Senin, 29 September 2025

Ancaman Ganja Sintetis di Jawa Barat: Awasi di Sekitar Kita!

Sebanyak 38 pelajar di Lembang telah mengonsumsi ganja sintetis yang teridentifikasi mengandung AB-CHMINACA.

|
Editor: Nuryanti
ISTIMEWA/GANESHA OPERATION
ANCAMAN GANJA SINTETIS - Sebanyak 38 pelajar di Lembang telah mengonsumsi ganja sintetis yang teridentifikasi mengandung AB-CHMINACA. 

Di Amerika Serikat, sejak 2015, semua varian ganja sintetis masuk dalam kategori Schedule 1, yaitu obat-obatan terlarang dengan potensi adiksi tinggi dan tanpa manfaat medis.

Di Indonesia, statusnya setara dengan Narkotika Golongan 1 berdasarkan PMK No. 2 Tahun 2017 dan diperluas untuk semua turunannya pada tahun 2022, yang melarang penggunaannya di luar kepentingan riset ilmiah karena risiko ketergantungan yang sangat tinggi.

Penetapan status hukum yang ketat ini bukan tanpa alasan. Angka fatalitas akibat overdosis terus bertambah di seluruh dunia.

Sebagai contoh, 58 kematian dilaporkan di Selandia Baru antara 2017–2019, dan 10 kematian di Jepang pada tahun 2020 karena gagal napas.

Data forensik menunjukkan bahwa metabolit aktif dari ganja sintetis (hidroksipentil) tetap memiliki efek penuh pada reseptor otak, meskipun kekuatannya berkurang.

Aktivitas ini dapat menghasilkan metabolit sekunder yang bersifat toksik dan membahayakan tubuh.

Peran Orang Tua dan Sekolah

Penting untuk disadari bahwa generasi muda senantiasa menjadi target utama bagi para pengedar narkoba yang terus berinovasi dalam melancarkan aksinya.

Generasi muda di Jawa Barat merupakan populasi tertinggi di antara provinsi lain di Indonesia, yaitu mencapai 25,87 juta jiwa atau mencakup 53,07 persen dari total populasi provinsi tersebut.

Oleh karena itu, upaya edukasi mengenai bahaya Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) tidak cukup jika hanya ditujukan kepada anak.

Justru, orang tua dan para pendidik perlu dibekali pemahaman mendalam serta metode pendekatan yang efektif untuk membangun benteng pertahanan pada anak dan siswa agar mampu menolak jeratan NAPZA.

Kewaspadaan ini menjadi semakin krusial mengingat maraknya fenomena penggunaan rokok elektrik atau vape.

Berdasarkan data terbaru, prevalensi pengguna vape di kalangan remaja terus menunjukkan peningkatan signifikan.

Kalangan remaja sering kali memiliki persepsi keliru bahwa vape lebih aman dibandingkan rokok tembakau, sehingga penggunaannya mengalami normalisasi dan menjadi sebuah tren.

Di sinilah letak ancaman tersembunyi yang harus diwaspadai: cairan isi ulang (liquid) vape, yang sering kali dijual dengan aroma menarik, sangat rentan disalahgunakan untuk mengedarkan ganja sintetis dalam bentuk cair.

Modus ini, yang dikenal sebagai "liquid high," semakin populer karena sulit dideteksi dan pemasarannya gencar dilakukan secara daring.

Berbeda dengan ganja alami, efek ganja sintetis cair ini jauh lebih berbahaya dan tak terprediksi, berpotensi memicu psikosis, kerusakan organ permanen, hingga kematian. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan