
Program ini berfokus pada lima pilar utama:
- Penyusunan Rencana Induk Pengelolaan Sampah (RISPS) dan penguatan regulasi.
- Peningkatan peran aktif masyarakat dan pemerintah daerah.
- Penguatan kelembagaan pengelolaan sampah.
- Pengembangan sistem pendanaan dan retribusi.
- Dukungan pembangunan fasilitas pengolahan berteknologi tinggi.
Pilot project di Desa Bona menunjukkan bagaimana kelima pilar ini bisa diimplementasikan secara nyata.
Regulasi sudah tersedia, fasilitas TPS3R berfungsi, kader aktif, dan masyarakat mulai terbiasa memilah.
Tantangan berikutnya adalah menjaga keberlanjutan.
Menjaga Momentum: Langkah Lanjutan
Menjelang berakhirnya pendampingan PPAM, sejumlah langkah strategis telah disiapkan:
Pemerintah Desa Bona menyediakan sarana pemilahan yang memadai.
Kader Kesling diperkuat dengan insentif dari desa.
Penyusunan aturan atau sanksi adat bagi warga yang membuang sampah sembarangan.
Komitmen bersama antara pemerintah desa dan tim PPAM untuk melanjutkan edukasi secara berkala.
Model ini terbukti efektif karena berbasis komunitas, bukan pendekatan top-down.
Masyarakat merasa dilibatkan dan pendekatannya relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Bona Bisa, Daerah Lain Pun Bisa
Kisah sukses Desa Bona menyampaikan pesan kuat: perubahan tidak harus dimulai dari kota besar.
Desa kecil pun bisa menjadi pelopor, asalkan ada kemauan, edukasi yang intensif, fasilitas yang memadai, dan regulasi yang mendukung.
ISWMP bersama Pemkab Gianyar telah membuktikan bahwa ketika semua pihak—pemerintah pusat, daerah, desa, dan warga—bekerja bersama, maka perubahan bukan hanya mungkin, tapi nyata.
Model seperti di Desa Bona sangat layak untuk direplikasi di daerah lain yang tengah mencari solusi atas persoalan sampah.
Menag Temui Penyintas Banjir di Bali, Salurkan Bantuan Rp 300 Juta & Tinjau Tempat Ibadah Umat Hindu |
![]() |
---|
Hasil Klasemen Super League: Tumbangkan Bali United, PSIM Merangsek ke Posisi 3 |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Denpasar, Minggu 21 September 2025: Hujan Pagi, Cerah Sore |
![]() |
---|
Organisasi Sayap PKB Salurkan Bantuan ke Warga Terdampak Banjir Denpasar |
![]() |
---|
Cerita dari Karawang: Menumbuhkan Pengelolaan Sampah dari Akar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.