'Stop Tot Tot Wuk Wuk' Menggema di Media Sosial, Ekspresi Rakyat Melawan Intimidasi di Jalan Raya
Gerakan masyarakat menggaungkan kampanye Stop Tot Tot Wuk Wuk menolak penyalahgunaan jalan oleh kendaraan berstrobo dan sirine menggema di medsos.
Editor:
Choirul Arifin
'Stop Tot Tot Wuk Wuk' Menggema di Media Sosial, Ekspresi Rakyat Melawan Intimidasi di Jalan Raya
oleh Jusri Pulubuhu*)
FENOMENA masyarakat menggaungkan kampanye Stop Tot Tot Wuk Wuk untuk menolak penyalahgunaan jalan oleh kendaraan berstrobo dan sirine bukan untuk kepentingan damkar dan ambulans makin menggema di media sosial.
Fenomena ini merupakan sebuah respon sosial yang wajar mengingat kondisi lalu lintas di Indonesia yang padat dan kompleks di mana rasio jumlah kendaran vs panjang jalan yang tidak seimbang.
Selain itu, juga karena pemahaman yang kurang, kondisi infrastruktur dan lain-lain.
Ada beberapa sudut pandang yang bisa diangkat dari fenomena Stop Tot Tot Wuk Wuk oleh masyarakat di media sosial ini:
1. Aspek Keselamatan
Lampu strobo yang terlalu terang dan sirine keras bisa mengganggu konsentrasi pengendara lain.
Penggunaan Tot Tot Wuk Wuk merupakan representasi intimidasi masyarakat umum di jalan raya dan bisa menyebabkan kecemasan, kepanikan, stres mendadak di jalan sehingga berisiko memicu kecelakaan.
Selain itu, penyalahgunaan strobo dan sirine membahayakan pengguna jalan yang sensitif terhadap cahaya atau suara (misalnya pengidap epilepsi).
Gerakan Stop Tot Tot Wuk Wuk yang menggema di media sosial menekankan bahwa keselamatan bersama lebih penting daripada privilege sebagian pengguna jalan.
2. Aspek Hukum dan Keadilan
Aturan resmi yang sekarang berlaku sebenarnya sudah jelas bahwa strobo dan sirine hanya boleh dipasang dan digunakan oleh kendaraan tertentu (ambulans, pemadam kebakaran, polisi, dan kendaraan dinas tertentu).

Banyak kasus penyalahgunaan oleh kendaraan pribadi atau pejabat yang tidak dalam keadaan
darurat.
Masyarakat merasa aturan ini sering dilanggar, sehingga gerakan ini menjadi bentuk kontrol sosial
terhadap ketidakadilan.
3. Aspek Sosial dan Psikologis
Penyalahgunaan strobo dan sirine bisa menjadi simbol kesewenan-wenangan, arogansi dan penyalahgunaan privilege di jalan.
Penyalahgunaannya memicu rasa terganggu, tidak dihargai, bahkan marah saat masyarakat harus minggir tanpa alasan jelas.
Baca juga: Muncul Gerakan Stop Sirene dan Strobo, Istana Minta Pejabat Tidak Semena-mena
Peter Gontha Serukan Gerakan STOP Strobo & Sirine, Hidupmu dari Pajak Kami, Netizen Bereaksi |
![]() |
---|
Delpedro Ditangkap Polisi, Lokataru Foundation: Ada Upaya untuk Mengintimidasi |
![]() |
---|
Motif Guru Wanita di Lampung Intimidasi Siswa, Berstatus ASN dan Dinonaktifkan Sementara |
![]() |
---|
Guru yang Ancam Cekik Siswa SD di Sekolah Lain Pernah Merokok di Kelas, Ngajar Pakai Celana Pendek |
![]() |
---|
Dokter Tifa Sebut Peluncuran Buku Jokowi’s White Paper Diwarnai Intimidasi, Seret Nama UGM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.